Anggota Klub

329 43 9
                                    

“Ini adalah kecanggungan yang sempurna.” Kagura membatin. Disamping Sougo, dia duduk mematung. Hanya pura-pura memperhatikan guru yang sedang mengajar, tapi pikirannya tidak ada di sana sama sekali. Memangnya ini pernah terjadi sebelumnya? Tanpa mempedulikan apapun di sekitarnya, secara terus terang—Sougo menatapnya sedetail ini. Kagura sudah berusaha untuk pura-pura tidak sadar akan apa yang terjadi, tapi masalahnya yang membuat lebih canggung lagi, bahkan guru sudah beberapa kali melirik kearah mereka—tanpa mengatakan apa-apa.

Jam istirahat tiba. Kagura langsung bangkit berdiri. Menarik nafas dan berlari keluar meninggalkan Sougo. Sougo menempelkan wajahnya di atas meja dan menatap sayu ke arah jendela. Dia membatin, “apa aku… terlalu terburu-buru”?

***

Kagura memeriksa klubnya sesaat sebelum pulang sekolah. Klub itu tidak berjalan sama sekali sejak dia meninggalkannya, dia berpikir mungkin sebaiknya dia merekrut anggota baru. Tapi, siapa? Ada baiknya dari seseorang yang juga menyukai seni sepertinya. Dari teman-teman dekatnya, tidak ada yang tertarik. Kagura menghela nafasnya, “aku harus membicarakannya dengan Tsukuyo-sensei.”

“Membicarakan apa?” Sougo masuk ke ruang klub dan sedikit membuat Kagura terkejut.

“Pokoknya… ada.”

“Ayo pulang.” Ajak Sougo. Kagura mengangguk. Mereka berdua mengunci ruang klub dan berjalan santai ke area parkir.

“Anu… Sougo.” Panggil Kagura pelan.

“Hm?” Sougo berhenti dan menatap Kagura. Sougo merasa Kagura pasti ingin mengatakan sesuatu yang sangat penting, apa karena sikapnya di kelas tadi? “Dia marah? Sudah pasti ya? Jika tidak, kenapa dia jam kedua dia tukaran tempat duduk dengan Chaterine? Dan kenapa harus Chaterine?” –“Apa itu?”

“Apa kau mau… masuk ke klub menulis?!”

“Tidak!”

“Heh!? Setidaknya pikirkanlah dulu. Jangan menjawabnya sespontan itu.”

“Pokoknya tidak. Meski kau memberiku waktu 1 tahun berpikir, jawabanku akan tetap sama. Tidak tertarik.”

Sougo meninggalkan Kagura, dia merasa lega—setidaknya Kagura tidak mengatakan apa-apa mengenai apa yang dia lakukan di kelas tadi.

***

--“Jadi maksudmu, aku harus merekrut mereka secara terbuka?”

--“Baiklah. Aku akan mempersiapkannya malam ini.”

Kagura menutup teleponnya. Gintoki menatapnya. “Kau bicara dengan siapa?”

“Tsukuyo-sensei. Aku meminta sarannya bagaimana cara merekrut anggota baru klub menulisku.”

“Kesimpulannya?”

“Dia menyuruhku menyebar pamphlet?”

“Mau kakak buatkan?” Tawar Kamui, Kagura langsung kegirangan. Malam itu, mereka berdua bergadang mendesain pamphlet untuk segera disebarkan besoknya.

***

Subuh-subuh, Kagura sudah ada di sekolah, menempel pamphlet di seluruh area sekolah. Setelah selesai, dia memutuskan untuk menata ulang ruang klub—karena terlalu pagi, belum ada seorangpun yang ke sekolah.

Menunggu bel jam pertama berbunyi, Kagura duduk di tepi jendela kelasnya memperhatikan anak-anak yang berdatangan melewati gerbang sekolah. Matanya kemudian fokus pada satu sosok yang cukup menarik perhatian, sedang membaca pamphlet yang tadi dia tempelkan di tembok bangunan di dekat area parkir.

“Kakak itu… dia ada tim sepakbola—yang dikalahkan Sougo saat festival sekolah.” Gumam Kagura.

“Ah, si pemalas itu.”

Kagura melirik orang yang sejak tadi tidak dia sadari kehadirannya. Takasugi. “Kakak… sejak kapan di sini?”

“Sejak tadi. Kau serius tidak menyadari kehadiranku?”

“Maaf.”

“Bagaimana rasanya kembali ke sini?”

“Banyak yang berubah.”

“Tentu saja ya… jangan pergi lagi ya.” Kata Takasugi sambil mengusap rambut Kagura. Dia berdiri dan hendak kembali ke kelasnya, Sougo berdiri di pintu masuk dan menatapnya tanpa berkedip. Takasugi mengabaikannya dan bergumam, “Dasar.

Kagura kembali mengalihkan perhatiannya ke area parkir, orang itu sudah tidak di sana.

***

Setelah selesai kelas, Kagura duduk di ruang kelas. Menunggu. Mungkin saja dia akan ada calon anggota yang datang mendaftar. Tapi, sudah lebih dari 30 menit dia duduk, tidak ada seorangpun yang datang. Kagura merapikan barang-barangnya, mungkin besok. Dia tidak perlu terburu-buru.

Baru saja dia ingin membuka pintu, seseorang sudah membukanya dari luar.

“Aku terlambat?” Kata orang itu, kagura menatapnya. “Kau sudah mau pulang?”

“Oh? I-iya…” Jawab Kagura canggung. “Wah, kakak yang tadi.” Kagura membantin.

“Aku datang mengambil formulir pendaftaran.”

“Ah.. kakak mau menjadi anggota klub?”

“Ya.”

“Tunggu sebentar.” Kagura membuka laci meja dan mengambil selembar formulir pendaftaran. Dia menyerahkannya kepada kakak kelasnya. Setelah itu Kagura mengajaknya keluar klub. “Kakak pulang duluan saja, aku harus mengunci ruangannya dulu.” Kata Kagura canggung. Dia memang mengharapkan angota baru, tapi bukan kakak kelas juga. Lagi pula dia butuh penerus, bukan orang yang akan meninggalkannya duluan—selain itu, orang ini, saat partandingan di hari festival itu, hampir memukul Sougo karena sedikit kesalahpahaman.

Kagura telah mengunci ruang klubnya dengan baik dan mereka berdua pergi ke area parkir. Hanya tersisa dua sepeda di sana. “Sepertinya sudah tidak ada orang di sekolah.” Kata Kagura basa-basi.

“Ya.”

“Hmmm… kakak kenapa datangnya telat?”

“Aku? Soalnya… aku menunggu orang yang selalu menempel padamu itu pulang. Aku tidak nyaman denganya, siapa ya namanya si brengsek itu?”

“Brenksek?”

“Sougo, maksud kakak?”

“Ah, ya… sepertinya itu namanya.”

“Sepertinya?”

“Kalau begitu, aku pergi dulu.” Kata Kagura, dia sudah siap dengan sepedanya. “Ah, hampir lupa. Nama kakak siapa?”

“Hijikata Toushiro.”

***

Cahaya di Permukaan Laut (OkiKagu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang