Rumah sakit adalah hidupnya. Menjadi dokter adalah pengabdian serta cita-citanya. Obat-obatan yang menusuk indra penciuman setiap saat menjadi heroin adalah nafas sebagian dari mereka. Melalui Rumah sakit, dokter, dan obat-obatan mereka dipertemukan dalam benci, cinta, rindu, sayang, permainan, dan dendam yang perlahan memperkeruh suasana. Mereka mulai menempatkan sang tokoh pada takdir garis kehidupannya. Berkat Cinta yang mulai tumbuh dihati mereka, perlahan konfilk itu mereda dan menyelesaikan persoalan dengan berbagai sudut pandang yang berbeda, mungkin Happy ending? atau Sad ending? Mereka mulai menentukan mana yang terbaik untuk kehidupan mereka. Dan setelah kata Cinta itu terucap, mereka tidak dapat berpaling, nekat melawan beban berat yang perlahan menjadi kebahagiaan. Berkat gelar dokter itulah takdir mempertemukan Im Nayoung dengan seorang Zhou Jieqiong.
.
.
.
"Code Blue, Code blue, ICU, Code blue."
Bel tanda peringatan itu terus berbunyi, Seorang dokter muda dengan perawakan tampan, rambut yang ditata rapih, serta baju formalnya yang ditutup oleh jas putih ala dokter itu berjalan dengan langkah terburu-buru disertai beberapa timnya. Di jas putih dokternya tertulis Doctor Bedah Kardiotoraks [Kardiotoraks = Jantung].
"Ada apa?" Dokter Kwang yang bertanggung jawab atas pasien yang baru dioperasinya itu tampak terburu-buru.
"Pasien tiba-tiba mengalami fibritasi vertikal."
"Minggir, satu ampul efrinefrin, isi sampai 200 joule." Dokter Kwang bersiap dengan alatnya, wajahnya panik, benar-benar terlihat akan mati.
"Bawa dia keruang operasi." Dokter Im Nayoung datang dengan tim-nya disertai dengan anggukan dari suster yang menangani pasien tersebut, Dokter Kwang teriak marah berkata 'Dia pasienku.' berulang-ulang yang hanya ditanggapi sinis oleh beberapa rekan dokternya. Benar-benar memang, tidak ada sesuatu yang kita pikir semua dokter berteman damai, bukan? bahkan dari mereka malah bersaing untuk mendapat kedudukan yang lebih tinggi.