Menikmati secangkir coffe latte ditengah cuaca dingin dan hujan lebat memang kegiatan paling menyenangkan bagiku, sudah hampir satu jam lebih aku duduk disofa kamarku, menghadap kearah jendela
Memperhatikan setiap rintik hujan yang menabrak kacanya, aku lebih suka menghabiskan waktuku dengan berdiam diri diruangan yang tak sebagus kamar utama ku dan Harry dari pada aku keluar dan melihat wajah Harry. Entahlah, akhir-akhir ini aku malas melihatnya
Tentu saja aku malas melihat wajah itu
***
"Ayolah sayang" rengek seorang wanita terdengar samar-samar dari kamar Harry, aku yang tadinya berniat pergi jalan-jalan keluar memutuskan berbalik menuju kesana
Bagus. Pintunya tak tertutup rapat. Tentu ini memudahkan akses mengintip ku dan sekali lagi hatiku seolah dipukul menggunakan linggis panas hingga terpental dari tempatnya. Harry sedang cuddle bersama Amanda, mereka berpelukan dengan posisi Amanda menjadikan dada bidang Harry sebagai bantalnya
kedua tangan ku terkepal kuat bahkan aku bisa merasakan kuku milikku mememutih, ketika aku menarik nafas suara isakan yang sialannya harus ku jaga malah terdengar
Harry menoleh dan melemparkan tatapan tajam membunuh andalannya, aku mundur beberapa langkah dan segera berjalan kembali kekamar ku
"Tunggu"
Yup. Tiba-tiba saja ia sudah ada disini mencekal pergelangan tangan kananku
"What do you want?" Tanyaku pelan seraya melepaskan pegangan Harry dari ku
Ia melihatku dari atas hingga bawah
"Mau kemana kau?""Menjauh darimu, lari dari kenyataan yang setiap harinya mencoba membunuhku secara perlahan. Menghindari sekertarismu yang sialnya menjadi jalang selingkuhanmu--"
PLAK!
Kepalaku terlempar kesamping, perih menjalar disekujur pipi kananku. Ya, dia baru saja melepaskan satu tamparan padaku ini pertama kalinya tangan itu ringan untuk menyakitiku
Aku memegangi pipiku yang serasa berdenyut, memandangnya nanar dan miris. Jantung ku berdebar kencang
"Benarkah? Kau menamparku hanya karna aku menyebutnya jalang?"
Tak ada respon dari pria ini namun sorot tajam itu tidak berubah sedikitpun. Bibir tipisnya membentuk garis lurus, aku benci itu. Dan perlu kalian ketahui jika saat ini aku tak menangis walaupun tindakan Harry sudah kelewat batas
"Jawab aku Harry! Kenapa sekarang tanganmu mudah sekali untuk menyakitiku!? Kenapa kau suka sekali melukai perasaan ku? Sebenarnya apa salahku dan apa maumu!? Apa kau tidak memikirkan bagai mana perasaan ku ketika kau bersama wanita lain? Oh! Mungkin kau memang tak sudi memikirkannya karna aku tidak mencintaimu dan kau juga begitu bukan? Tapi... apakah kau tidak bisa menghargai perasaan ku? Aku punya perasaan dan hatiku sensitif. Aku hanya seorang wanita biasa Harry, wanita yang tak pernah dicintai oleh suaminya. Mungkin aku bisa menerima bahwa kau belum bisa mencintaiku atau bahkan tidak akan pernah bisa jatuh hati padaku, tapi sekali lagi Harry.. bisakah kau tidak menghianatiku? Dengan tidur bersama wanita lain bahkan menjalin hubungan dengannya itu sudah cukup membuatku sangat sakit. Sebenarnya apa salahku padamu, Harry? Kau tau? Lebih baik kau langsung membunuhku dari pada aku harus hidup seperti ini bersamamu, aku tidak tahan. Cukup Harry, cukup. Aku lelah"
Nafasku terengah, setidaknya aku sedikit lega karna telah mengatakan beban yang ada dihatiku
"Sekarang, kau sudah puas?" Tanya Harry sarkas, aku menatapnya jengah. Menggeleng pelan, aku memutuskan menyingkir dari hadapannya
KAMU SEDANG MEMBACA
Truth Hurts // Harry Styles
Fanfiction[COMPLETED] Banyak hal menarik disetiap pergeseran. Begitu pula dengan kejujuran dan kebenaran, walau itu menyakitkan sekalipun. -Alisa Rank #1 in hendall [06.12.2018] Rank #8 in harbara [14.03.2019] Rank #1 in harrystyles [09.05.2019]