Sambil mematut diri didepan cermin, Mi Yeon mengembungkan pipinya, melakukan gerakan seperti tengah berkumur lalu tersenyum lebar beberapa kali sebagai peregangan guna melemaskan otot otot diwajahnya yang selama ini terasa kaku.
Selama seminggu ini Mi Yeon hanya mengubur diri didalam kamar meratapi kehancurannya dalam diam. Dia hanya akan keluar sekali kali ketika ia merasa harus sadar diri, memberikan ruang pada ayahnya untuk menikmati suasana diluar kamar karena ayahnya tak pernah keluar kamar ketika Mi Yeon ada dirumah. Pria itu tidak main main dengan ucapannya bahwa ia tidak akan pernah memaafkan anak semata wayangnya itu.
Dan mulai hari ini, Mi Yeon akan memberikan kebebasan pada ayahnya untuk berkeliaran didalam rumah tanpa takut bertemu dengan dirinya. Hari ini, jadwalnya kembali masuk kerja, dan dia akan pergi pagi pagi buta lalu kembali larut malam. Itupun jika ia belum menemukan apartemen yang bisa ia sewa didekat kantor. Karena setelah ia menemukannya, ia akan segera angkat kaki dari rumah itu dan memulai hidup baru berdua dengan calon anaknya. Ya, hanya berdua.
"Kau siap nak? Hari ini adalah hari baru kita. Hari dimana hanya ada tawa dan bahagia yang menyertai kita. Eomma akan selalu berusaha untuk tidak lagi membuatmu kenal pada yang namanya derita." ucapnya penuh semangat dengan senyum yang ia ukir secerah mungkin.
Mi Yeon menghela nafas mencari keringanan atas rencana masa depan yang akan ia jalankan, ia tersenyum lagi lalu mempelkan spons pada bedak transparan untuk men-touch up riasannya agar lebih matte. Setelah itu ia menyisir rambut sebahu dan berponi ala Dora yang semalam ia pangkas sendiri didepan cermin kamar mandi. Berharap kesialan dan kesedihannya ikut terpangkas bersama rambut panjangnya.
Ia juga berharap penampilan barunya yang cerah dan ceria bisa menyamarkan kehancuran yang terjadi dalam hatinya.
"Song Mi Yeon, Fighting!!!"
Mi Yeon menggerakan kepalan tangannya disamping wajah guna kembali menyemangati diri.
Keluar dari kamar, ayah dan ibunya belum terlihat. Sepertinya mereka belum bangun untuk itu Mi Yeon berusaha tidak membuat suara agar tak mengganggu istirahat kedua orangtuanya.
Pelan pelan ia menuang segelas susu dan mengambil selembar roti tanpa dipanggang. Mesin pemanggang akan menimbulkan suara walaupun itu kecil. Ia juga makan sambil berdiri karena jika duduk ia bisa menghabiskan lebih banyak waktu karena duduk akan membuatnya bersantai.
Ketika mengunyah sarapannya, Mi Yeon mendengar suara pintu terbuka. Ia sedikit terkejut melihat ayahnya keluar kamar sambil membawa gelas kosong. Wajahnya masih terlihat ngantuk, karena itu dia tak sadar jika didapur ada putrinya.
"Appa, kau mau sarapan?" ragu ragu Mi Yeon menawarkan susu dan roti pada ayahnya.
Tn. Song yang tak menyadari keberadaan Mi Yeon langsung terhenyak. Ekspresinya seperti melihat hantu. Namun Beberapa detik kemudian wajahnya berubah datar lalu balik badan kembali kekamar.
Mi Yeon merengut lesu. Cepat cepat ia habiskan sarapannya lalu pergi. Tapi baru sampai didepan pintu ia kembali kekamarnya karena ponselnya tertinggal.
Diatas nakas ada dua buah ponsel. Ia menimang, mana yang harus ia bawa. Ponsel pemberian dari Seok Jin (white) ataukah dari Yoon Gi (black)?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Boss Escape [End] ✔
רומנטיקהMi Yeon tak pernah menyangka kalau dia akan terjebak dalam skenario yang ia buat sendiri. Ia hanya meminta Yoon Gi untuk berpura pura jadi kekasihnya didepan sang ayah. Tapi sialnya dia malah jatuh cinta. Ia tau mengejar cinta seorang musisi hebat d...