🥀Sembilan Belas

1K 134 13
                                    

Adakah yang kangen sama cerita?

Yah cerita ini udah lama nggak diup hampir dua bulan. Alasannya cuma satu kehilangan ide cerita, lupa alur, dan masalah-masalah lainnya. Tapi tenang kok cerita ini akan terus berlanjut sampai ada kata 'End' dan hari ini saya up cerita ini khusus buat yang udah nunggu dan yang terus DM—nanya-nanya kapan cerita ini akan dilanjut! Nah sekarang waktu-nya cerita ini dilanjut, so selamat membaca... Eh! Maaf juga kalau chap ini agak gaje gitu, tapi yasudahlah.

Enjoy.

.
.
.
.
.

Dinda masih belum tidur. Ia masih memikirkan antara pertunangannya dengan Mike. Apa ini keputusan yang tepat untuk bertunangan dengan Mike, ada rasa keberatan tapi ia tak mungkin mundur karena rencana pertunangan satu bulan lagi akan segera digelar.

Kemarin pun ia diajak Mike ketoko perhiasan untuk memilih cincin mana yang akan dipilih dan dipakai nanti saat acara itu dilaksanakan. Hari-hari dilewatinya hanya berdiam dirumah sambil mengurus Ken. Soal bekerja ia mengambil cuti untuk beberapa minggu kedepan. “Dinda. Ngapain kamu disini?” tanya Nesia terlihat bingung karena wajah sahabatnya itu yang terlihat murung.

“Aku bingung!”

Kedua alis Nesia saling bertautan.

“Bingung kenapa? Harusnya kamu senang karena kamu bakal dilamar sama orang yang tulus mencintai kamu dan menyayangi Ken.” ucap Nesia sambil menyandarkan punggungnya dikepala ranjang.

“Jangan-jangan kamu masih memikirkan pria brengsek yang dulu sudah meninggalkanmu.” Tatapan Nesia berubah menyelidik menatap raut wajah Dinda yang tersenyum kaku.

“Dinda. Sadarlah disini ada pria lain yang lebih mencintaimu. Buka matamu lebar-lebar. Jangan terus memikirkan pria itu belum tentu juga dia memikirkanmu.” Nesia tak habis pikir dengan Dinda. Disaat ada orang yang menerima Ken dan mencintainya dengan tulus tapi dia malah memikirkan pria yang dulu telah mencampakan dirinya.

Oh, ayolah.. seharusnya tak perlu memikirkan pria itu. Lagi pula untuk apa memikirkan pria brengsek itu, ia membenci Rizky karena dulu pria itu sering memperlakukan Dinda dengan buruk.

Menampar dan memukul, rasanya Dinda tak perlu memikirkannya biarkan saja dia menderita diluar sana. Kalau perlu Rizky masuk penjara saja.

Tapi anehnya Dinda selalu memikirkan mantan suaminya. Apa sahabatnya lupa kalau Rizky pernah menyiksanya dan memperlakukan dia dengan buruk.

“Tapi dia bilang mencintaiku!” Nesia mengacak-ngacak rambutnya. Gemas rasanya karena Dinda percaya dengan perkataan Rizky.

“Ingat dia itu seorang pembual jangan pernah mempercayainya semua ucapannya. Karena aku yakin dia mempunyai niat yang buruk padamu.”

“Tapi Nes. Aku melihat kesungguhan dikedua matanya. Mungkin saja dia sudah berubah.” 

“Berubah? Orang seperti dia!” Nesia tertawa mencemooh. “Dia tidak mungkin berubah.” lanjut Nesia disertai tawa.

“Tap—”

“Sudahlah jangan membicarakan pria itu. Aku muak mendengarnya.” potong Nesia dengan ekspresi kesal.

“Mending kita membahas Mike daripada mantan suamimu yang menyebalkan itu.”

Dinda masih memikirkan ucapan Nesia. Tidak mungkin berubah. Tapi ia yakin Rizky benar-benar sudah berubah. Tadinya ia ingin mendapat saran dari Nesia tapi ternyata Nesia malah memberikan jawaban yang membuatnya agak kesal.

“Menurutku Mike itu orang yang baik, perhatian, penyayang, ganteng dan nggak sombong. Dia sangat cocok denganmu daripada Rizky.”

“Dia itu sempurna banget.” ujar Nesia dengan tersenyum. “Nggak kayak Rizky. Kelakuannya aja kayak penjahat beda banget sama Mike.”

KEMBALI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang