Seandainya saja setiap manusia memiliki satu kesempatan untuk kembali mengulang kejadian yang sudah berlalu, kejadian manakah yang akan kau pilih? Waktu yang manakah yang ingin kau ulangi lagi?
.
.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
LOST STARS
Seandainya....
Seandainya....
Seandainya....
.
.
.
Nayoung Pov
Suara isakan tangis Yeonwoo telah mereda, sudah tak terdengar lagi. Sekarang kami hanya diam, duduk berdampingan di ruangannya. Setelah beberapa menit lalu dia menangis, menceritakan padaku bagaimana malam itu bisa terjadi, ketika dua tahun yang lalu (2016) saat dia bertemu Heehyun di bar sampai semua hal buruk itu terjadi. Yeonwoo bilang, Heehyun seperti seorang stalker, yang mengikutinya kemanapun tanpa ia sadari. Hingga setahun kemudian, tepatnya di tahun 2017 Heehyun di terima di Loews Corp dan kembali bertemu dengan Yeonwoo yang telah resmi menjabat sebagai seorang direktur.
Aku tidak mengenal siapa Heehyun sebenarnya, hanya saja dia seolah tau semua hal tentangku. Bukan hanya mengenai Minkyung, tetapi dia bahkan mengenali Yeonwoo sebagai mantan kekasihku. Satu satunya pertanyaan terbesar dalam otakku, apa tujuannya melakukan semua ini? Mengikuti Yeonwoo semenjak dua tahun yang lalu? Meneror Minkyung di kampus? Apa tujuannya? Kalau Minkyung yang dia inginkan, lantas kenapa ia harus menyakiti batin Yeonwoo dengan cara seperti itu? Apa karena Yeonwoo adalah mantan kekasihku? Atau dia sengaja melakukan semua ini untuk– menyingkirkanku?
Entahlah, semua ini rumit dan di luar pemikiranku.
Sudah lama sekali aku dan Yeonwoo tidak pernah bertemu, aku tidak pernah bicara lagi dengannya sejak kami putus– sejak aku menjalin hubungan dengan Minkyung dan sejak dia menjabat sebagai seorang Direktur di Loews Corp, aku tidak mau lagi menjalin komunikasi apapun dengannya. Kami tidak pernah saling menghubungi, karena sama sama sibuk dengan profesi masing masing.
Aku mengganti nomor ponselku, begitu juga sebaliknya.
“Maaf,” ucapku sekali lagi. “Semua itu salahku, aku minta maaf.”
