Ch.15 First Time

48.1K 4K 45
                                    

Lisa

"Knock knock!"

Aku mengangkat wajah dan membuka headset yang sejak tadi menutup telinga. Aku mendapati Donny berdiri di depan mejaku, dengan tas yang disampirkan di pundak.

"Pulang, udah malam," ujar Donny seraya tertawa kecil.

Aku mengedarkan pandangan ke sekeliling dan mendapati ruangan itu sudah kosong, hanya ada suara sayup-sayup dari ruangan sebelah, tempat departemen arsitek berada.

"Sudah pada pulang, ya?"

"Udah malam, cuma tinggal kita aja."

Detik itu aku baru menyadari kalau sudah lewat jam delapan malam. Di hari Jumat, banyak teman-temanku yang memutuskan untuk pulang on time, dan mungkin cuma aku yang enggak untuk pulang tepat waktu.

"Mikha udah pulang?"

Donny mengangguk. "Belum juga jam enam dia udah cabut." Donny melirik layar laptopku. "Lo enggak pulang?"

"Bentar lagi. Nanggung, nih. Gue mau ngelarin sekarang biar weekend enggak keganggu. Senin mau gue presentasiin soalnya," jawabku. "Lo sendiri kenapa baru pulang jam segini?"

"Ya masa gue pulang duluan. Sebagai leader yang baik, gue harus mastiin anak-anak gue pulang duluan sebelum gue." Donny terkekeh.

Aku ikutan tertawa. "Gaya lo."

"Serius, deh. Jangan keseringan lembur. Get laid, Lisa."

Tawaku semakin keras. "Talk to my hand. Lo juga kerjaannya kerja mulu. Lagian, main lo sejauh apa, sih? Cuma rumah kantor doang. Pantes jodoh lo seret."

Menertawakan status lajang Donny menjadi hal menyenangkan di antara rekan satu timku. Dilihat dari perawakannya, tidak sulit bagi Donny untuk mendapatkan pasangan. Dia memiliki tubuh tinggi yang proporsional. Wajahnya yang perpaduan Jawa dan Timur Tengah membuatnya tampak manis, meski tampak sedikit rough berkat facial hair. Namun, sifat Donny-lah yang menjadi daya tarik utama. Dia sangat baik dan peduli sama siapa saja, sehingga bisa membuat siapapun terbawa perasaan hanya dengan menghabiskan satu kali makan malam dengannya.

Bukan sekali dua kali perempuan mendekatinya. Bahkan, setiap anak baru di kantor langsung menargetkan untuk memiliki Donny. Tapi, entah apa yang membuatnya masih saja melajang sampai sekarang. Kami sering meledeknya dan menjulukinya Mr. Undateable, saking tidak ada perempuan yang bisa meluluhkan hatinya.

"Makanya ini gue mau cabut dari kantor," balas Donny.

"Paling juga mau main futsal sama teman-teman lo."

Donny terkekeh, pertanda tebakanku benar.

Tiga tahun bekerja bersama Donny membuatku hafal setiap kebiasaannya, termasuk hobinya main futsal bersama teman-teman kuliahnya dulu.

"Ngomong-ngomong, Senin depan ada intern baru. Dia di bawah gue, tapi nanti lo bantu bimbing dia juga ya."

"Cewek?" tanyaku penuh selidik.

Donny mengangguk. "Satu almamater sama lo. Mudah-mudahan anaknya sama jagonya kayak lo."

Aku mengulum senyum. Anak baru perempuan di kantor selalu jadi hal menarik. Diam-diam, kami sering bertaruh berapa lama si anak baru akan jatuh hati pada Donny, lalu kecewa begitu tahu Donny tidak semudah itu ditaklukkan.

Donny menatapku dengan mata menyipit. "Jangan mikir macam-macam."

"Emang gue mikirin apa?" tantangku.

"Terakhir kali ada intern di sini, kalian panas-panasin, trus akhirnya cabut karena dia kecewa sama gue. Ujung-ujungnya lo juga, kan, yang ketambahan kerjaan?" cecar Donny.

(COMPLETE) Love & Another HeartacheTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang