"Memangnya, kalau boleh aku tau- Kang Yebin itu, siapa?"
Kim Minkyung menoleh ke arah Lim Nayoung yang juga tengah memperhatikannya, ia menatap wajah kekasihnya itu dengan sedikit ragu. Takut, takut kalau jawabannya akan menyakiti perasaan Lim Nayoung.
Lim Nayoung menggenggam tangan Kim Minkyung, erat. "Katakan saja, tidak apa- aku hanya ingin tau seperti apa dia." kata Nayoung tersenyum, mengusap punggung tangan Minkyung.
Minkyung menghela nafas, rasanya sulit jika harus menceritakan siapa itu Kang Yebin di dalam hidupnya.
"Kang Yebin itu orang yang sangat ceroboh, dia sering terlambat, dia sedikit payah kalau menulis puisi tentang aku. Tapi dia pandai memainkan piano, dia mengagumi semua karya Ludwig Van Beethoven- saat ulang tahunku dia pasti akan datang ke rumah, melompati pagar rumahku kemudian memanjat jendela kamarku agar tidak ketahuan ayah-" Minkyung tersenyum lirih, "Lalu kemudian dia akan memelukku erat, dan mengucapkan maaf karena dia terlambat datang-"
Minkyung mendongak menatap langit malam yang gelap, menunjuk salah satu bintang yang bersinar terang. "Kang Yebin itu seperti bintang-"
Kim Minkyung tersenyum lirih, "Bintangku yang hilang-"
Flashback End
.
.
.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
LOST STARS
Lim Nayoung turun dari mobilnya, ketika sampai di New York State Psychiatric tempat Dokter Kim Sejeong bekerja. Ia menghubungi Sejeong sesuai janjinya bahwa ia akan datang di saat jam makan siang.
Lim Nayoung memasuki lift, jemarinya memencet tombol 11. "Ah aku lupa belum memberitahu Minkyung-" ia merogoh saku jas-nya, mengambil ponsel kemudian menghubungi kekasihnya, Kim Minkyung.
"Halo- ada apa Nayounga?," suara Kim Minkyung terdengar nyaring, mengawali.
"Hei, sepertinya aku tidak bisa menjemputmu di kampus hari ini. Aku ada jadwal meeting, tidak apa kan kalau kau pulang bersama Joshua?" kata Nayoung lembut.
"Joshua sudah pulang lebih awal setengah jam yang lalu, tapi tenang saja aku bisa pulang naik bus."