Kagura, Otae dan Souyo sedang mencoba jajanan tradisional, bercengkrama dengan penjualnya sambil menikmati alunan musik yang terdengar dari kejauhan.
"Aku mau ke toilet." Kata Souyo tiba-tiba.
"Akan kutemani. Kagura, kau di sini saja, kami akan segera kembali." Kata Otae sambil menarik tangan Souyo pergi.
Kagura sendirian, dia tersenyum sopan kepada si nenek penjual, kemudian melihat-lihat disekelingnya. Memperhatikan keramaian dengan acuh tak acuh, hingga matanya manangkap sosok yang sangat dia kenal. Kagura yang sebelumnya berdiri bersandar, kini berdiri tegap dan menegang. Detak jantungnya tiba-tiba saja menjadi kacau, tangannya berkeringat, bahkan suaranya jadi tiba-tiba hilang. Dia bingung, bagaimana cara menyapanya? Akankah Sougo akan menerimanya begitu saja setelah dia meninggalkannya tanpa pamit? Dan bukankah terlalu aneh jika tiba-tiba saja mereka bertemu di festival? Akan lebih baik, jika mereka bertemu di rumah saja. Kemudian Kagura akan menyapanya dan berpura-pura seolah tidak terjadi apa-apa—dan memang tidak pernah terjadi apa-apa, mereka hanya... sudah lama tidak bertemu. Kagura mundur beberapa langkah dan berbalik arah, menjauh dari tempat itu sebelum Sougo melihatnya.
***
Sougo dengan tergesa-gesa berlari menyusuri semua tempat, matanya menyapu bersih seluruh stand, tapi Kagura tidak kunjung ditemukan. Di saat dia berhenti sejenak, di sebuah stand, dia melihat Otae dan Souyo yang sedang kebingungan. Sougo merasa bahwa dia sangat beruntung dan dengan segera menghampiri keduanya. Otae dan Souyo sedikit terkejut melihat Sougo, tapi itu mungkin saja terjadi mengingat mereka memang sudah harus ada di kota malam ini. Tapi tentang Sougo, keduanya tidak terlalu peduli, karena saat ini mereka lebih mengkhawatirkan Kagura yang tiba-tiba saja menghilang. Sougo masih mengatur napasnya, dia baru saja mau menanyakan Kagura ketika Otae memberitahunya tentang Kagura.
"Kagura menghilang, bantu kami mencarinya!" Kata Otae spontan.
"APA!?" Tanya Sougo terkejut.
"Sebelum itu aku harus memberitahumu sesuatu, bahwa Kagura telah kembali. Dan kemudian—"
"Baiklah. Aku tahu, aku akan mencarinya." Sougo sudah berlari pergi meninggalkan keduanya.
"Maksudku... mungkin saja dia sudah kembali ke tempat awal." Gumam Otae.
Sementara itu, Kagura sedang kebingungan. Dia lupa arah. Area festival sangat besar, dia tidak tahu di sudut mana Koundo dan yang lainnya berada. Dan dia juga ketakutan, jika dia kembali, mungkin saja Sougo sudah ada di sana, menemui mereka. Tapi jika dia tidak kembali, bagaimana caranya dia pulang? Atau haruskah dia ke mobil saja, duduk di depan di samping Gintoki dan pura-pura tidur hingga sampai di rumah nanti? Biarkan saja Kamui atau Gintoki yang menggendongnya masuk?
Lama Kagura berpikir mencari solusi terbaik, berdiri di tengah kerumunan hingga tanpa sadar ada seseorang yang dengan napas terengah-engah menghampirinya. Memegang tangannya dan menarik menghadap kearahnya. Kagura dengan satu tarikan napas bertatapan dengan Sougo. Waktu berhenti—tiba-tiba saja begitu. Suara helaan napas mereka berdua saat itu seperti seolah-olah menjadi satu-satunya suara yang berbunyi di muka bumi, detak jantung mereka berdetak senada dengan detakan alam, manusia—selain mereka berdua, menghilang.
Mereka terdiam. Mau mengatakan apa? Tidak ada satupun yang terpikirkan, yang penting bertemu saja dulu. Urusan lainnya, kemarahan, kesedihan, kerinduan, apapun emosi lainnya untuk sementara ini bisa di lewatkan—untuk beberapa detik saja, mereka ingin tetap seperti ini, saling bertatapan, mengenali satu sama lain.
***
Sougo dan Kagura berjalan santai, mengarah ke arah panggung festival, sejak beberapa menit lalu, belum ada satu kalimatku yang keluar dari mulut mereka kecuali saat Kagura mengajak Sougo untuk menemui yang lainnya—takut mereka ingin segara kembali ke desa. Mereka berjalan dalam dia, tapi anehnya—Sougo sepertinya lupa untuk melepaskan tangan Kagura yang sejak awal sudah dipegangnya dan Kagura bahkan tidak ingin menyuruhnya untuk melepaskannya.
"Ba... bagaimana liburannya?" Tanya Kagura pelan.
"Hmm? Hanya... begitu saja."
"Apa itu menyenangkan?"
"Begitulah."
"Apa-apaan?" Kagura berpikir keras. "Kami seperti orang asing saja."
"Bagaimana denganmu?" Tanya Sougo kemudian, dia juga mengucapkan kalimat-kalimatnya dengan kaku.
"Begitulah..." Jawab Kagura. Mereka berdua kemudian terdiam lagi.
"SERIUS!?" Pikir keduanya bersamaan.
"Kau..." Sougo berhenti, Kagura mengikutinya. "Memakai ... parfum?"
"Hmm? Kecium? Souyo asal menyemprotkannya padaku. Maaf." Jawab Kagura, jadi semakin canggung saja.
"Tidak. Aku menyukainya."
"Ya?" Kagura jadi tidak bisa mengatakan apapun lagi. Jantungnya serasa mau meledak. Sougo menatapnya—Kagura tertunduk malu.
Suara Kamui yang berteriak dari kejauhan, menyelamatkannya dari situasi yang hampir tidak pernah dia alami sebelumnya. Terlebih lagi dengan seorang Sougo. Kagura dengan terburu-buru melepaskan tangannya, tersenyum kepada kakaknya yang datang menghampirinya.
"Kau baik-baik saja? Tidak ada yang terlukan, kan?" Kamui memeriksa seluruh tubuh Kagura.
"Jangan menghilang begitu saja. Semua orang mengkhawirkanmu."
"Maaf. Aku tidak bermaksud."
Sementara Kagura dan Kamui sibuk dengan permasalahannya, Sougo mulai merasa benar-benar menjadi orang asing. Dia mundur beberapa langkah dan menatap Kamui dengan perasaan tidak nyaman. Siapa pula laki-laki itu? Pikirnya. Hanya beberapa bulan, Kagura sudah menggantikannya dengan orang lain, mereka bahkan jauh lebih akrab dibandingkan dengannya. Mereka berbicara dengan santai dan saling... mengkhawatirkan. Apakah dia, benar-benar telah kehilangan kesempatan?
"Dan siapa pula dia ini? Tatapan matanya terlihat seperti bajingan." Kata Kamui kemudian, beralih menatap Sougo.
"HAAH!??" Sougo membalas menatap Kamui dengan kesal. "Bajingan?"
"Dia bukan bajingan. Dia temanku." Jelas Kagura, melerai keduanya, takut terjadi pertengkaran
yang tidak perlu. "Dia anaknya paman Koundo. Sougo."
"Ahh.. dia orangnya. Kenapa bisa di sini? Bukankah pergi tour?"
"Oh? Tidak tahu. Aku juga belum menanyakannya. Dan ngomong-ngomong..." Kagura menatap
Sougo, "Ini Kamui. Kakakku."
"Kakak!?" Tanya Sougo kaget bercampur lega.
"Dia datang mengantarku kembali, dan juga akan di sini selama tiga bulan. Semoga kalian bisa akrab." Kata Kagura sambil memperlihatkan senyum khasnya. Menyaksikan itu, Sougo menjadi sangat lega, benar... itu adalah senyuman Kagura yang selalu melekat dalam ingatannya. Sepertinya, gadis yang ada di depannya, belum berubah.
***
The End
Jangan terlalu terkejut. Aku tidak benar-benar menamatkannya. Anggap saja ini adalah season 1, berarti akan ada season keduanya.Sampai bertemu di season kedua
😊😊😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Cahaya di Permukaan Laut (OkiKagu)
FanfictionSougo dan Kagura sangat dekat--sebagai teman dan tetangga. Zona nyaman mereka berdua kemudian diusik dengan kehadiran tetangga baru mereka, Nobume dan Takasugi. Tiba-tiba saja, Kagura seperti tersisih sebagai orang yang selalu menemani Sougo, digan...