Chapt. 03

7.5K 636 21
                                    

Cahaya mentari pagi terasa menusuk nusuk kelopak mataku yang terpejam. Kurasakan kepalaku masih sangat pusing dan membuatku enggan membuka mata, tapi kilauannya sangat mengganggu. Dengan terpaksa dan mau tidak mau aku membuka mataku walaupun malas karna aku tidak terbiasa tidur dengan cahaya. Bahkan aku masih memakai penutup mata walaupun lampu sudah dimatikan. Tapi sekarang aku tak merasa memakainya. Mungkin terlepas. Langit langit berwarna putih bersih dilengkapi dengan lampu LED ditengahnya menjadi pemandangan pertamaku pagi ini. Lalu kubangun dan mataku langsung dihadapkan pada jendela kaca yang cukup besar dan tinggi yang membuat cahaya matahari itu bisa dengan bebasnya masuk dan mengganggu tidur lelapku. Aku beranjak hendak menutup tirai putih yang menggantung disisi jendela. Tapi sebelum kakiku memijak lantai, otakku sudah lebih dulu mendapatkan kembali kesadarannya.

Kamarku tidak memiliki jendela sebesar itu.

Aku terperanjat dan mataku melotot seketika.

"Ini bukan kamarku."

Ku edarkan pandanganku kesetiap ruangan yang tidak terlihat seperti kamar melainkan sebuah ruang tamu minimalis yang dilengkapi dengan berbagai furniture berwarna hitam dan putih yang terlihat elegan dan pastinya mahal. Ini bukan rumah, tapi apartement. Karna diluar jendela sana aku hanya melihat awan langit dan puncak gedung gedung tinggi. Itu artinya aku berada ditempat yang tinggi sekarang. Dan itu juga artinya INI BUKAN RUMAHKU.

Lalu dimana aku?

Aku merasa ada yang tidak beres terjadi padaku. Aku kembali menghadap kejendela dengan renungan. Dan seketika aku langsung melonjak kaget ketika tak sengaja aku melihat pantulan diriku dikaca jendela.

OH MY GOD.

Dengan spontan kedua tanganku langsung melingkar didepan dada. Lalu aku meringkuk berusaha menutupi tubuhku yang nyaris tak berbusana dengan kedua tanganku.

Demi Tuhan, kemana hilangnya pakaianku?

Aku panik saat mendapati tubuhku terduduk diatas sofa warna hitam dengan hanya mengenakan pakaian dalam saja. Dengan sigap kuraih selimut yang kutemukan tergeletak dilantai. Kubalut tubuhku dengan kain lembut itu hingga ke leher menjadi seperti kepompong. Bola mataku memutari seluruh sudut ruangan mencari cari pakaian yang kupakai semalam. Tapi aku tak menemukannya dimanapun. Gurat kecemasan mulai menyelimutiku.

Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa aku bisa berada ditempat asing ini dalam keadaan memalukan seperti ini?

Apa semalam seseorang telah menculikku lalu menjamahku ditempat ini?

Ah, batinku menolak untuk mempercayai ini. Katakan padaku sekarang jika ini hanyalah mimpi!!!

Aku merasa konyol. Selama ini aku merasa sangat kesulitan mencari seseorang untuk kunikahi, tapi kenapa aku begitu mudah ditelanjangi seperti ini.

Aku kembali mengedarkan pandangan penuh kewaspadaan mencari sesosok makhluk yang patut disalahkan atas keadaanku ini. Siapa dia? Seperti apa orangnya? Kuharap dia bukan pria beranak istri yang gemar menculik dan mencabuli gadis perawan sepertiku.

Sepi.

Seperti tak ada tanda tanda kehidupan disini selain diriku. Seharusnya ini adalah waktu yang tepat untuk kabur dari penculikan ini. Tapi masalahnya bagaimana bisa aku keluar dalam keadaan nyaris telanjang seperti ini. Aku bisa mati berdiri, terbunuh oleh ribuan pasang mata yang menyorotiku. Dan yang lebih menakutkan lagi adalah tanggapan appa jika ia sampai melihatku seperti ini. Dia sudah malu karna aku jadi perawan tua, kali ini bisa saja aku dipecat jadi anaknya karna aku pulang kerumah dalam keadaan telanjang seperti gadis nakal.

The Boss Escape [End] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang