Ch.30 Father

37.6K 3.7K 99
                                    

Lisa

"Honey, wake up."

Ralph hanya mendengung dan tidak menggubris ucapanku. Sekali lagi aku mengguncang tubuhnya, kali ini berusaha lebih kencang tapi sepertinya usahaku sia-sia. Dia malah memutar tubuhnya hingga menelungkup dan memeluk bantal semakin kencang.

"Ralph, come on. Wake up."

Kali ini, tidak ada tanggapan apa-apa darinya.

Sudah setengah jam aku berusaha membangunkannya, dan sepertinya usahaku tidak membuahkan hasil apa-apa. Sementara di luar sana matahari sudah semakin tinggi.

Dengan segenap kekuatan, aku menarik selimut yang dipakainya hingga terlepas dan melemparnya ke lantai. Sekali lagi Ralph hanya mendengung dan tidak melakukan apa-apa. Kembali aku duduk di pinggir tempat tidur dan membelai punggungnya.

He always sleeps naked. Entah sejak kapan dia memiliki kebiasaan itu. Katanya lebih nyaman, terlebih di Jakarta yang sampai sekarang panasnya masih belum dia mengerti.

"Hei, sexy ass. Wake up." Aku memukul pelan bokongnya, dan sepertinya tingkahku berhasil menyita perhatiannya. Aku bisa melihat dia tersenyum tipis.

"Do it again," ujarnya pelan, tapi cukup memberitahuku bahwa dia sudah bangun sejak tadi dan hanya ingin mengerjaiku saja.

Alih-alih memukulnya, aku malah membaringkan tubuh tepat di atasnya. Perlahan aku mencium pundaknya. I love his shoulders. Terlihat kokoh dan membuatku merasa aman.

Aku menurunkan ciuman hingga ke sepanjang punggungnya dan berakhir di atas bokongnya. Iseng aku meremas bokongnya pelan, sesuatu yang sering dia lakukan kepadaku.

"Shit."

Aku tidak bisa menahan diri untuk tidak tertawa. Dengan tawa lepas, aku bangkit turun dan duduk di pinggir tempat tidur.

"Wake up!" Sudah tidak terhitung berapa kali aku mengucapkan hal yang sama selama beberapa menit terakhir.

Ralph tidak segera bangun, dia hanya memutar tubuhnya hingga berbaring menelentang dan menatapku. Dia menarik bibirnya membentuk senyuman.

Shit, dia tahu kalau aku selalu lemah melihat senyumnya. Rasanya ingin segera melumat bibirnya.

Damn you, hormone.

Tidak bisa menahan diri, aku merebahkan tubuh dan menciumnya. Ralph sepertinya sudah siap meladeni nafsuku yang sering meletup-letup akhir-akhir ini sehingga dia pun segera membalas ciumanku. Dengan napas memburu, aku melumat bibirnya dan membiarkan tangannya menggerayangi tubuhku.

I need his touch.

"I don't know if it's because of pregnancy or it's you who makes me horny all the time," bisikku.

Ralph tertawa pelan. "Maybe it's the combination of me and your pregnancy," jawabnya. "Just to make it clear, I don't mind. I love to see you like this."

"Like what? Vulnerable?"

"A little bit." Dia terkekeh sambil mempermainkan payudaraku. "Is it getting bigger?"

Aku menepis tangannya sambil tertawa. "In your dream."

Melawan serangan hasrat yang melanda diriku, aku memaksakan diri untuk bangkit. "Come on. We have to go."

"Where?"

Aku menatapnya dengan wajah memelas. "You promise me to go to car free day today."

(COMPLETE) Love & Another HeartacheTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang