"Kenapa kau bilang pada ayahku kalau kita tinggal bersama? Bukankah kau tidak ingin dekat dekat denganku?" cecarku didalam mobil."Kau memegang rahasia besarku sekarang mana mungkin aku membiarkanmu berkeliaran begitu saja." jawabnya santai sambil memainkan setir mobilnya.
"Kau tidak percaya padaku?"
"Tidak." tegasnya.
Aku mendengus kesal lalu membuang muka kearah jendela.
"Aku akan terus mengawasimu, arasseo?" tegasnya lagi lebih jelas.
"Ara, awasi saja terus sampai matamu lelah. Tapi jangan salahkan aku jika lama lama kau menyukaiku karena terus memperhatikanku."
"Byuuhh... Percaya diri sekali. Hahaha..." cibirnya sambil tertawa hambar.
"Jangan mimpi!!" lanjutnya.
"Kau jangan sombong! Tidak ada yang bisa menolak pesona seorang Mi Yeon." balasku narsis.
"Mian, aku masih normal." ucapnya sambil tersenyum mengejek.
Mwo?? Kau pikir orang yang menyukaiku tidak normal?
Ashh... Kenapa dia selalu meremehkanku?
***
Takdir itu seperti magnet. Sekuat apapun kita berusaha menjauh tetap ada saja hal yang membuat kita saling mendekat.Tapi... apa yang terjadi antara aku dan Yoon Gi bisa disebut takdir?
Ataukah ini hanya sekedar tuntutan skenario yang telah kami buat?
Yang jelas kami kembali satu atap setelah memutuskan untuk berpisah.
Setelah membuka sepatu dan menggantinya dengan sandal rumah Yoon Gi langsung berjalan menuju studionya.
"Kau bilang ada urusan." ucapku mengingatkan.
Langkah Yoon Gi terhenti dan dia menoleh padaku.
"Kau tidak lihat? aku mau menyelesaikan urusanku sekarang." jawabnya ketus.
"Urusan apa?"
"Tidur." sahutnya seraya masuk kekamar dan menutup pintunya rapat rapat.
"Tidur?" gumamku tak mengerti.
Sejak kapan tidur siang jadi urusan penting?
Wah. Dia benar benar aneh. Tapi lagi lagi aku iri. Dia bisa tidur sepuasnya kapanpun ia mau tanpa takut dipecat atau potong gaji. Malahan uang tetap terus mengalir kerekeninganya bahkan saat ia tidur. Daebakk.
Harusnya dulu aku mengikuti keinginan appa untuk jadi musisi. Sesalku dalam hati.
Haruskah aku banting setir saja sekarang? Bukankah ada studio dan juga musisi handal disini yang bisa mengajariku bermusik?
Lumayan, memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan.
Tapi, tetap saja uang tidak bisa membeli cinta. Sebanyak apapun uang yang didapat dari musik, aku sudah terlanjur jatuh cinta pada memasak. Hatiku sudah nyaman berada didapur sehingga kakiku memilih untuk berjalan kedapur daripada kestudio.
Kubuka lemari es yang sebesar lemari pakaian tiga pintu itu dan sejenak aku terheran heran, kenapa dia harus membeli kulkas sebesar ini jika dia tak berniat mengisinya. Sayang sekali.
Bahkan semua belanjaanku kemarin hanya bisa mengisi seperempat tempatnya saja. Harusnya kulkas ini berada didapur restaurant bukan diapartement seorang pria yang tidak bisa memasak.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Boss Escape [End] ✔
Roman d'amourMi Yeon tak pernah menyangka kalau dia akan terjebak dalam skenario yang ia buat sendiri. Ia hanya meminta Yoon Gi untuk berpura pura jadi kekasihnya didepan sang ayah. Tapi sialnya dia malah jatuh cinta. Ia tau mengejar cinta seorang musisi hebat d...