#20: Brother?

1.7K 189 13
                                    

Jangan lupa klik 🌟vote + comment

Suara gemercik hujan yang mengenai atap turut menemani waktuku di pagi New York yang cuacanya buruk ini, seakan mewakili perasaan ku

Aku yakin jika penampilan ku sangat buruk. Dengan rambut yang berantakan mata sembab dan jangan lupakan kantung disekitar bawahnya, setelah melewatkan jam tidur karna memikirkan Harry yang pergi sejak semalam hingga sekarang ia belum juga pulang

Meraih ponsel ku yang tergeletak diatas kasur dan mencari kontak telfon Harry

"Mr.Styles, tinggalkan pesan." Aku memejamkan mata sambil menghela nafas karna hanya pesan suara yang ku dengar

"Pulanglah, kumohon." Bisikku sebelum memutuskan sambungannya

Menutup wajahku frustasi, aku mulai menangis kembali. Aku menyesal karna mengecewakan Harry dan membuatnya marah, demi Tuhan.. aku tidak menyangka jika yang terjadi akan seperti sekarang

Awal niatku yang hanya ingin mencari kebebasan malah berujung dengan masalah pada rumah tanggaku, aku memang bodoh..

Knock.. knock..

Suara ketukan pintu membuatku menyeka air mata dan turun dari atas kasur, setelah membuka pintu aku dikejutkan dengan Harry yang tiba-tiba memeluk tubuhku. Bersender padaku karna ia tak seimbang lebih tepatnya

"Hazza? You okay?" Tanyaku pelan, namun bau alkohol telah menjawab pertanyaan ku. Saat ini dapat dipastikan bahwa ia pasti mabuk

Dengan bersusah payah membopongnya menuju kasur, dan membaringkannya disana. Harry meracau tidak jelas selagi matanya terpejam, aku memilih duduk disisi kasur sembari mengelus rambut ikalnya yang mulai memanjang

"Kau brengsek. Kau wanita brengsek, Al"

Sesak. Itulah yang kurasakan saat ini, ketika ia mengatakannya. Walau Harry dalam pengaruh alkohol, tapi tetap saja hatiku sakit mendengarnya. Aku tau aku bersalah dan pantas menerimanya

Menarik nafas panjang "tunggu. akan ku ambilkan aspirin"

Aku mulai bangkit namun kembali jatuh terduduk diempuknya kasur karna Harry menarik tangan ku, ia membuka matanya dan menatapku sayup

"Kau dengar? Kau wanita brengsek. Kau ular. Kau racun. Kau keparat"

Air mata yang sejak tadi ku bendung pecah begitu saja, aku menunduk tidak berani memandang wajah Harry

"Kau. sialnya aku terlanjur jatuh cinta padamu, hingga aku tak perduli seberbisa apapun kau"
"Yang ku tau, aku mencintaimu"

Sudut-sudut bibir tipisnya melengkung keatas, Harry tersenyum kecil sebelum kembali memejamkan matanya dan tak sadarkan diri

Entah aku harus senang atau sedih mendengar pengakuan itu

Mendekatkan wajahku ke telinga kanannya "maaf" hanya kalimat itu yang bisa kukatakan. Mengecup kening Harry selama beberapa saat sampai suara ponsel yang berada di saku celananya terdengar oleh ku

Pun aku memberanikan diri untuk melihat siapa yang mencoba menghubungi Harry, mengambil ponsel tersebut dan tertera notif pesan disana

Kurasa.. aku menyesal karna ingin mengetahuinya

From: Samara
'Senang bisa melihatmu malam ini, jika kau butuh teman.. kau bisa datang lagi, pintu kamarku selalu terbuka untukmu, Harold<3'

Entah dari mana aku mendapatkan rasa sakit itu, seperti ada ribuan belati yang menusuk relung hatiku. Tangaku mengenggem erat ponsel milik Harry selama pesan singkat itu tampil

Truth Hurts // Harry StylesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang