Author: Idew Hwang
Instagram: idewsmile
.
.
.
Lim Nayoung mengendarai mobilnya dengan sedikit panik menembus kemacetan jalan raya, mereka lalu tiba di belokan ke luar kota, menuju jalanan yang sepi. Rena Kang yang selama ini diam karena menahan rasa tegang dalam perjalanan menoleh dan menatap Nayoung penuh rasa ingin tahu, “Kita akan kemana? Dimana Kim Minkyung?”
“Dia sedang dalam bahaya, dan aku butuh bantuanmu untuk menyelamatkannya,”
.
.
.
“Kenapa kalian bisa sebodoh itu hah?,” suara Lee Yeonwoo terdengar tenang, tetapi intensitas kemarahannya membuat bulu kuduk dua karyawannya berdiri.
Jungyeon dan Doyeon saling bertatapan mencoba berkata-kata, tetapi tak bisa. Mereka memang bersalah. Chanmi sebagai atasan mereka telah menginstruksikan untuk memeriksa siapapun yang keluar masuk ruangan Lee Yeonwoo.
Siapa sangka kalau Gi Heehyun, membawa kabur beberapa berkas penting dan arsip perusahaan tanpa sepengetahuan Yeonwoo?
“Dia datang pagi pagi sekali hari ini, meminta kunci cadangan pada Jun lalu masuk ke dalam ruangan anda, Direktur—” sahut Doyeon.
“Bukankah aku sudah mengatakan pada kalian, dia tidak boleh keluar masuk perusahaan ini setelah keributan yang terjadi di ruangan Presdir? Ya Tuhan, Yoo Jungyeon– Kim Doyeon, apa kalian tidak sadar? Dia bisa saja bertindak nekat setelah kejadian itu lalu melukai Lim Nayoung, putri Presdir—” kata Yeonwoo mengusap pelipisnya cemas.
“Maaf aku memotong pembicaraan anda, Presdir—” Chanmi datang, menyerahkan setumpuk berkas lagi, mengalihkan perhatian Yeonwoo, “Sepertinya dugaan Anda benar, Gi Heehyun membawa kabur sejumlah sertifikat penting perusahaan dan beberapa arsip mengenai profil keluarga Presdir. Sepertinya dia berniat mengambil alih sejumlah saham yang belum ditanda tangani oleh Presdir, ada beberapa berkas saham yang juga membutuhkan tanda tangan Lim Nayoung— saya khawatir Heehyun akan berbuat nekat,”
“Cari dia sampai dapat,” Lee Yeonwoo menggertakkan giginya, “Apapun itu, alamat, nomor mobilnya, apapun untuk bisa mengarahkan kita kepadanya. Kita harus mencegahnya, sebelum terlambat,”
.
.
.