Bel sekolah berbunyi, pelajaran berakhir. Kagura buru-buru membereskan bukunya dan segera keluar dari kelas. Melihat itu Sougo hendak mencegatnya tapi Nobume memanggilnya. Sementara di depan kelas, Kagura berpapasan dengan Takasugi.
"Mau pulang?" Tanya Takasugi. Kagura sedikit bingung menjawabnya. "Tadi pagi kau datang terlalu pagi ke sekolah, tidak biasanya."
"Yup!"
"Apa ada sesuatu yang terjadi?"
"Akan ada festival. Dua minggu lagi. Aku panitia." Jawab Kagura spontan—yang sebenarnya dia hanya sedang menghindari para tetangganya. Meskipun dia tidak tahu kenapa dia melakukannya, dia hanya merasa pikirannya sedang kacau.
"Itu keren. Kalau begitu ayo kita pulang." Ajak Takasugi.
"TIdak!" Jawab Kagura spontan, Takasugi menatapnya bingung.
"Tidak?"
"Maksudku, aku masih ada sedikit kegiatan di sekolah." Kagura berbohong.
"Dengan siapa?"
"Sendiri!"
"Kutemani. Aku belum pernah tinggal lebih lama di sekolah, aku penasaran... seperti apa jalanan pulang saat sore hari."
"Tidak perlu." Jawab Kagura, mulai berkeringat. "Aku biasa melakukan segala sesuatunya sendiri."
"Tidak tampak seperti itu. Apa mungkin... ammm..." Takasugi terdiam sejenak, "Kau merasa tidak nyaman padaku dan Nobume?"
Kagura terpojok. Dia memang merasa sedikit seperti itu. Wajahnya sedikit memerah dan dia kebingungan sekarang. "Ka ... kau ini bicara apa? Aku tidak nyaman? Untuk apa? Kenapa aku harus merasa seperti itu? Dan lagi, kenapa kau merasa seperti itu?"
"Ka.. karena kau jarang berkumpul dengan kami. Aku merasa kedekatanku denganmu tidak seperti bagaimana aku dekat dengan Sougo dan Mitsuba."
"Hahahaha." Kagura tertawa canggung. "Itu karena... aku sangat sibuk untuk festival sekolah." Jawab Kagura sambil sedikit merapikan rambutnya. "Kau ingin tinggal di sekolah, kan? Ayo lakukan. Ayo!" Ajak Kagura dengan semangat tidak jelas. Takasugi jadi semakin bingung, tapi dia menikmatinya. "Ayo kita pergi."
"Ke mana?"
"Ke ruang klub Menulis. Aku berkegiatan di sana." Jawab Kagura, dia kemudian mulai bergerak dan berbalik arah. Yang seharusnya dia ingin segera pulang dan tidur, tapi dia kini harus tinggal di sekolah karena ulahnya sendiri.
Sementara itu dari dalam kelas, Sougo dan Nobume ternyata memperhatikan Kagura dan Takasugi yang berdiskusi di luar kelas. Mereka berdua saling menatap.
"Kita pulang saja?" Tanya Nobume ragu, dia khawatir mungkin saja Sougo juga ingin tinggal menemani Kagura dan Takasugi di sekolah. Sougo terdiam beberapa saat, bingung harus bagaimana.
"Kupikir... ya. Memangnya kita mau apa di sekolah? Ayo pulang." Ajak Sougo. Keduanya meninggalkan kelas. "Kenapa dia berbohong?" Pikir Sougo dengan serius. Sougo sangat tahu gelagat Kagura ketika sedang berbohong.
***
Klub Menulis.
Kagura pura-pura sibuk dengan komputer klubnya. Padahal dia hanya sedang bermain games, hanya karena Takasugi tidak bisa melihat layarnya—yang sedang duduk di kursi panjang dekat jendela menatap Kagura dalam diam. Lagi pula, Kagura memangnya mau melakukan apa? Semua tugasnya untuk festival telah selasai.
Waktu berlalu, sekitar dua jam? Mungkin selama itu, Takasugi masih tetap setia menemani Kagura dalam diam. Mereka benar-benar tidak melakukan komunikasi apapun. Bukan karena Takasugi tidak memiliki sesuatu apapun untuk dibicarakan dengan Kagura, tapi dia sedang terpaku menatap gadis cantik dengan mata biru yang indah. Takasugi seperti terhipnotis, dia merasakan detak jantungnya yang secara perlahan mulai tidak beraturan.
Kagura melirik Takasugi sekilas, memastikan apakah laki-laki itu sudah sangat bosan? Agar Kagura bisa cepat mengakhiri kepura-puraannya. Dan ketika dia menaikkan pandangannya, tatapan mereka bertemu. Seperti ada kilatan petir yang seketika menyabar jantungnya, Kagura segera mengalihkan pandangnya. Bagaimana bisa, tatapan laki-laki di depannya menjadi setajam itu?
Kagura mengatur nafasnya perlahan, tanpa disadari Takasugi, Kagura tiba-tiba menjadi gugup setengah mati. Luar biasa, dia bertanya dalam dirinya, perasaan apa ini?
"Ayo pulang!" Ajak Kagura tiba-tiba, memecah keheningan.
"Kau sudah selesai?"
"Yah! Kau tidak bosan?"
"Kenapa aku harus? Aku suka... melihatmu."
"O!?"
Kagura merasakan wajahnya mulai memanas. Kenapa mengatakan hal seperti itu? Ada apa dengannya? Batin Kagura.
***
Sougo berbaring di kamarnya, berbaring memperhatikan jam di dinding dengan gelisah. Kenapa dia gelisah? Dia juga tidak mengerti kenapa dia merasa seperti itu. Kemudian dia bangkit berdiri, sudah belasan kali dia melakukannya dalam dua jam terakhir—sejak dia pulang sekolah. Dia membuka tirai kamarnya, mengintip ke arah kamarnya Kagura, apa dia sudah di sana?
"Masih belum. Kenapa dia belum pulang?" Tanyanya pada dirinya sendiri. "Apa yang sedang mereka lakukan di sekolah? Berdua saja?"
Kemudian dia berbaring kembali, kembali memperhatikan jam. Lalu bangkit lagi dengan gelisah. "Apa aku ke sekolah saja? Menjemput mereka...?"
Sougo berlari kecil menuruni tangga. Kemudian dia berhenti dan berpikir, "Kenapa aku harus melakukannya?" Pikirnya bingung, "Tapi—" dia mendengar suara yang samar-samar dari luar rumah. Sougo berlari keluar dengan cepat dan melihat Kagura dan Takasugi yang sedang saling melambaikan tangan di depan pagar rumahnya masing-masing.
Sougo kembali masuk ke dalam rumahnya dengan perasaan agak kesal.
"Sedang apa?"
"WOAAAH!" Sougo kaget, Mitsuba sedang berdiri disamping tangga memperhatikan tingkah lakunya yang tidak biasa. "Memangnya aku sedang apa? Mencari angin?" Jawab Sougo gagap, dia berlari naik ke kamarnya.
"Waaaahhh! Kupikir, ada sesuatu yang menarik yang sedang terjadi..." Batin Mitsuba.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Cahaya di Permukaan Laut (OkiKagu)
FanfictionSougo dan Kagura sangat dekat--sebagai teman dan tetangga. Zona nyaman mereka berdua kemudian diusik dengan kehadiran tetangga baru mereka, Nobume dan Takasugi. Tiba-tiba saja, Kagura seperti tersisih sebagai orang yang selalu menemani Sougo, digan...