Dua Puluh Lima

144 16 2
                                    


Update double spesial di malam tahun baru...

*Disini pasti banyak kekurangan dan typo karena ini di tulis langsung begitu ada muncul ide. Atau mendadak.
Nggak pake review dan revisi.
Mungkin suatu saat kalau ada waktu mau di revisi...
Kalau....

***

Seperti arah jarum jam yang terus berputar.
Berganti, tapi selalu berputar disitu saja.

Seperti hari-hari yang terus berganti.
Hari minggu boleh saja berakhir dalam dua puluh empat jam,
tapi akan ada hari minggu berikutnya yang tidak akan pernah berakhir.

***
Hal yang paling menyakitkan dari cinta yang bertepuk sebelah tangan itu ketika kita ingin cemburu, tapi kita sadar kita tidak berhak untuk itu.

Baru saja tadi malam aku hampir berfikir kalau dia mempunyai rasa yang sama denganku, setidaknya punya rasa suka atau sejenis ketertarikan meskipun tidak ke jenis 'cinta', aku hampir terbuai.

Sudah berapa kali aku mengatakan ini?

Mungkin sudah berkali-kali. Aku tau kalian akan bosan mendengar ini, tapi memang seperti itulah perasaanku, selalu berulang-ulang.
Bagaimana tidak, setiap aku menarik diri menjauh, rasanya malah semakin ditarik mendekat. Persis seperti main layangan, kan?

Ya, ku akui aku wanita lemah yang mudah terperdaya oleh perasaanku sendiri.

Diterbangkan, terjatuh, lalu diterbangkan lagi, dan terjatuh lagi. Akupun seolah tidak pernah jera dengan semua bekas luka itu, aku selalu rela untuk membuat luka yang baru lagi disaat luka lama masih membekas. Dan hari ini pun terulang lagi.

Pagi terakhir di tahun ini...

Aku harus melewatkan pagiku saat aku terbangun matahari sudah hampir berada di atas kepalaku.

Entah jam berapa aku akhirnya bisa memejamkan mata tadi malam karena fikiranku yang sedikit kacau dengan tawaran Hilton yang menggiurkan.

Hati kecilku mengatakan 'ya. Pergi saja', bukankah itu akan menyenangkan? Melewatkan hari terakhir di akhir tahun bersama dengan orang yang spesial. Sepertinya itu akan jadi pengalaman yang tak terlupakan. Tapi sisi hatiku yang lain mengatakan itu salah. Akal sehatku mengingatkan kalau ini tidak benar.

Aku menggeleng yakin. Ya! Ini tidak benar.

Dan pagi ini betapa kagetnya aku ketika keluar dari kamar langsung ke ruang tamu tidak mendapati siapa-siapa, lalu aku melangkah ke pintu depan saat mendengar suara bapak yang sedang bicara ada di luar sana.

"Yah! aku bangun kesiangan kok nggak ada yang bb—"

Langkahku spontan berhenti di ambang pintu. Disana bukan hanya ayah saja. Sosok yang merusak jam tidurku tadi malam sedang duduk disana.

Wow! Pagi-pagi begini sudah rapi.

Dia terlihat gagah dengan jaket levis yang robek di beberapa bagian, lalu rambutnya yang di buat acak seperti baru saja di terpa angin topan. Tapi gaya rambut yang tertiup angin topan itu terlihat pas di wajahnya.

Dia menatapku seperti keheranan. Bola matanya memperhatikan ku dari atas sampai ke bawah. Seketika aku sadar dengan keadaanku yang mengenaskan, bangun tidur langsung keluar hanya dengan piama tidur kebesaran bermotif loly and stich dan rambut yang berantakan—satu-satunya pakaian tidur yang tersisa di lemariku. Piyama ini sangat tidak nyaman. Tapi aku terpaksa memakainya karena tidak punya pilihan. Karena pulang buru-buru kemarin jadinya tidak bawa persiapan. Tidak mungkin, kan aku tidur pakai jeans?
Sementara hotpan ku yang lama sudah tidak muat di tubuhku.

Long distance Friendzone shitt !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang