Tiga bulan berlalu, sejak Kagura memutuskan untuk tinggal bersama orang tuanya. Dia bahagia, hanya saja, tidak sama. Ada kekosongan di dalam dirinya yang amat besar, yang membuatnya hampir setiap waktu, selalu merasa gelisah. Masalahnya adalah, Gintoki tidak mau berbicara dengannya. Setiap kali dia menghubungi Gintoki, begitu Gintoki mendengar suaranya, teleponnya langsung di matikan.
"Apa-apaan..." Gumam Kagura pelan, sambil menghela napasnya. Dia melempar handphonenya di atas sofa.
"Tidak dijawab?" Tanya Kamui, yang membuat Kagura kaget luar biasa, karena dia tiba-tiba muncul begitu saja.
"YA." Jawab Kagura kesal.
"Kenapa galak begitu? Jangan risau, jika kau merindukan keluarga lamamu, cukup mudah, kan?"
"Apanya yang cukup mudah?"
"Bertemu dengan mereka."
Kagura tersenyum sinis. "Aku tidak menginginkannya."
"Kalau begitu, apa yang kau inginkan...?"
Kagura terdiam. Yang dia inginkan? Kalaupun dia memberitahu Kamui soal itu, Kamui tidak akan bisa mengabulkan.
"Gintoki... nama paman yang tinggal denganmu?" Tanya Kamui lagi.
"Ya."
"Temui dia."
"Sudah kukatakan, aku tidak menginginkannya."
"Kenapa? Katanya sangat rindu."
"Kapan aku mengatakannya!?" Tanya Kagura tegas.
"Tindakanmu yang mengatakannya." Jawab Kamui singkat dan meninggalkan Kagura sendirian untuk merenung. Ya, Kagura memang sangat merindukan Gintoki. Merindukan rumahnya. Merindukan teman-temannya. Merindukan Sougo. Tapi apa bisa dia pulang begitu saja setelah menghilang semaunya. Gintoki mungkin tidak akan menerimanya kembali, teman-temannya mungkin menjadi membencinya dan tidak akan memaafkannya, dan Sougo mungkin sudah melupakannya. Bukankah keberadaan Nobume sangat kuat dan mengikat? Dan jika pun dia kembali, Kagura mungkin tidak akan kembali lagi ke orang tuanya. Karena ikatan dengan Kabukicho, luar biasa kuatnya.
***
Sekolahnya Sougo satu kali dalam setahun memiliki program tour dalam atau di luar kota. Tapi lebih sering di dalam kota. Kepala sekolah terlalu malas mengarahkan stafnya untuk melakukan hal-hal yang rumit. Tapi kali ini, entah kenapa dia tiba-tiba menyarankan untuk pergi ke kota yang berbeda kepada para stafnya. Terpilihlah kota yang akan mereka tuju, yaitu kota yang saat ini Kagura dan keluarganya tinggal. Peserta programnya kelas satu dan kelas dua. Mereka tidak wajib mengikuti program, hanya jika mereka suka—dan hampir setengah dari kelas satu dan kelas dua, tidak mendaftarkan diri dikarenakan biaya yang dipakai adalah biaya pribadi. Sekolah hanya memfasilitasi penginapan.
Nobume dan Mitsuba telah mendaftarkan dirinya. Tapi Sougo masih dalam kebimbangan. Haruskah dia pergi? Karena hingga saat ini, perasaannya masih belum membaik. Dia seperti kelelahan akan hidupnya, seperti tidak ingin melakukan apapun, dia kehilangan semua gairahnya.
Saat makan malam dengan Kondou, mereka berdua sedikit berdiskusi. Meskipun Sougo berusaha memperlihatkan bahwa dirinya baik-baik saja, tapi Kondou dan Mitsuba tahu, bahwa dia tidak baik-baik saja. Kondou prihatin dengan kondisi anaknya dan menyarankan agar Sougo juga ikut tour sekolahnya, dengan alasan untuk menjaga adiknya.
***
Kamui telah berbicara kepada kedua orang tuanya mengenai kondisi adiknya yang saat ini selalu risau. Tentu saja sangat berat untuk kedua orang tuanya memutuskan hal ini, tapi mereka berusaha untuk lebih dewasa lagi menyikapi permasalahannya. Selain itu, mereka telah menyakiti hati Kagura berkali-kali lipat ketika mereka meninggalkannya sendirian kepada orang asing, sekarang, ketika anaknya bisa jauh lebih bahagia lagi, kenapa mereka harus menahannya?
Kagura duduk bersama orang tuanya dan menangis tersedu-sedu. Ini memang bukan perpisahan selamanya, mereka tentu saja bisa sering bertemu, tapi tetap saja akan jauh. Meskipun demikian, Kagura memutuskan untuk kembali.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Cahaya di Permukaan Laut (OkiKagu)
FanfictionSougo dan Kagura sangat dekat--sebagai teman dan tetangga. Zona nyaman mereka berdua kemudian diusik dengan kehadiran tetangga baru mereka, Nobume dan Takasugi. Tiba-tiba saja, Kagura seperti tersisih sebagai orang yang selalu menemani Sougo, digan...