🥀Tiga

2.4K 214 31
                                    

“Jangan berlari nan—,” ucapan nya terpotong ketika putra kesayangannya tak segaja menabrak seorang pria bertubuh tinggi—dengan cepat ia berlari menghampiri putranya.

“Maafkan putraku tuan dia tak segaja menabrak anda sekali maafkan putra saya..“ ucap Dinda sambil memangku Ken yang terlihat ketakutan. Mike menatap perempuan yang tengah menggendong bocak laki—laki yang kira-kira berumur 3 tahun. Entah—kenapa melihat pemandangan itu ia tersenyum tanpa sebab.

Dinda kebingungan menatap pria yang tersenyum itu. “Hallo tuan! Apa anda tidak papa,” tegur Dinda membuat Mike kembali tersadar. “Tidak papa,” ucap Mike dengan singkat.

“Maafkan aku paman! Aku tak cegaja.” ucap Ken cadel dengan kepala yang menunduk.

Mike hanya bisa tersenyum melihat Ken. “Tidak papa,” ucap Mike sambil mengelus kepala Ken.

Ken mulai memberanikan diri menatap balik menatap Mike yang kala itu sedang menatapnya. “Apa paman tidak malah padaku?” tanya Ken sambil menunjuk dirinya sendiri.

Mike terkekeh kecil membuat kedua orang itu menatap Mike dengan kebingungan. “Ehem,” Mike berdeham pelan dan mengulum senyumannya.

“Tidak!” jawab Mike.

“Apa dia putramu?” tanya Mike pada Dinda.

“Iyaa!”

“Putramu sangat tampan dan menggemaskan,” ucapnya sambil mengelus pipi bocah laki-laki itu.

“Terimakasih, em.. tuan.” ucap Dinda sambil menurunkan Ken yang berada digendongan nya. “Pasti dia sangat mirip dengan ayahnya,” ucapnya.

Degh!

Ucapan itu mengingatkannya kembali pada sesosok pria yang telah menyakiti nya. Tubuhnya bergetar dan keringat dingin mulai menghiasi pelipisnya.

Bruk!

Dinda menjatuhkan tubuhnya dengan tatapan kosong, membuat Ken dan Mike terkaget. “Mama kenapa?” tanya Ken dengan raut cemas. Mike berjongkok dan menyetuh bahu Dinda dan menatap mata perempuan itu dengan sebuah senyuman yang tersaji dibibirnya.

“Maaf jika ucapanku! Membuatmu terluka,” ucapnya dengan menyesal.

“A—aku mengingatnya lagi," ucap Dinda dengan isakan kecil membuat Mike tak tega melihatnya—tanpa berkata apapun Mike membawa Dinda kedalam pelukannya dan mengelus punggung perempuan itu, sedangkan Ken hanya bisa menatap keduanya dengan kebingungan. “Maaf!” bisik Mike tepat berada diteliga Dinda.

Dinda membalas pelukan Mike karena jujur sekarang Dinda membutuhkan  pundak seseorang untuk mencurahkan rasa sedihnya. “Paman! Apa Mama baik-baik saja?” tanya Ken. Sedangkan Mike hanya terdiam dan membawa Ken kedalam dekapannya. “Tenanglah! Jangan menangis lagi,” ucap Mike.

Dinda menghapus air matanya tapi ia masih betah berada dipelukan pria tersebut.

Dinda mulai tersadar dan mulai menjauh dari tubuh Mike. “Maaf!” ucap Dinda dengan canggung. Ia beralih menatap Ken yang tertidur didekapan Mike.

“Perkenalkan nama saya Mike,”

Dinda menghapus air matanya dan tersenyum.

“Dinda,” ada jeda. “—Dinda Kirana,” jawabnya.

“Maafkan saya tuan! Saya menangis dibahu anda, maaf juga karena jas yang anda pakai basah karena air mata saya,”

“Hn,”

“Dan jangan panggil saya tuan panggil saja saya Mike,”

“Tap—,”

“Aku ingin lebih akrab denganmu,” ucap Mike! “Aku ingin mengenalmu lebih dekat dan aku ingin lebih dengan putra kecilmu,” sedangkan Dinda hanya terdiam.

KEMBALI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang