🥀Satu

4.1K 265 21
                                    

"Kamu seharusnya jujur sama Rizky kalau kamu sudah punya anak-Rizky berhak tau hal ini karena dia adalah ayah biologis dari Ken. Kamu tidak seharusnya menyembunyikan hal ini." ujar Nesia-sahabatnya.

Dinda menghela nafas dengan wajah murung. "Aku takut jika aku memberitahu dia-dia akan mengambil Ken dari hidupku, aku tidak mau hal itu terjadi biarkan dia tak mengetahuinya jika aku memiliki seorang darinya."

"Kamu taukan pernikahanku dengannya hanya sebuah perjanjian." ada jeda. "Karena disurat itu tercetak dengan jelas jika aku berhasil hamil maka keluarga mubarak akan mengambilnya dariku dan setelah itu mereka tidak akan membiarkan aku untuk bertemu dengan anak kandungku jadi biarkan mereka tak mengetahuinya. Dan tolong Nes, kamu sembunyikan hal ini dari siapapun. Aku tidak mau orang lain mengetahuinya apalagi Rizky." Dinda melirik kearah Nesia dengan wajah memelas.

Nesia tersenyum tipis dan menganggukan kepalanya. "Baiklah aku akan menyembunyikan hal ini-Aku berjanji tidak akan memberitahu kepada siapapun, kamu bisa mengandalkanku dalam hal ini."

"Syukurlah kalau begitu," Dinda mengelus dadanya dan tersenyum lega mendengar penuturan Nesia.

"Besok, kamu mau ngelamar kerja dimana?" tanya Nesia membuka pembicaraan baru.

"Aku sudah memiliki pekerjaan, yah walaupun gajinya kecil tapi itu bisa mencukupi kebutuhanku dengan Ken."

Nesia mengelus bahu Dinda. "Jika kamu perlu bantuan apapun jangan sungkan untuk memberitahuku, aku pasti selalu ada dan membantumu." ucap Nesia membuat Dinda terdiam dan mengulas senyum karena beruntung ia masih memiliki sahabat seperti Nesia yang selalu ada dalam situasi suka maupun duka.

"Satu lagi anggaplah keluargaku seperti keluargamu sendiri, karena ibuku sangat menyukai Ken dan sudah menganggapnya seperti cucunya sendiri. Jika ada waktu kamu datanglah kerumahku, pasti ibuku sangat senang apalagi melihat putramu yang menggemaskan itu."

"Terimakasih Nes untuk semuanya. Maaf jika aku merepotkanmu juga ibumu,"

"Kamu tidak merepotkan kami kok."

"Satu lagi. Dimana Ken?" tanyanya.

"Dia sudah tidur."

"Yah, padahal aku sudah tidak sabar ingin bertemu dengan bocah gendut itu. Tapi mungkin lain kali aku kesini dan bertemu dengan Ken. Kalo gitu aku mau pulang dulu, masih ada pekerjaan yang membuatku sedikit pusing." Dinda menganggukan kepalanya dan tertawa kecil mendengar ucapan Nesia. ia berjalan mengantarkan Nesia kedepan halaman rumahnya.

"Besok! Aku kembali mengunjungimu, tadinya aku mau bertemu Ken, tapi saat aku berkunjung kesini Ken malah tertidur."

Dinda tersenyum kecil mendengar ucapan Nesia. "Yaudah kamu besok kesini saja, agak sore soalnya pagi sampai siang aku sibuk bekerja," tutur Dinda.

"Kalau kamu bekerja Ken sama siapa?" tanya Nesia. "Aku biasanya menitipkan Ken pada tetangga sebelahku karena mereka sangat menyukai Ken." jawab Dinda.

"Baiklah-bagaimana kalau besok Ken dibawa kerumahku soalnya ibuku juga menyukai Ken." usul Nesia membuat Dinda merasa tak enak selalu saja merepotkan Nesia dan ibunya.

"Aku tidak ingin merepotkan kalian," tolak Dinda secara halus. "Jangan seperti itu, sudahku bilang jika kamu tidak merepotkan kami. Lagi pula besok aku tidak akan bekerja, jadi aku ada waktu luang untuk bermain dengan Ken.."

"Tap-,"

Ucapan Dinda terpotong seketika dengan kalimat Nesia yang menyerobot. "Aku tak menerima penolakan, besok pagi aku kesini dan menjemput Ken,"

"Sampai bertemu besok," Nesia melambaikan tangannya kearah Dinda dan mulai melajukan mobil pribadi miliknya.

***

KEMBALI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang