Terlihat seorang wanita paruh baya menyirami kebun kecilnya seorang diri. Beberapa saat kemudian, gadis kecil berlari ke arahnya."Eomma! Kau tau? Nilai ujian matematika ku 100!" Teriaknya sembari memeluk erat wanita yang dipanggil 'Eomma' itu.
"Benarkah? Wah, sepertinya paman Hanbin benar-benar harus membelikanmu sepeda" jawab sang Eomma dengan sedikit terkekeh.
"Kenapa aku harus? Tidak mungkin kan..?" Tanya seorang pria yang baru saja datang dengan wajah was-was, Hanbin, Kim Hanbin.
"Tentu saja mungkin, paman!" Jawab gadis kecil itu antusias. Tak lupa dengan senyumnya yang seperti sedang menyombongkan sesuatu.
"Kau benar-benar mendapat 100?" Tanya Hanbin setelah berjongkok guna menyejajarkan tingginya dengan sang gadis kecil.
Gadis kecil itu mengangguk antusias, lalu memeluk leher Hanbin.
"Jangan lupa janjimu paman. Kau sudah berjanji akan membelikanku sepeda jika nilai matematika ku 100" ucap gadis kecil itu dengan kedipan yang 100% gagal. Membuat Hanbin dan Ibu dari gadis kecil itu tertawa terbahak-bahak.
"Iya iya, tentu saja paman akan menepatinya. Pernahkan paman ingkar janji hm?" Tanya Hanbin sambil mengacak gemas poni si gadis kecil.
Gadis kecil itu menggeleng yakin, lalu menjawab "Tidak, paman memang yang terbaik!" Setelahnya, ia mencium pipi Hanbin membuat Hanbin tersenyum senang.
"Ganti bajumu Jennie, sebentar lagi Jeon Sena datang. Kita akan berlibur ke pantai bersama-sama"
"Benarkah? Assa!" Jennie berlari memasuki rumah dengan antusias. Ia sudah tak sabar bertemu Sena, teman dekatnya sekaligus anak dari Eunbi dan Jungkook.
"Kau ikut kan, bin?"
"Aku akan menyusul setelah urusanku di Seoul selesai. Paling lambat besok. Jangan merindukanku, Jung" jawab Hanbin dengan nada menggoda membuat wanita bermarga Jung itu bergidik ngeri.
"Segeralah berobat bin, penyakit narsismu semakin lama semakin parah, sungguh"
"Yang penting aku tampan, titik. Benar kan, Jung Yerin yang terhormat?"
.
.
.
.
.Di sisi lain, tampak pria berjubah putih disibukkan dengan pasien kecelakaan lalu lintas. Ia berlarian kesana kemari, mendiagnosa, mengobati, lalu berganti ke pasien lain.
Setelah semuanya selesai, ia masih menyibukkan diri dengan pasien di UGD. Iya, dia sengaja melakukannya. Menyibukkan diri.
"Kau tidak lelah? Beristirahat lah, isi perutmu dengan sesuatu. Kau tak pernah berkaca? Badanmu sudah seperti lidi, Tae!"
"Jangan berteriak. Aku tidak tuli, Jung Jaehyun!"
"Mau sampai kapan kau lembur seperti ini? Menyibukkan diri dengan pasien, melupakan makan dan tidur, mengabaikan kondisi tubuhmu. Mau sampai kapan?"
Taehyung diam, ia tak berniat sedikit pun menjawab pertanyaan Jaehyun. Ia menyenderkan punggungnya ke dinding, menyilangkan kedua tangannya di depan dada, lalu memejamkan mata.
Ia lelah, ia tau dan sangat sadar jika tubuhnya sudah sangat lelah. Tapi, jika ia berdiam diri, ia akan teringat dengan wanita yang sudah ia sakiti 4 tahun lalu. Wanita yang kemungkinan besar takkan pernah kembali ke kehidupannya lagi.
Air matanya menetes, membuat Jaehyun yang melihatnya ikut prihatin.
"Kau belum menemukannya?" Tanya Jaehyun
Tak ada jawaban dari Taehyung, membuat Jaehyun yakin bahwa Taehyung belum menemukan keberadaan wanita yang telah meninggalkan sahabatnya itu.
"Kau benar-benar tak bisa melupakannya, huh?" Pertanyaan Jaehyun barusan berhasil membuat mata Taehyung terbuka.
Taehyung menatap sinis Jaehyun, membuat Jaehyun sadar jika Taehyung tak menyukai pertanyaannya barusan.
"Aku hanya bertanya, aku tak berniat menyuruhmu melupakannya. Sungguh." Tutur Jaehyun jujur.
"Aku hanya tidak sanggup melihat mu seperti ini. Sudah 4 tahun, Tae. Kau mencarinya kesana kemari. Menyewa beberapa orang untuk melacak keberadaannya, menghabiskan semua gajimu hanya untuk menemukannya."
"Yang kuhabiskan murni uangku, aku tak pernah meminjam sepersen pun uangmu. Jadi, tutup mulut brengsekmu itu." Jawab Taehyung dengan sedikit berteriak.
Jaehyun menghela nafas kasar.
"Aku tau, sangat tau. Tapi, kenapa kau mencarinya seseorang yang tidak mau kau temukan, Tae?"
Pertanyaan Jaehyun barusan berhasil membuat Taehyung bungkam. Ia mengangkat kepalanya lemah, mendongak menghadap Jaehyun.
"Karena aku merindukannya"
"Karena aku merindukan anakku"
"Karena aku merindukan mereka"
"Aku rindu masakan Yerin, aku rindu kue buatan Yerin, aku rindu ciuman pipi Jennie, aku rindu menggendong Jennie, aku rindu ramen buatan Yerin, aku rindu bekal buatan Yerin. Aku rindu, Jae. Rindu, sangat rindu. Dengan Yerin, dengan Jennie. Dengan mereka berdua."
"Aku ingin setidaknya sekali saja diberikan kesempatan bertemu dengan mereka berdua."
"Aku ingin meminta maaf pada Jennie, maaf karena sudah memberinya nama itu. Maaf karena tidak bisa menjadi Ayah yang baik. Maaf tidak bisa menjaga dan melihatnya tumbuh."
"Aku juga ingin meminta maaf pada Ibunya. Maaf karena telah menjadikannya pemeran pengganti selama beberapa saat. Maaf karena tak berkata jujur padanya. Maaf karena menyakiti hatinya."
"Dan satu lagi yang paling membuatku merasa bersalah, maaf karena telah membuatnya berfikir bahwa ini sebatas delusinya semata."
"Aku ingin mengatakan padanya..
'Yennie-ya, this is not your delushit story. This is our love story.'
Ingin, sangat ingin Jae."
Udah panjang belum? Wkakwk
Hayo siapa yang ngira mereka bakal rujuk? WkwkwkwkwkNantikan special chapt nya ya!
Don't forget to tap the star and leave a comment, thankyou👻
KAMU SEDANG MEMBACA
Delushit [end]
FanfictionStatus : Completed Genre : Fan fiction, romance, married life. Bagaimana jika pria yg kau percaya mencintaimu seperti kau mencintainya ternyata tidak pernah mencintaimu bahkan untuk sedetik pun? Start : 03 Mar 2018 End: 15 Sept 2018