#11: It's over?

2K 244 50
                                    

After all that we've been through
I will make it up to you I promise to
And after all that's been said and done
You're just a part of me I can't let go.
-Hard to say i'm sorry.

Apa yang lebih menyedihkan dari kehilangan? Kehilangan seorang anak yang harusnya bisa ku jaga, ku rawat dan ku beri cinta serta kasih sayang. Meski dia belum sempat menyapa dunia atau sekedar membuka matanya untuk melihat langit biru, tetap saja ini sangat menyakitkan. Aku merasa gagal sekaligus tidak pantas menjadi seorang ibu. Aku tidak bisa menjaganya, itu salahku

Kini yang bisa kulakukan hanya berdiam diri menyesali apa yang telah terjadi, aku sudah cukup menangis untuk kehilangan

"Mom tau perasaanmu, Tuhan lebih mencintainya maka dari itu ia mengambilnya" ucap mom seraya mengelus rambutku

Aku tidak menjawabnya, pandangan ku jatuh pada pria dengan baju kaus hitam yang sedang duduk disofa ruang rawat inap ini, matanya menyorot kosong

"Mungkin. Tapi aku tau alasan pasti mengapa Tuhan mengambil anak kami dengan cepat"

Harry menoleh kearah ku dan mom, ia tak bergeming lagi

"Tuhan ingin aku dan Harry segera berpisah. Maka dari itu semua ini terjadi" melemparkan senyuman yang tak diindah oleh Harry

mom menyentuh tangan kiriku, dengan raut wajah serius
"Apa yang kau bicarakan?"

Aku menggeleng pelan masih terus bertatapan dengan Harry, ia mulai bangkit dan pergi keluar tidak lupa membanting pintunya

Menarik nafas panjang kemudian menghembuskannya
"Aku ingin bercerai dengannya, mom. Kumohon, kali ini jangan menghentikanku. Aku lelah"

***

Waktu berlalu dengan cepat, hampir satu bulan pasca aku keluar dari rumah sakit. Aku memilih pulang kerumah keluarga ku. Maksudku rumah Greg

"Baiklah, kami pergi sekarang. Jaga dirimu baik-baik" mom memelukku singkat bergantian dengan Greg

"Jangan terlalu lama disana, setelah urusan kalian selesai cepatlah pulang" ujarku disambut tawa ringan dari Greg, ia mengacak rambutku

"Aku teringat ketika kau masih berusia 7 tahun"

"Ck. Kembalikan aku ke masalalu, please?" Gurau ku. Hingga sampai diteras rumah Greg dan mom pamit untuk pergi

Mereka akan berangkat ke California selama beberapa hari, bukan untuk liburan. Tapi urusan pekerjaan yang sangat penting, katanya

Melambaikan tangan ku kearah mobil yang membawa Greg dan mom keluar melewati gerbang, ku putuskan untuk kembali masuk kedalam mengingat cuaca mendung siang ini. Sepertinya akan turun hujan deras

Menghempaskan tubuhku diatas kasur king size dikamar ku yang bernuansa pink, aku menatap langit-langit kamar. Aku tidak pernah menghitung hari usai kejadian aku keguguran itu, tapi aku selalu mengingatnya tanpa ku kehendaki. Entahlah..

Keputusan ku untuk berpisah dengan Harry sudah bulat, kurasa waktu dua tahun menghabiskan waktu sebagai istrinya sudah cukup. Tidak ada yang bisa berubah dan kami tidak bisa terus begini, jadi ku ambil jalan tengah untuk membebaskan kami berdua walaupun pada awalnya itu akan menyakitiku

Sudah waktunya aku menjadi diriku sendiri. Dan berhenti berpura-pura

Knock.. knock..

Ceklek

Suara ketukan terdengar sebelum pintu kamar ku terbuka, membuatku refleks bangun dari posisi berbaring ku. Dan aku dikejutkan oleh sosok pria dengan stelan jas kantor berwarna hitam yang rapi seperti biasanya

"What the... bagaimana bisa kau masuk, Harry?" Tanyaku cepat mulai turun dari kasur

Ya, dia. Harry tidak menjawab, ia melangkah masuk dan menutup pintunya membuat jantung ku berdebar kencang karna takut ia melakukan hal-hal diluar nalar, bisa dilihat dari raut wajah tegasnya yang dingin namun aku juga bisa melihat jelas kantung mata disana dan bibirnya yang agak pucat

"H--Harry.. what do you want?" Aku terus mundur selama ia maju hingga punggungku mengenai tembok, stuck!?

Aku hanya diam membiarkan ia terus berjalan memperkecil jarak diantara kami hingga ia benar-benar berada tepat didepan ku, sangat dekat

"what the hell?!" Gumamku menahan teriakan saat kedua lengan kekar Harry mengepung ku ditengah antaranya

"Look at me" bisiknya, entah kenapa aku langsung menuruti itu. Mataku bertemu dengan iris hijau zamrud miliknya yang sangat indah dan ku sukai. Ku rasakan keteduhan mendadak, tak ada sorot tajam mengerikan melainkan tatapan tulus

"Harry--"

"I miss you"

Tiga kata itu, sukses membuatku terdiam. Pandanganku hanya terkunci padanya. Hingga tangan kanannya bergerak mengusap pipiku

"Biar ku katakan padamu apa yang sebenarnya terjadi. Kau mau mendengarkan ku?" Tanya Harry, aku diam sesaat. Ya Tuhan.. aku merindukannya

"Hey" tegurnya menyadari jika aku baru saja melamun, akupun mengangguk kecil. Harry tersenyum tipis, sangat tipis

Perlahan ia menarik tanganku, membawa kami untuk duduk ditepi kasur dengan posisi saling berhadapan

"Aku minta maaf untuk kehilangan--"

"Itu bukan salahmu" potongku mengerti kemana arah pembicaraannya, Harry menghela nafas sebelum meraih salah satu tangan ku untuk digenggam

"Aku akan menjadi jujur, hari ini aku akan mengikuti kata hatiku tanpa adanya gengsi, arogan atau apa saja itu. Tapi kumohon padamu.. apapun yang ku katakan nanti, aku bersumpah jika itu faktanya, dan ku harap kau mempercayaiku" ucap Harry lembut, lagi-lagi aku hanya mengangguk walau sebenarnya ada desiran aneh didalam hatiku disaat tangan kami saling bersentuhan seperti saat ini

"Mungkin kau bertanya-tanya kenapa aku menjadi sangat kasar, pemarah, brengsek? Bahkan aku sampai menduakanmu. Membawa Amanda untuk tinggal dirumah kita, mengabaikanmu. Mungkin kau bingung--"

"Aku tidak lagi merasakan itu" ujarku memotong, Harry menyingkum rambutku kebelakang telingaku. Ia memandangi ku dengan seksama

"Semua itu kulakukan untuk melawan perasaan ku, saat itu aku hampir mencintaimu dan tiba-tiba si keparat-- maksudku Zayn, mantan kekasihmu itu datang kembali. Aku cemas, aku takut kau lebih memilihnya karna kau masih mencintainya, aku tidak bisa membayangkan jika kau direbut kembali olehnya dan aku tidak bisa berbuat apa-apa karna kau juga juga masih mencintainya, bukan?" Jelas Harry terjeda sesaat, aku menatapnya tidak percaya namun tak bisa kutemukan jejak kebohongan disana

"Aku tak berdaya, aku seolah kehilangan arah dan aku hanya bisa melampisakannya entah bagaimana itu bisa ku lakukan, aku hanya ingin melupakan perasaan ku padamu, aku tidak ingin jatuh terlalu dalam lagi padamu karna ku pikir semua itu akan sia-sia. Kau akan lebih memilih hidup bersama Zayn karna itu harapan dan kebahagiaanmu, aku tak punya pilihan. Kau tau, Al? Ketika aku mendengar kabar kehamilan mu aku sangat bahagia, aku berniat memperbaiki segalanya dan memulai semua dari awal bersamamu, tapi aku selalu teringat pada cinta mu dan Zayn. Ditambah dengan keangkuhanku, aku hampir kehilanganmu"

Dia menangis? Hampir. Dan aku sendiri bungkam atas pengakuannya, dia mulai mencintaiku?

Perlahan aku melepas pegangan tangan kami yang sejujurnya terasa sangat nyaman
"Kau terlambat Haz, kau memang telah kehilangan ku sejak lama. Kau baru menyadarinya?"

"Aku mencintaimu" gumam Harry, seperti ada jutaan kupu-kupu yang melayang didalam perutku, irama jantungku semakin berdetak kencang. Apa ini mimpi? Atau aku salah dengar?

"Aku sangat mencintaimu" terangnya sekali lagi dengan keyakinan, aku menatapnya nanar bersusah payah menahan tangisan sialan ini

"Aku tidak bisa, kumohon mengertilah. Aku ingin kita tetap bercerai. Maafkan aku, Harry"


💯
Aseeeekkkk double up nih:*  yang mau cerai mah beda ya wkwkwk maafin ya kalo chapter ini kesannya kurang dapet gitu. Maklum lah jika aku ini hanya penulis yang masih abal-abal. But.... if you wanna know next chapter.. kamu semua harus vomment dulu♥ jangan siders ah.. hehehe

23/sept/18
-abel🌟

Truth Hurts // Harry StylesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang