Ralph
"I'm Wanda. I'll be your personal assistant."
Aku menyambut uluran tangan perempuan bertubuh mungil di hadapanku.
"I'll show you around."
Setelah satu bulan mempersiapkan diri, akhirnya aku berada di Jakarta. Aku tidak memberitahu Lily soal kepergianku. Dia sempat berpikir bisa membujukku kembali ketika kami bertemu beberapa minggu lalu, secara tidak sengaja, saat dia menemui kliennya bertepatan di hotel yang sama dengan tempatku mengadakan meeting. Lily terkejut saat melihatku, setelah percakapan terakhir kami di telepon beberapa minggu sebelumnya. Namun, malam itu dengan tegas aku menolak bujukannya dan memberitahu aku akan pergi lagi.
This is my new beginning.
Aku mengikuti Wanda berkeliling ruangan demi ruangan, mendengarkan penjelasan di balik sikap riangnya saat memperkenalkanku kepada karyawan lain. Sesekali dia berbicara dalam bahasa Indonesia bersama karyawan lain, lalu tertawa, meninggalkanku yang hanya bisa menatap mereka dengan wajah kosong.
"This is your room."
Mataku meneliti ruangan yang tidak terlalu besar itu. Jauh lebih kecil dibanding ruang kerjaku di Melbourne, tapi tidak masalah. Aku berjalan menuju jendela dan menatap gedung-gedung tinggi di sekeliling, dan sinar matahari yang sangat tajam.
Kota ini sangat berbeda dengan Melbourne yang mendung dan tenang. Baru beberapa hari di sini, aku sudah merasakan macet dan kota yang sangat sibuk. Bahkan, perjalanan menuju kantor yang tidak begitu jauh dari hotel, tempat tinggal sementaraku, terasa sangat lama karena taksi yang kutumpangi tidak bergerak terjebak macet.
Kesan pertamaku tentang kota ini adalah terburu-buru. Mungkin dengan semua kesibukan yang ditawarkan Jakarta bisa membuatku lupa dengan apa yang kutinggalkan jauh di Melbourne.
"Do you need anythink else?"
Aku berbalik dan menghadap Wanda. "Apa jadwal saya untuk hari ini?"
Wanda menatap ipad di tangannya dan dengan nada riang menyebutkan jadwal pertamaku. Dia sangat riang, berbanding terbalik dengan kesan dingin yang kuberikan.
"Thank you, Wanda. I'll handle it."
Dia tersenyum lebar. She's so young, dan sejujurnya sikap riangnya itu terasa sangat berlebihan.
Namun, mungkin aku membutuhkannya untuk mewarnai hari-hariku.
"Do you need anything else?"
"Yes. What about apartment that I ask you to check several days ago?"
Wanda terlonjak, seperti mengingat sesuatu. "Saya sudah mengaturnya. Tapi, sepertinya kamu harus menunggu seminggu lagi sebelum menempatinya."
Aku memang baru bertemu dengannya hari ini tapi kami sudah berhubungan lewat email beberapa kali, mengingat Wanda akan bekerja langsung di bawahku dan dialah yang akan membantu masa adaptasiku di sini. Di balik sikap riangnya yang mengintimidasi, sepertinya aku siap mengandalkannya.
"Masih ada lagi?"
Aku terdiam sejenak. Sebuah pertanyaan bermain di benakku, tapi tidak mungkin bisa kuutarakan.
Bagaimana mungkin aku meminta bantuan Wanda untuk mencari tahu soal Daisy?
Dan juga, untuk apa aku ingin mencari tahu soal dia?
Lisa
Mikha berdiri dengan senyum lebar di hadapanku. Tas tangannya yang mencolok diletakkan begitu saja di atas mejaku. "Tumben, nih, lo bisa pulang jam segini."
KAMU SEDANG MEMBACA
(COMPLETE) Love & Another Heartache
RomanceRalph Williams leads dual life. Nobody knows his secret life as a professional male escort. Except one woman who he called Daisy. Lisa Ariana decided to spent three weeks in Melbourne after she called off her wedding. On the night who supposed to be...