Ps: yang belum cukup umur jangan baca part ini ya. Yang lagi jomblo atau LDR sama pacar juga jangan baca. Risiko tanggung sendiri.
Ralph
Selama beberapa jam terakhir aku selalu bergerak gelisah. Di ingatanku masih jelas terbaca isi email terakhirku kepada Lisa. Sangat frontal. Mungkin saja ucapanku malah menyinggung perasaannya. Jangankan mengunjungi apartemenku, bisa saja dia tidak sudi bertemu denganku lagi.
You screw up, Ralph.
Kakiku otomatis bergerak lebih cepat ketika sampai di apartemen, hanya selang beberapa jam menjelang pukul satu dini hari, sambil menggeret koper. Sejujurnya, aku berharap Lisa benar-benar datang.
Suasana sepi menyambutku ketika membuka pintu apartemen. Lampu di foyer menyala otomatis ketika aku menginjakkan kaki di sana, dan saat itulah aku melihat sepatu berhak tinggi berwarna merah tergeletak di rak sepatu. Sepatu itu membuat harapanku akan kedatangan Lisa semakin menjadi-jadi.
Lampu foyer pun padam ketika aku melangkah keluar, dan menuju ruang tamu. Cahaya temaram mencuri keluar dari ruangan itu, dan semakin menyadarkanku bahwa aku tidak sendirian.
Lisa benar-benar ada di sini.
Dari tempatku, aku hanya bisa melihat kepalanya dari balik sofa yang didudukinya. Rambut sebahu dengan cat cokelat yang mulai luntur itu sudah sangat akrab di pandanganku. Aku tidak bisa menahan diri untuk tidak tersenyum ketika menyandarkan koper ke dinding, sama sekali tidak berniat untuk unpacking, dan melangkah mendekati Lisa.
Perempuan itu berbalik dan matanya memakuku. Dia meneguk wine di gelasnya hingga habis, sembari mengikuti langkahku dengan pandangannya.
"Hi. You're here," sapaku, ketika sampai di dekatnya.
Lisa menurunkan gelas minumannya dan tersenyum. "I already drink before you. I hope you don't mind."
Aku menoleh ke arah meja dan mendapati botol wine yang sudah hampir habis. Selanjutnya, aku kembali menatap Lisa dengan dahi berkerut.
"You drunk?"
Dia menggeleng. "I'm 100% insane."
Aku membungkuk dan meraih gelas di tangannya. Lisa meneriakkan protes, tapi aku mengabaikannya. She already drunk.
"You have to go to sleep."
Sekali lagi dia menggelengkan kepalanya. "You told me that you want to fuck me."
Aku terkejut dengan keterkejutannya. Ketika kesadaranku belum kembali, Lisa meraih jariku dan memainkannya.
"I need to clear my mind."
"Kamu hanya butuh tidur," bantahku.
Lisa mendongak, agar bisa menatapku yang berdiri di hadapannya. Saat itulah aku menyadari dia mengenakan kemejaku. Tentu saja kemejaku tampak kebesaran di tubuhnya, mampu menutup hingga separuh pahanya.
Aku penasaran apakah dia memakai pakaian lain di balik kemeja itu?
The truth is, she looks sexy as hell. She always gorgeus, but she's fucking hot when she wears my shirt.
Aku menelan ludah, karena Lisa tidak menjauhkan pandangannya dariku.
She had many problems in her life. Namun, dia hanya memberitahuku sedikit demi sedikit dan aku masih mereka-reka masalah yang dihadapinya seutuhnya. Meski aku harus bersabar sampai Lisa benar-benar mau membuka hatinya. She needs me. Di mata Lisa, aku masih orang asing yang dia percaya bisa menyimpan rahasianya.
KAMU SEDANG MEMBACA
(COMPLETE) Love & Another Heartache
RomanceRalph Williams leads dual life. Nobody knows his secret life as a professional male escort. Except one woman who he called Daisy. Lisa Ariana decided to spent three weeks in Melbourne after she called off her wedding. On the night who supposed to be...