Chapt. 15

5.9K 575 59
                                    

"Yoon Gi-ya, makananmu sudah siap." teriakku dari meja makan.

Dan suara dentingan piano dari dalam studio itu seketika berhenti. Tak lama kemudian dia muncul dan menghampiriku diruang makan.

"Sejak kapan kita menjadi akrab?" tanyanya seraya menarik kursi.

"Aku lebih tua 3tahun darimu jadi aku bebas memanggilmu apapun sesukaku." jawabku penuh kuasa.

Dia berdecih pelan lalu duduk dikursi favoritenya. Sepiring nasi goreng kimchi ala Song Mi Yeon sudah tersaji dihadapannya. Aku langsung mengisi kursi kosong yang bersebrangan dengan kursinya.

"Kau tidak makan?" tanyanya setelah melihatku hanya bersanggah dagu sambil memperhatikannya.

"Ini sudah lewat jam makan malam. Aku tidak makan." jawabku.

"Kenapa? Takut gemuk?"

"Eoh." jawabku jujur.

"Waktu itu kau makan banyak padahal tengah malam." ujarnya seraya menyendokan nasi kemulutnya.

"Aku makan banyak jika sedang stress saja. "

Kepalanya mangut manggut mengerti.

"Aktingmu di rumah sakit tadi sangat alami. Aku sempat berpikir bahwa itu bukan akting." pujiku mengalihkan topik.

"Memang bukan." gumamnya pelan namun masih bisa terdengar olehku.

"Ne?"

"Sebagian." lanjutnya tegas seakan tidak ingin aku salah paham atas sikap manisnya di rumah sakit tadi. Aku memang sempat kaget saat ia bilang itu bukan akting.

"Bagaimana dengan aktingku?" tanyaku, berharap ia juga memuji kemampuan aktingku.

"Over." jawabnya diluar dugaanku.

Aku berdecih sebal. Kenapa dia selalu menilaiku buruk padahal aku selalu tulus memujinya?

Ada dua type untuk orang seperti itu. Terlalu jujur atau memang tidak suka mengakui kelebihan orang lain.

"Tapi jelas kudengar jantungmu berdebar kencang. Itu berarti aktingku berhasil." sanggahku tak mau kalah.

"Itu karena kau tiba tiba memelukku dihadapan orang orang."

"Memangnya kalau tidak ada orang kau tidak berdebar debar?"

"Tentu tidak, karna tidak akan kubiarkan sejengkalpun kau mendekatiku." tegasnya sambil menyilangkan sendok dan garpunya membentuk huruf X.

"O'ow...!!" aku sedikit memundurkan wajahku takut lalu bergeleng kepala melihat dia yang begitu melindungi dirinya dariku. Seperti penjahat saja aku ini dimatanya.

"Kalau aku memaksa mendekat, bagaimana?" tanyaku sambil beranjak dari kursi.

"Yakk!!" dia menodongkan garpunya kearahku sebagai ancaman membuatku reflek mengangkat tangan.

"Duduk!!" titahnya sambil melotot. Telunjuknya naik turun menyuruhku duduk kembali dikursiku.

Dia menurunkan garpunya lalu kembali makan dengan tenang. Tingkahnya yang seperti anak kecil itu sangat lucu membuatku terkekeh geli.

"Kenapa tertawa?" tanyanya.

"Kau sangat lucu." jawabku sambil menunjuk wajahnya.

Dia menunduk dan terlihat mengulum senyum.

"Kau juga, kenapa kau mengangkat tangan seperti ini?" Yoon Gi mengangkat kedua tangannya menirukan tingkahku tadi.

"Kau juga, kenapa kau mengangkat tangan seperti ini?" Yoon Gi mengangkat kedua tangannya menirukan tingkahku tadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Boss Escape [End] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang