Chapt. 12

5.7K 609 121
                                    

"Appa, kau ingin makan sesuatu? Katakan saja padaku! Aku akan membelikannya untukmu."

Appa hanya melirikku malas padahal aku sudah bersikap manis seperti gadis kecil yang menggemaskan. Beberapa aegyo juga sudah kulakukan tapi appa tak tersentuh sama sekali.

Aku menggenggam tangan appa dan mengusap punggung tangannya dengan lembut. Tak pernah sedikitpun kubiarkan senyum dibibirku pudar walau appa terus diam dan menolak kehadiranku.

Sebelumnya appa sempat marah pada eomma saat ia melihatku datang mengunjunginya. Ia marah bukan karna kedatanganku, tapi ia marah karena eomma memberitahuku tentang penyakit yang selama ini dirahasiakannya.

Sejujurnya aku malu. Aku merasa tumbuh menjadi anak yang tidak berguna padahal mereka membesarkanku dengan penuh cinta. Tapi saat dimana seharusnya aku bisa membalas cinta mereka aku malah bertindak egois dan ceroboh hingga mengalami krisis keuangan yang akhiirnya membuat mereka merahasiakan masalah ini dariku dengan alasan takut membebaniku.

Rasa sakit dan penyesalan semakin mencekikku ketika appa mengabaikanku, memalingkan wajahnya saat aku memandangnya dan mendiamkanku seolah aku tak ada disekitarnya.

"Appa, berhentilah marah! Bukankah seharusnya aku yang marah padamu karna merahasiakan penyakitmu dariku."  aku tak menyerah untuk  mendapatkan kembali perhatian appa. Kuletakan kepalaku dipangkuan appa, merajuk lalu bergelayut manja padanya berharap hati appa melunak.

Pagi ini jam delapan appa sudah bisa dijenguk tapi hanya dua jam saja. Nanti sore waktu besuk dibuka lagi. Terus begitu sampai appa dipindahkan keruang inap. Aku cuti kerja karna aku ingin menemani appa hari ini dan aku juga berniat untuk melancarkan rencanaku dengan Yoon Gi.

Sebenarnya keadaan apa sudah lumayan membaik. Dia sudah tak memakai alat bantu pernafasan dan alat alat medis lain. Hanya tersisa infus yang masih menempel ditangan kirinya. Dia juga sudah mampu bangun dan berjalan sendiri jika sekedar ingin pergi kekamar mandi. Tapi dokter masih belum membolehkan appa keluar dari ICU karena kondisinya belum stabil.

Appa menarik tangannya yang sedari tadi digenggam olehku. Dia melirik sinis padaku lalu kembali membuang muka saat aku menatapnya.

Aku menghembuskan nafas lelah.

"Eomma, appa tidak mau bicara padaku. Eotteokhae?"

Eomma hanya menggedikkan bahu mambuatku bingung harus bagaimana agar appa mau bicara padaku.

"Baiklah, tadinya aku mau mengenalkan calon suamiku pada kalian, tapi karena appa masih marah aku batalkan saja." ucapku memancing perhatian appa.

Dan aku berhasil karna Eomma dan appa terlihat terkejut dengan perkataanku. Apalagi  appa, dia sontak menoleh kearahku dan menatapku antusias.

"Kau sudah menemukan Tae Hyung?" tanyanya dengan mata yang berbinar.

"Tidak." jawabku.

Wajahnya kembali lesu.

"Lalu siapa yang kau sebut sebagai calon suamimu itu?"

"Tentu saja pacarku."

"Pacar yang mana? Jangan main main lagi Yeon-ah." eomma memelototiku mengingatkan agar aku tidak melakukan kesalahan yang sama seperti sebelumnya.

"Aku tidak main main, eomma ingat pria yang kemarin mengantarku kesini?"

"Yang putih pucat itu?"

"Eoh. Dia pacarku."

"Benarkah? Kenapa kau tidak mengenalkannya pada eomma?"

"Mau memberi kejutan." sahutku.

The Boss Escape [End] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang