Empat Puluh Tiga

163 12 4
                                    

Haii... lama banget nggak update, terakhir 2019 dan sekarang 2020. Setahun!

Semoga bisa Mengisi kekosongan waktu selama dalam mengikuti Aturan social distancing (stay home) ini.

Mudah-mudahan masih pada ingat dengan H² (Hana-Hilton) ini yaaa..

Kondisi rawan typo!!

Selamat membaca....



***

Sejak hubungan Hilton dengan Hana yang sebelumnya hanya sebagai ‘mantan sahabat’ telah naik drastis jadi ‘calon istri’, bukannya semakin terlihat sering jalan bersama seperti kebanyakan calon pengantin, justru bisa dikatakan sudah sebulan berlalu yang artinya tinggal sebulan lagi menuju hari pernikahan, hanya tiga kali saja Hilton mengunjungi rumah Hana.
Meskipun Hilton rutin menelepon Hana di setiap pagi dan malam, tapi Hana masih dibuat kesal beberapa kali. Pasalnya calon suami Hana itu terlihat seperti tidak perduli saja dengan pernikahan mereka.
Sudah tinggal menghitung hari tapi Hilton masih sibuk pergi kesana kemari sehingga membuat Hana geram.
Seperti hari ini, Pria itu masih berada di Singapur karena ada urusan di tempat kerjanya yang lama, katanya, dan baru akan pulang lusa. Padahal mereka sudah sepakat akan fitting baju pengantin besok.
Masa dia harus pergi sendirian?

“iya sayang. Maaf. Aku pikir bisa selesai paling tidak sampai malam ini. Rencananya ngambil penerbangan pagi besok, tapi—“ Suara Hilton terdengar frustasi dan kelelahan di ujung telepon.
Hana mengerti. Ia faham. Hilton tidak menginginkan seperti ini terjadi. Ia juga merasa kasihan mendengar suara lelah pria itu disana. Tapi Hana sudah terlanjur kesal. Sebap beberapa hari yang lalu saat Hana menyuruh agar pria itu langsung berangkat ke Singapur, Hilton malah memberikan alasan yang membuat Hana geram. “kok kayak nggak senang gitu aku datang, hon? Udah seminggu loh kita nggak ketemu, kamu nggak kangen, sayang?”
“biar ntar sempat loh fitting bajunya..” Bujuk Hana. Karena menurut Hana lebih cepat lebih baik daripada harus diburu waktu. Tapi Hilton tetaplah Hilton yang keras kepala.
“Nggak kangen?”
“Kan udah ketemu. Makanya cepat-cepat diselesaikan urusan kerjaannya, biar cepat tinggal serumah, biar nggak kangen lagi”
“Iya. Ini juga udah diusahain kelar semua sebelum hari-H. Biar cepat sah.” Ucap Hilton sambil mengedipkan mata menggoda Hana. Tentu saja Hana tidak menanggapi tingkah jail Hilton. Ia sudah paham tingkah Hilton yang jail sejak dulu terlebih belakangan ini, semenjak ada embel-embel calon istri, tingkah jail Hilton meningkat drastis. Yang dulunya hanya jail lewat perkataan saja, belakangan ini bahkan sudah sering melibatkan kontak fisik, seperti pada saat duduk dimanapun tidak bisa kalau tangan Hilton tidak memeluk pinggang Hana atau paling tidak menggenggam jemarinya. Belakangan ini juga hobi baru Hilton itu sering mencium dan mengendus-endus sekitar wajah hana, membuat Hana yang awalnya risih. Tapi Hilton sepertinya tidak peduli.
“Besok pagi aku berangkat. Aku usahain selesai paling tidak dua atau tiga hari. Tenang aja”
Tapi nyatanya hari ini Hilton tidak bisa menepati ucapannya.

“Hon…”

“Halo, Sayang… kamu marah?”

Suara Hilton dari ujung sana membuyarkan lamunan Hana. “Siapa yang marah?” ucapnya dengan nada malas.

Hilton kembali menghela nafas dalam sampai terdengar jelas di telinga Hana.

Ya udah, aku usahain besok pagi pulang”

Mendengar itu Hana jadi semakin tidak tega, ia merasa bersalah terkesan terlalu memaksa.

“Terus kerjaan kamu?”

Aku usahain yang bisa diselesaikan malam ini aku selesaikan dulu. Sisanya nanti aku serahin sama pak Henry, yang aku ceritain ke kamu. Jangan marah lagi, ya”

Long distance Friendzone shitt !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang