Tujuh

322 20 4
                                    

Happy reading...
.
.
.

Yang cocok dari lama udah ada, ngerasa udah cocok banget malah, tapi dia maunya bukan aku, dia serius, tapi serius buat jadi sahabat aja bukan jadi partner hidup.
*Hana

***
Aku keluar dari pintu kamar mandi hampir pukul sepuluh malam. Padahal tadi niatnya mau keramas biar enak tidurnya, tapi karena mandinya sudah larut begini terpaksa di tunda, kramasnya besok aja.

Ting..!!

Aku mengambil hp yang terletak di atas meja rias.
Ada pesan masuk dari Yaya

"Beb, lagi ngapain? Keluar yuk,"
bosan di rumah nih, si Rio lagi asik kerja"

Aku sering keluar malam dengan Yaya, dulu sering bertiga sama mbak Raya sebelum nikah.

Keluar malam yang ada di pikiran kalian seperti apa? Ke club?
Bukan, kami itu anak baik-baik kok. Palingan keluarnya cari makan, ke mall atau cuma nongkrong. Biasanya mereka yang mengajak kalau lagi tidak diapelin pacarnya. Jijik baget kan? Untung sudah teman akrab, kalau tidak mana mau jadi cadangan. Sekarang semenjak mbak Raya sudah punya suami jadinya jarang hang out bareng, katanya ingin jadi istri yang baik ngurusin suami. Jadi sekarang lebih sering jalan berdua sama Yaya saja. Tapi malam ini aku sedang malas keluar. Omongan ibu tadi tidak tau kenapa sampai sekarang masih kepikiran.
Iya, tadi yang menyebapkanku mandi kemalaman karena begitu sampai di kontrakan ada panggilan tak terjawab dari bapak. Kuputuskan untuk menelepon balik.

"Kapan kamu kenalkan calon menantu ibu ke sini, Na?"
"Kok tiba-tiba ibu ngomongin ini, bu?"
"Ya sudah sewajarnya ibu nanya, ikam kadak lupa, kan, umur ikam sekarang sudah berapa? Sebentar lagi dua tujuh. Jangan asik begawi tarus disana. Kalo ada yang serius kenalkan sudah, ke bapak sama ibu."

.........
"Na? Kamu dengar ibu, lok? Kok kadak besuara?"

"Iya, bu. Dengar."
"Ibu bukan nya mau maksa kamu, pang, ibu cuma pengen kamu pikiri masa depan. Anak gadis itu kadak baik nikah kelaman, beda dengan laki bebas mau nikah umur berapa pun nggak masalah."

"Terus kalo jodohnya belum ada kayak apa bu?"

"Ya makanya kalo ada yang cocok jangan di lama-lamakan lagi, kamu tau ibu udah tua, cuma kamu satu-satunya anak bapak sama ibu. Ibu juga pengen gendong anakmu. Itu si Dewi tetangga sebelah anaknya julak Sri udah mau melahirkan bulan ini. Padahal umurnya di bawah kamu, lok?"

Selama ini ibu tidak pernah membahas tentang masalah ini. Mungkin ibu sudah lama kepikiran, cuma aku merasa ibu tidak berani omongin langsung takut aku tersinggung atau bagimana, mungkin.
Sampai sekarang aku masih kepikiran perkataan ibu. Bagaimana mau bawa calon menantu kalau pacar saja tak punya?
Dan——bagimana mau punya pacar kalau sampai sekarang tidak bisa lepas dari dia?

Ibu bilang, 'Ya makanya kalo ada yang cocok jangan di lama-lamakan lagi'.

Yang cocok dari lama sudah ada, malah sudah merasa cocok sekali, tapi dia maunya bukan aku. Dia serius, tapi serius buat jadi sahabat saja bukan jadi partner hidup.

Ya Tuhan, kenapa ingat jodoh jadi sedih begini, sih?

Ting...

Duh, ini si Yaya apa lagi? nggak paham suasana.

"Di read doang...?"

Lalu Kubalas, "Aku nggak bisa, Ya. Kapan-kapan aja"

" 😩"

Mengabaikan pesan Yaya, aku melemparkan hp ke atas kasur lalu ikut menjatuhkan tubuhku disana, mencoba memejamkan mata. Membuka sosmed kebiasaan sebelum tidur saja sudah tidak mood lagi, mending tidur. Siapa tahu besok pagi begitu buka mata sudah tidak kepikiran ini lagi.

Long distance Friendzone shitt !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang