Flashback On...
"Kalian berdua resmi menjadi sepasang suami istri. Kau bisa mencium istrimu"ucap si pendeta usai kami mengucap sumpah pernikahan
Iris mata hijau itu terus saja menatapku dengan arti yang sulit ku pahami, perlahan ia mendekatkan wajahnya hingga hembusan nafas hangat menerpa wajah ku. Ku rasakan bibir merah mudanya melumat bibirku lembut seiring terdengar sorak tepuk tangan dari para tamu undangan termasuk keluarga dan kerabat kami yang ikut berbahagia
Bahagia atas apa? Aku bahagia? Apa pria yang telah menjadi suami ku ini bahagia? Aku tidak sepenuhnya yakin
Aku tidak mengerti takdir apa yang membawaku hingga dipertemukan dengan seorang Harry Styles. Rekan bisnis kakak tiriku yang sekarang statusnya malah menjadi suami ku
"Kemari"
Hell yeah.. suara rendah Harry mampu membuatku sedikit terkejut, ditambah ia yang tiba-tiba merengkuh pinggul ku untuk memperkecil jarak diantara kami
"Ku harap kau bisa menjadi istri yang baik Al"
...Flashback Off
Rintik hujan yang mengenai kaca jendela mobil tidak sama sekali membuat ku memalingkan wajah dari jalanan New York pada malam hari. Hari ini menjadi hari yang panjang sekaligus salah satu moment yang bersejarah dalam hidupku
Aku dan Harry kembali terikat dalam tali pernikahan yang sah. Ini setelah satu bulan ia menceraikan Kenny. Kami memutuskan untuk kembali bersama secepat mungkin, tadinya Harry ingin mengadakan pesta besar-besaran namun aku menolaknya. Ini bukanlah pernikahan pertama bagiku maupun Harry, rasanya tidak etis jika janda dan duda menggelar acara pernikahan mewah. Jadi kami hanya mengadakan acara pemberkatan di gereja dan mengundang beberapa kerabat dekat yang berada di New York.
Senyumku terukir mengingat bagaimana tampannya Harry dengan jas hitamnya tadi siang. Dia memang masih terlihat luar biasa walau ada beberapa helai rambutnya yang memutih dan kulitnya yang sedikit berkerut. Tapi hanya sedikit.. Harry-ku masih bisa selalu membuatku jatuh cinta semakin dalam disetiap hari bahkan detiknya.
Hingga sebuah tangan besar mulai membungkus tanganku membuatku menoleh kesamping
"hai" sapanya dengan suara rendah, kami sama-sama tersenyum. Aku menyenderkan kepalaku dipundak Harry menikmati perjalanan kami menuju kesalah satu tempat yang jauh dari permukiman, ditemani oleh supir pribadi. Kalian ingat Dean? Pekerja setia yang Harry miliki dari dulu hingga saat ini
"Oh Dean..istriku sudah sangat tidak sabar. Bisa kau cepat sedikit?" Ucap Harry kepada Dean disambut anggukan dan kekehan geli
"Hazza.. kau bicara apa?" Geramku tersipu malu akan gurauannya tadi
"Kau sudah tidak sabar bukan? Aku juga.." ujar Harry kemudian mengecup keningku dua kali
"Ingat usiamu. bahkan Jack dan Jessi bisa saja memberikanmu cucu, Haz" aku tertawa pelan karna ekspresi Harry. Ia memajukan bibirnya dan itu menggemaskan!
"Lalu?" Tanyanya acuh, aku mendengus sembari memutar bola mataku malas
"Lalu kau ingin anak kita seumuran dengan cucu kita nanti?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Truth Hurts // Harry Styles
Fanfiction[COMPLETED] Banyak hal menarik disetiap pergeseran. Begitu pula dengan kejujuran dan kebenaran, walau itu menyakitkan sekalipun. -Alisa Rank #1 in hendall [06.12.2018] Rank #8 in harbara [14.03.2019] Rank #1 in harrystyles [09.05.2019]