KEMBALI [END]

🥀Duapuluh Sembilan

Selamat Membaca..

.
.
.

Si Papa

Si Mama

***

Dinda melepaskan pelukan Rizky dari pinggang miliknya. "Kamu udah bilang sama Ayah kalo kamu mau menikahi aku?" Tanya Dinda sambil mengelus rahang tegas milik Rizky. Dia sangat menawan bahkan ia begitu sulit menghilangkan bayangan lelaki ini, walaupun sudah diperlakukan buruk dulu tapi tepat saja pikirannya tertuju pada Papa dari putranya.

"Belum. Tapi kamu tenang aja aku besok mau samperin Ayah buat bilang semuanya." Ucap Rizky diiringi senyuman yang membuat Dinda makin-makin jatuh kedalam pesonanya.

"Apa kamu yakin Ayah akan mengizinkan kamu buat menikah sama aku. Bukannya Ayah nggak suka sama aku, bagaimana kalau dia nggak setuju." Ucap Dinda dengan nada cemas. Bagaimana pun restu utama dalam pernikahan adalah orang tua. Sedangkan kedua orang tuanya sudah meninggal beberapa tahun silam, mungkin ia hanya bisa meminta doa restu kepada mendiang kedua orang tuanya dengan berziarah dan berdoa agar semuanya berlangsung dengan baik, tanpa ada halangan apapun. Ia berharap masa sekarang adalah masa dimana ia berbahagia bersama keluarga kecilnya. Bukan lagi tangis kesedihan yang dulu ia rasakan.

Rizky mengelus pelipis Dinda dan menciumnya. "Kamu nggak perlu khawatir, aku yakin Ayah pasti akan setuju dengan pernikahan kita." Rizky memeluk tubuh Dinda dengan penuh cinta. Ia sangat mencintainya dan ia tidak ingin kehilangan wanitanya untuk kedua kalinya, ia berbahagia dengan Dinda dan juga putranya dan ia berharap Ayahnya akan luluh dengan si putra—menggemaskannya. Dan entah mendapat kepercayaan dari mana ia yakin bahwa Ayahnya akan setuju bahkan senang akan kehadiran si cucu laki-laki yang dulu selalu Ayahnya inginkan.

"Kenapa kamu yakin?" Dinda makin mengeratkan pelukan pada perut Rizky.

"Karena aku yakin Ayah akan luluh dengan kehadirannya bocah menggemaskan kita." Ujar Rizky.

"Aku berharap gitu Ky. Aku takut kita akan berpisah lagi seperti du-"

"Nggak boleh ngomong gitu. Ucapan adalah doa. Kamu harus yakin takdir akan memihak kepada kita. Buang jauh-jauh pikiran buruk." Ujar Rizky menasehati.