Ch. 10 Almost

38.3K 4.2K 63
                                    

Lisa

"Hai."

Sapaan itu membuyarkan lamunanku saat sedang mengantre kopi di Starbucks. Aku berbalik, dan mendapati Ralph tersenyum di hadapanku.

Pagi ini dia tampak fresh, dengan bayangan biru di garis rahangnya. Aneh, mengapa bekas cukuran itu tampak begitu atraktif?

Tanpa bisa dicegah ingatanku melayang ke malam itu, saat kami bercinta untuk pertama kalinya. He was great.

Damn! He was very very great!

Sekali lagi aku menelan ludah dan memalingkan wajah, menyembunyikan pipiku yang memerah karena membayangkan permainan lidahnya yang sangat lihai di sekujur tubuhku.

"How are you?"

Aku mengangguk tipis. Beruntung giliranku tiba sehingga bisa menghindarinya untuk sementara. Namun, aku jelas tidak bisa menghindar lagi saat Ralph menghampiriku ketika aku menunggu kopi pesananku selesai dibuat.

Meski kami bekerja di gedung perkantoran yang sama, kemungkinan untuk bertemu Ralph sangat kecil. Kami bekerja di lantai yang berbeda, dan aku memiliki jam kerja yang fleksibel. Biasanya aku tidak datang sepagi ini, tapi karena ada pekerjaan mendadak, makanya jam delapan aku sudah ada di kantor.

Dan bertemu dengan Ralph.

Aku memukul meja dengan jari, mengalihkan kegelisahan saat menunggu kopiku datang.

"I have something for you."

Aku menengadah dan menatapnya dengan wajah melongo. Dia ingin memberiku sesuatu? Buru-buru aku menggeleng, dan membuat Ralph menatapku dengan wajah bingung.

"Actually it was..."

"Lisa."

Refleks aku membalas panggilan barista dan mengambil kopiku. "Sorry, I had to go."

Seperti sedang dikejar, aku berjalan secepat yang dimungkinkan oleh rok sempit dan sepatu hak tinggi ini. Aku bahkan setengah berlari karena jalan cepat susahnya minta ampun. Sementara itu, di belakang kudengar Ralph memanggilku.

Tidak sulit baginya untuk menjajari langkahku dengan kakinya yang panjang itu. Dia berhasil menyusulku saat aku kesulitan menaiki tangga. Bahkan, langkahku terasa goyah dan hampir saja terjatuh, kalau saja Ralph tidak dengan sigap memegang lenganku.

"Be careful," ujarnya ringan.

"Thanks."

"Kenapa terburu-buru?"

Otakku berpikir kencang mencari jawaban. Tidak mungkin, kan, aku mengatakan ingin menghindarinya?

"I have morning meeting." Kebohongan paling standar dan satu-satunya alasan yang bisa kuutarakan.

"I see. Tapi, hati-hati..."

Sekali lagi dia memperingatkanku agar berhati-hati saat aku tidak awas dengan langkahku sendiri begitu akan menaiki eskalator. Ralph memosisikan dirinya di belakangku, bersiap menampungku jika langkahku goyah lagi.

Di sepanjang eskalator, aku sibuk menenangkan diri agar tidak memasukkan ke dalam hati semua kebaikannya ini. Bagaimanapun, sikapnya yang super manis ini sukses membuatku blingsatan pagi ini.

Ralph

Alright, this is it. Aku harus mengembalikan uang Lisa. Namun, aku tidak tahu cara mengungkitnya.

Hanya ada aku dan Lisa di dalam lift ini, tapi sejak tadi aku sulit menemukan kata-kata yang tepat. Aku bahkan sengaja mengikutinya ke Starbucks ketika melihatnya di lobi, dan ikut membeli kopi yang sebenarnya tidak terlalu kubutuhkan. Namun, sampai sekarang aku masih belum mengetahui cara yang pas.

(COMPLETE) Love & Another HeartacheTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang