Bab 4

276 61 2
                                    

Kelas 2

Nobume sedang dikerumuni oleh hampir seluruh teman kelasnya‒serta dihujani dengan berbagai pertanyaan, meskipun hanya sebagian kecil yang dia jawab. Kagura dan dua teman akrabnya disekolah, Soyo dan Otae-memisahkan diri dari yang lain. Mereka berdiri di pojok ruangan, memperhatikan kerumunan yang mengganggu.

"Dia cantik." Komentar Otae. Sinis, sedikit. Tapi menikmati kejadian di jam istirahat itu sebagain hiburan yang jarang terjadi.

"Hmmm. Dia punya semacam ... pesona? Pesona orang kota?" Tambah Kagura-ragu.

"Bagaimana dia dirumahnya?" Tanya Soyo.

"Kurang bersahabat." Memori otaknya sekilas menghadirkan kembali sosok Nobume yang dia kenal sejak kemarin. "Tapi, dia baik." Tambahnya lagi, kali ini bukan karena Kagura menganggap Nobume baik, tapi karena dia sedang memikirkan Takasugi, kata-katanya pagi tadi.

"Baik?" Tanya Otae sinis. "Lihatlah tatapan matanya, seperti ..." Otae memperhatikan Nobume dengan teliti, "entahlah. Dia hanya tidak tampak seperti orang baik."

"Aaaahhh maksudku ... kakaknya bilang begitu." Kagura memperbaiki kata-katanya.

"Dia punya kakak?"

"Hmm. Dia kelas tiga, namanya Takasugi. Berbeda dengan Nobume, kakaknya terlalu ramah."

"Membosankan." Komentar Otae dan Soyo bersamaan.

"Benar, laki-laki yang terlalu ramah itu membosankan." Setuju Kagura. "Tapi dia punya tatapan yang menarik. Juga punya suara yang keren. Dan ... dia tampan, lho."

"Sungguh?" Tanya Otae dan Soyo semangat dan penasaran. "Lebih tampan mana dengan Sougo?"

"Pufff! Sougo itu tampan? Hahahaha." Tawa Kagura meledak. Soyo dan Otae menatapnya heran. "Jika mereka di bandingkan, mereka seperti 'Tuan Muda' dan 'Budaknya'. (Kagura membayangkan film kolosal Korea). Takasugi adalah Tuan Muda-nya, sedangkan Sounyet adalah budaknya."

"Jadi, si Takasugi ini semacam malaikat? Sehingga ketika Sougo dibandingkan dengannya, dia jadi tampak seperti budak?" Tanya Soyo dengan wajah super polosnya.

Kagura mengangguk sambil tersenyum bodoh.

"Luar biasa. Kagura, kenalkan aku padanya." Kata Soyo semangat. "Kau tahu kan... laki-laki membosankan + tampan = keren. Kumohon, perkenalkan aku kepadanya." Soyo mengenggem kedua tangan Kagura.

"Tidak akan." Kagura menatap Soyo dengan malas.

"Kumohon."

"Tidak akan."

"Kukerjakan PR-mu selama satu minggu."

"Baiklah."

"Yang benar saja." Gumam Otae pelan, "Kenapa aku bisa berakhir dengan kedua orang aneh ini?"

"Kami bisa mendengarmu, lho."

"Sengaja."

"Dasar aneh."

"Hah?"

Sementara itu, sekilas Sougo melirik Kagura dari tempat duduknya dan dia tersenyum pelan. Kagura menatapnya bingung dan guru matematika mereka memasuki ruangan, Kondo Isao. Semuanya bubar dan beranjak ke tempat mereka masing-masing dengan tenang. Kondo memperhatikan seisi kelas. "Kalian sudah mengenal teman baru kalian?" Sapanya pada murid-muridnya dan murid-muridnya menjawab serentak.

"Ya."

"Siapa namanya?"

"Nobume, Pak."

"Bagus. Sekarang ... Kagura, kerjakan soal nomor satu di halaman 23, sekarang." Kata Kondo, Kagura menatapnya horror.

"Tapi kita belum membahas itu sebelumnya ... Paman." Kagura mencoba bernegosiasi.

"Minggu lalu aku menyuruh kalian mempelajari rumusnya, kan? Ingat?"

"Ya, Pak."

"Kalau begitu tidak ada alasan, maju."

"Tapi paman ..."

"Siapa yang kamu panggil Paman?"

"Hahahahahaha." Serentak teman-teman sekelasnya menertawakannya. Kagura maju ke depan dan mengambil kapur tulis yang terletak di atas meja. Dia membuka soal yang ada di halaman 23 kemudian berpikir sejenak. Bagaimana caranya dia meloloskan diri tanpa harus mengerjakan soal.

"Kagura." Panggil Kondo, dia menunjuk jam dinding memperingatkan bahwa mereka tidak bisa membuang-buang waktu. Kagura memberinya senyum.

"Saya sedang berpikir, Sensei." Kata Kagura memberi alasan, menit berikutnya dia meletakkan kembali buku dan kapur di atas meja, dia menatap Kondou dengan tatapan serius. "Saya memakan terlalu banyak daging tadi pagi, pencernaan saya terganggu hingga mempengaruhi proses berpikir saya. Sensei tahu bahwa ada saraf tertentu yang menghubungkan otak dengan sistem pencernaan, kan? saya tidak mungkin mengerjakan sesuatu dengan kondisi seperti ini. Permisi, saya harus ke toilet. Selamat pagi, Sensei." Kagura berjalan santai keluar ruangan, teman-temannya menatapnya tanpa kata.

Dia melarikan diri seperti biasanya. Batin Sougo.

"Dia itu ... bodoh sekaligus pintar." Gumam Nobume, Chatarine sebagai teman sebangkunya meliriknya sekilas dan tersenyum mengiyakan.

"Kagura payah dalam berhitung. Matematika, Fisika ... dia selalu bertahan dengan nilai 5 atau 4." Komentar Chaterine. Tapi Nobume tidak menanggapinya.

"Semuanya buka halaman 23, kita akan membahasnya sekarang." Kata Kondo kepada murid-muridnya ketika Kagura kembali masuk ke dalam kelas menit berikutnya tanpa merasa canggung sedikit pun.

Cahaya di Permukaan Laut (OkiKagu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang