Sougo membuka matanya, menatap sendu langit-langit kamar. Dia ketiduran di tengah malam—memikirkan banyak hal dan tidak mendapatkan solusinya. Sougo menutup kembali matanya, sangat enggan untuk bangun. Dia kemudian dikagetkan dengan suara jendelanya—yang sepertinya dilempari batu oleh seseorang. Dia bangun, menuju arah jendela dan membuka tirainya.
Diseberang rumahnya, Kagura sedang menatapnya tanpa ekspresi dan Sougo juga menatap Kagura dengan wajah inconnectnya.
"Selamat pagi, Sounyet." Sapa Kagura.
"Ada apa, Rakus?" Jawab Sougo.
"Temani aku ke sekolah." Kata Kagura dengan wajah sombongnya.
"Di hari minggu?"
"Aku lupa mengambil file drama untuk festifal besok. Aku perlu mempelajarinya sebagai Narator."
"Ambil saja besok."
"Besok dramanya sudah harus ditampilkan, aku tidak mau terburu-buru."
"Kalau begitu pergi saja sendiri." Sougo menutup tirainya. Kagura menatap kesal, dia mengambil beberapa kerikil di pot bunganya kemudian kembali melempari jendela. Sougo kembali membuka tirainya.
"BAIKLAH, BODOH!" Kata Sougo dengan meninggikan suaranya, dia menutup kembali jendelanya kemudian bersiap-siap. Sekilas, dia melirik jam dinding—masih jam enam pagi. "Kagura benar-benar..." Gumamnya.
Menit berikutnya.
"Sounyet... cepatlaaaaahhh." Kagura berteriak di depan rumahnya. Sougo membuka pintu rumahnya dengan wajah agak kesal.
"Kau memang tidak tahu malu." Kata Sougo. Kagura terkekeh pelan. Sougo terdiam sejenak, rasanya sudah lama tidak melihat Kagura tertawa seperti ini.
"Ada apa?" Tanya Kagura heran, Sougo sedang memperhatikannya. Sougo menggeleng kepalanya, mereka berdua kemudian berangkat ke sekolah.
"Dari mana kau mendapatkan kunci sekolah?" Tanya Sougo dalam perjalanan.
"Aku hanya punya kunci klub."
"Jadi maksudmu... kita lompat pagar?"
"Begitulah.."
Sougo mendesah pelan.
***
Kagura dan Sougo masuk ke dalam ruang klub. Kagura langsung mencari hardcopy file drama di atas meja. Sementara Sougo memperhatikan keluar jendela.
"Waahhh..." Gumam Sougo, Kagura memperhatikannya. Dia sudah menemukan file dramanya. "Kagura..." Sougo melirik Kagura. "Ternyata, pemandangan halaman belakang sekolah jadi sangat menarik jika dilihat dari ruangan ini."
"Baru tahu?" Tanya Kagura sembari mendekati Sougo. Mereka berdiri berdampingan, sama-sama melihat keluar jendela. Kagura melebarkan matanya, pemandangan di depannya tidak seperti yang dia lihat. Halaman belakang sekolah mereka hanya dipisahkan oleh pagar pembatas dengan tebing pinggir laut. Dari ruangan klub, mereka dapat melihat matahari terbit.
"Indah bukan?" Kata Sougo.
"Hmmm, aku juga tidak pernah tahu kalau—" Kagura berhenti bicara, dia menatap Sougo yang tidak sengaja menyentuh tangannya yang memegang pinggiran jendela. Jantungnya berdegup ketika Sougo juga menatapnya. Hening.
Ada yang aneh diantara mereka berdua. Kedekatannya kini menjadi sangat canggung. Padahal kan mereka sangat biasa bersentuhan, Kagura bahkan lebih lancing dari pada Mitsuba kepada Sougo, tapi sekarang kenapa tiba-tiba sentuhan kecil itu menjadi asing? Apa karena beberapa waktu belakangan ini ada jarak diantara mereka berdua?
Kagura menarik nafasnya berat. "A... ayo kita pulang." Katanya canggung. Sougo mengangguk, mengikuti Kagura dari belakang. Selama perjalanan pulang, mereka berdua tidak banyak berbincang seperti biasanya. Sama-sama canggung—hal ini tidak pernah terjadi sebelumnya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Cahaya di Permukaan Laut (OkiKagu)
FanfictionSougo dan Kagura sangat dekat--sebagai teman dan tetangga. Zona nyaman mereka berdua kemudian diusik dengan kehadiran tetangga baru mereka, Nobume dan Takasugi. Tiba-tiba saja, Kagura seperti tersisih sebagai orang yang selalu menemani Sougo, digan...