Sudah bertahun-tahun aku memikirkan ini, memantapkan hatiku untuk seorang wanita, berfikir untuk melamarnya dengan cara yang biasa namun terkesan romantis. Tepat di hari ulang tahunnya.
Karena aku sadar, selama bertahun-tahun bersama dengannya sekalipun aku tak pernah bersikap romantis padanya. Aku tersenyum mengingat betapa sabarnya ia menghadapiku.
Ia sangat menyukai kue, segalapun jenis dan rasanya. Terkadang aku tertawa melihat cara ia memakan kue, mulut yang penuh, bibir yang belepotan, lucu.
Aku ingin melamarnya dengan kue buatanku sendiri. Bahkan, aku sudah mendaftar kursus memasak kue. Aku juga berbohong padanya soal kepulanganku ke Seoul, tentu saja ini bagian dari rencana surprise ku.
Hari-hari ku di tempat kursus biasa saja, tak ada yang istimewa. Mayoritas pesertanya juga wanita. Ah, ada satu wanita yang sangat pandai membuat adonan kue. Aku berfikir untuk mendekatinya untuk mencari tau bagaimana cara ia melakukannya.
Ia cantik, matanya indah, rambutnya sedikit bergelombang. Ia juga berponi. Pipinya terlihat penuh meskipun sedang tidak memakan apapun. Sudah membayangkannya? Lucu bukan.
Ia juga baik, sangat baik. Kulihat beberapa kali ia ikut membantu peserta lain, memberitahu apa yang salah dan memberi beberapa saran.
Saat mata kita tak sengaja bertemu, aku sengaja melempar senyum padanya. Berharap ia juga membalas senyumku. Setidaknya, langkah pertama untuk mendapat trik jitu membuat adonan sudah berhasil.
Beberapa kali aku melihatnya sendirian menunggu bus untuk pulang. Pada akhirnya aku merasa tak tega dan memberanikan diri menawarkan tumpangan.
Awalnya ia menolak, namun setelah kupaksa beberapa kali dan meyakinkan bahwa ia sama sekali tak merepotkan, akhirnya ia mengiyakan.
Setelah kejadian itu, kami sedikit lebih dekat. Ingat, sedikit. Ia juga sering menawarkan bantuan padaku saat membuat kue, yang tentu saja tak akan kutolak.
Sering sekali ia datang ke tempatku untuk mengajariku membuat kue. Setelah lebih dari satu bulan mengenalnya, aku tau jika ia wanita baik-baik.
Ia juga bercerita jika ia ingin mendapatkan lelaki yang baik dan tulus menyayanginya. Aku ikut mendoakan yang terbaik untuknya.
Terkadang aku tersenyum secara tak sadar saat melihatnya berkutat di dapur. Aku membayangkan jika kekasihku yang berada di posisinya. Aku semakin tak sabar melamar kekasihku, menjadikannya istri dan calon ibu dari anak-anakku nantinya.
Hari yang kutunggu pun tiba. Seharian aku berkutat di dapur. Wajahku belepotan adonan, tanganku sedikit terbakar karena memegang tutup oven yang panas, tubuhku kotor karena beberapa kali terkena tepung.
Setelah berjam-jam kuhabiskan di dapur, akhirnya kue buatanku jadi. Aku bangga dengan diriku sendiri, aku bahkan tak menyangka jika aku bisa seperti ini hanya karena seorang wanita. Aku terkekeh, menertawakan diriku sendiri.
Aku mengirim pesan pada kekasihku untuk memintanya bertemu di taman terdekat nanti malam. Setelah ia mengiyakan, aku bergegas menuju kamar mandi.
Aku berdiri di depan cermin, melihat pantulan diriku yang sedang menggunakan setelan jas hitam. Tampan, hanya itu yang aku fikirkan. Aku menyisir rambutku ke belakang, menyemprotkan sedikit parfum, lalu mengatur nafasku.
Kau bisa, Kim Taehyung.
Aku menunggunya di kursi taman dengan gugup. Padahal aku sangat yakin jika ia akan menerimanya, tapi kenapa aku segugup ini? Sungguh tak masuk akal.
Tak lama kemudian, seorang wanita yang kutunggu akhirnya datang. Aku tersenyum, berjalan mendekatinya, lalu memeluknya erat. Aku merindukannya, sungguh.
Aku mengucapkan selamat ulang tahun kepadanya. Rencananya, setelah ia meniup lilin aku akan langsung melamarnya.
Belum sempat aku menghidupkan lilinnya, telingaku sudah menerima kabar buruk.
"Aku akan menikah dengan Taeyong 2 bulan lagi"
Aku mengatakan padanya untuk tidak bercanda, tapi ia berkata jika ia tidak sedang bercanda. Oh god, cobaan apa ini.
Ia menjelaskan semuanya padaku. Mulai dari perasaannya selama berpacaran denganku, perlakuanku padanya, dan mengapa ia memutuskan untuk menerima lamaran lelaki bernama Taeyong itu.
Aku terdiam membisu, fikiranku semakin kalut saat ia memberikan undangan padaku. Apa ini nyata? Aku terduduk lemas. Melihat bunga yang sudah kusiapkan disampingku ikut melayu, membuatku berfikir jika bunga itu ikut bersedih denganku.
Aku menatap langit malam, merenungi semuanya. Berdo'a agar aku bangun dari mimpi buruk ini. Aku berharap ini semua tak nyata.
Langit malam sangat indah, fikirku. Tapi kenapa hariku sangat buruk? Aku memejamkan mata, aku ingin menangis, sungguh.
"Kim Taehyung-ssi?"
Suara itu? Suara yang sangat aku kenal. Aku membuka mataku. Ia tersenyum lebar padaku hingga matanya menghilang. Melihatnya membuat aku tersenyum tipis.
Aku mengambil bunga dan kue di sampingku, menaruhnya kembali di atas tanah di samping kakiku. Bermaksud memberinya tempat duduk.
"Duduklah, Yerin-ssi"
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Delushit [end]
FanfictionStatus : Completed Genre : Fan fiction, romance, married life. Bagaimana jika pria yg kau percaya mencintaimu seperti kau mencintainya ternyata tidak pernah mencintaimu bahkan untuk sedetik pun? Start : 03 Mar 2018 End: 15 Sept 2018