Pukul 5.30 pagi.
Takasugi membuka matanya lebar-lebar. Menatap Kagura di depannya.
"Hai." Kata pertama yang keluar dari mulutnya, menyapa Kagura yang saat ini sudah rapi dengan seragam sekolahnya. Takasugi tersenyum, tidak percaya. Bahkan kali ini, Kagura menyisir rambutnya—biasanya saat pagi hari, tidak.
Kagura tersenyum. "Selamat pagi kak. Baru bangun?" Sapa Kagura, santai.
"Yup."
Kagura tertawa canggung. "Yang kemarin itu terimakasih."
"Soal apa?"
"Kau menghadiri perayaan ulang tahunku."
"Itu seharusnya aku, kau mengundangku di piknik yang sangat berharga. Terimakasih." Ucap Takasugi sambil menunduk—yang spontan membuat Kagura tertawa.
"Apa orang kota selalu melakukan hal seperti ini?" Tanya Kagura dengan ekspresi gembira.
"Orang kota mana yang kau maksud?" Tanya Takasugi dengan nada bercanda. Kagura kembali tertawa dan sedikit memukul dada bidang Takasugi. Takasugi juga jadi ikut tertawa. Rasanya, sebelum hari ini, mereka tidak pernah berbicara sesantai itu.
"Kakak... yang aku maksud." Jawab Kagura dengan nada sedikit manja.
"Kakak? Padahal kakak tinggal di desa."
Kagura kembali tertawa, "Tapi kami semua memanggil kakak dengan sebutan 'orang kota'."
"Benarkah?" Tanya Takasugi pura-pura terkejut, "'kami' itu... siapa saja?"
"Teman-temanku. Otae dan Souyo.."
"Heeee..."
"Ah, aku hampir lupa." Kata Kagura kemudian, dia mengeluarkan amplop di dalam tasnya. "Seharusnya aku menyerahkannya dari kemarin-kemarin, tapi aku saaaaangat sibuk hingga lupa." Kagura menyerahkan amplop itu kepada Takasugi, "Aku... Kagura Yato, dengan rasa hormat mengundang tuan Takasugi Shinsuke untuk hadir diperayaan ulang tahun sekolah ***!"
Takasugi jadi tertawa terbahak-bahak melihat Kagura meniru gaya menunduknya barusan. Dia tidak pernah tahu, ternyata Kagura anak yang seperti ini. Karena sejak mereka mulai tinggal di lingkungan Edo, rasanya, satu-satunya orang yang tidak bisa menyatu dengan mereka adalah Kagura.
Apa memang benar yang Kagura katakan waktu itu, dia jarang berkumpul karena kesibukannya mempersiapkan festival? Bukan karena ketidaknyamanannya terhadap mereka? Rasanya, Takasugi mendapatkan titik cerah akan semua itu.
"Aku pasti akan datang."
"Ini undangan untuk keluarga, sebenarnya... hahaha."
"He... dasar."
"Kakak sudah pasti akan datang meskipun tanpa diundang. Tolong sampaikan ke paman dan bibi. Aku menunggu kalian. Dah!" Kagura berlari keluar pagar sambil melambaikan tangannya meninggalkan Takasugi sendirian di depan pintu rumahnya, memperhatikan Kagura yang beranjak menuju sekolah sambil tersenyum.
Detik berikutnya, dia juga melihat Sougo yang sudah berpakain rapi keluar dengan sepedanya. Takasugi jadi penasaran, kenapa mereka berdua pergi begitu pagi ke sekolah. "Wooooeeee." Teriak Takasugi pada Sougo yang hanya dibalas dengan lambaian tangan oleh Sougo, lalu Sougo sudah meluncur pergi dengan sepedanya.
"Wah, membuat kesal." Ucap Takasugi lirih.
***
Kagura mendengar suara dibelakangnya dan melirik sekilas. Sougo sedang berusaha mengejarnya. "Pagi." Sapa Sougo dengan wajah datarnya.
"Pagi." Jawab Kagura tidak terlalu peduli.
"Tadi... ada urusan apa dengan Takasugi?" Tanya Sougo sambil memasang wajah datar. Padahal dia cukup penasaran.
"Bukan urusanmu!" Jawab Kagura ketus. Padahal dalam hatinya dia berteriak girang, karena secepat ini dia bisa membalas perlakuan Sougo tadi malam. Balas dendamnya memang berhasil, Sougo memang kesal karenanya.
"Kau tahu tidak, Kagura...?" Kata Sougo kemudian, Kagura meliriknya. "Saat kau bersama Takasugi tadi, caramu tertawa, benar-benar... saaaaangat bodoh!" Kemudian Sougo melaju kencang sendirian, meninggalkan Kagura yang hampir mendidih. Kagura jadi tidak punya gairah untuk memutar sadel sepedanya.
***
"Kau terlambat."
Kagura memarkir sepedanya, dia menatap kesal kearah Sougo yang berdiri bersandar di tiang-tiang penyanggah atap parkiran. "Kau... menungguku?"
Sougo tersenyum licik. "Aku masih ingin melihat wajah bodohmu." Jawab Sougo, "Kenapa kau tidak tertawa lagi, seperti tadi? seperti saat bersama Takasugi, saat kau memperlihatkan kebodohanmu, hmmm?"
Kagura menatap Sougo bingung, kenapa dia bertingkah seperti ini? Dan juga, dia terlalu banyak mengatakan kata bodoh.
"Tertawalah, seperti orang bodoh." Sougo terus mengoceh dan, Kagura hanya menatapnya—tidak percaya. Lalu kemudian beranjak meninggalkan Sougo dan hendak menuju aula. "Kau bahkan sampai memukulnya... dengan lebay?" Lanjut Sougo, membuat Kagura berbalik menatapnya. Serius. Kagura jadi sangat bingung sekarang, dia sedikit pun tidak bisa menangkap kearah mana hal yang Sougo bicarakan.
"Aku..." Kagura akhirnya mengeluarkan suara, "sama sekali tidak mengerti apa yang kau bicarakan?" Ucapnya dengan wajah super polos. "Tentu saja, selain kata 'bodoh' yang terus menerus kau ucapkan sejak tadi. Itu benar-benar membuatku marah! Aku serius ingin memukulmu, tapi tidak jadi kulakukan karena aku tiba-tiba berpikir, mungkin saja kau sedang kena penyakit gila yang menular? Atau kena penyakit saraf yang menular? Atau penyakut otak yang menular? Jadi kubiarkan saja." Kata Kagura dengan nada kesal. Dia mendekati Sougo yang kini diam mematung—yang sambil berpikir dan memutar kembali ingatannya pada waktu menit-menit sebelumnya, kenapa dia sangat marah melihat Kagura dan Takasugi bersama?
"Sougo..." Panggil Kagura pelan, mereka sekarang berhadapan. "Apa mungkin... paman tidak memberimu uang jajan?"
Sougo jadi tidak tahan dan langsung mengeluarkan uang seratus ribu dikantung bajunya. "Aku mendapat lebih dari cukup karena hari ini festival sekolah."
Lalu kenapa kau bertingkah aneh? Batin Kagura. "Kita pakai bersama, ya?" Kata Kagura sambil tersenyum memperlihatkan serentetan giginya. Sougo tersenyum pelan menatap Kagura.
"Baiklah..." Ucapnya lirih. Mereka kemudian sama-sama meninggalkan parkiran. Sougo bersyukur, Kagura bukan orang yang mudah marah, bukan juga orang yang bisa marah terlalu lama, apalagi terhadapnya. Meskipun dia juga cukup sering mengejeknya, tapi Kagura selalu tampak baik-baik saja dengan perlakuannya.
***
Aku sudah berusaha update dari kemarin, tapi jaringanku bersamalah terus. Tapi syukurnya, sekarang berhasil di update ...
KAMU SEDANG MEMBACA
Cahaya di Permukaan Laut (OkiKagu)
FanfictionSougo dan Kagura sangat dekat--sebagai teman dan tetangga. Zona nyaman mereka berdua kemudian diusik dengan kehadiran tetangga baru mereka, Nobume dan Takasugi. Tiba-tiba saja, Kagura seperti tersisih sebagai orang yang selalu menemani Sougo, digan...