Semoga apapun yang kutuliskan disini, kalian suka... ❤
.
.
.
Perjuangan untuk mendapatkan seorang Hana, Hilton akui benar-benar luar biasa panjang.
Kadang, pemikiran 'mengapa harus Hana' itu pernah beberapa kali muncul di benaknya.
Ya. Mengapa harus dia? Dari sekian juta wanita yang pernah dia temui, mengapa harus Hana?
Apa istimewanya dia?
Jelas saja Hana istimewa. Hatinya seolah menyangkal.
Wanita yang membuat hidupnya jungkir balik dan melajang sampai saat ini, tentu saja karena Hana itu sesuatu sekali.
Hilton tersentak dari pemikirannya mendengar bunyi klakson dari belakang. Ternyata lampu merah sudah berganti hijau. Perjalanan menuju bandara masih memakan waktu sekitar dua puluh menit lagi, padahal Hana sudah sampai di bandara lima belas menit lalu. Hilton menggeram dan mengumpat, mobil di depannya bergerak sangat lambat. Hari ini dia cukup stress dengan masalah pekerjaan, apalagi setelah beberapa saat tadi mendengar ucapan ibunya lewat telepon. Ya, apalagi kalau bukan tentang dia yang masih sendiri dan ibunya yang bersikeras menyuruhnya pulang.
"Kamu kalau dibiarin keasikan begawai tarus*kerja terus, lupa umur. Pokoknya ikam harus bulik*pulang, ikam kadak bisa nyari istri sendiri, kalok? Makanya biar ibu bantu."
Kepalanya hampir pecah. Dia jadi tidak sabar ingin bertemu Hana, wanita itu pasti bisa membuat perasaannya tenang, seperti biasa. Bahkan hanya sekedar ngobrol yang tidak pentng.
Mengingat hampir dua bulan belakangan ini, hubungannya dengan Hana sudah sangat baik. Wanita itu sudah tidak menghindar lagi seperti beberapa kali saat pertama mereka bertemu, yang membuat Hilton sangat frustasi.Tidak tau saja wanita itu saat melihat wajahnya untuk pertama kali setelah tiga tahun itu, seperti ia yang menemukan seteguk air di tengah padang pasir yang tandus. Luar biasa lega.
Sejak dimana mereka bertukaran nomor, komunikasi mereka mulai berjalan lancar. Meskipun di awal-awal Hana masih dingin tapi akhirnya pertahanan wanita itu runtuh juga.
Hahh..! dia pikir dia sekuat itu untuk tidak luluh dengan pesona seorang Hilton ini?
Sekarang, mereka sudah sering bertukar pesan hanya untuk menanyakan hal-hal yang tidak penting seperti menanyakan 'sedang apa' walaupun sebenarnya hanya Hilton yang sering menanyakan itu.
Saat Hilton mengajak Hana makan malam untuk pertama kalinya, barulah Hilton tahu alasan wanita itu bersikap dingin. Dan—kalau mengingat itu Hilton tidak tahan untuk tidak tersenyum.
Masih sangat jelas diingatannya bagaimana Hana mengatakan kalimat itu.
"Aku harap ini yang terakhir kali kamu ngajak aku ketemuan berdua gini, ini nggak benar. Aku nggak bisa jadi Hana mu yang dulu, Hilton." Hilton mengingat jelas bagaimana wajah Hana yang tidak berani menatap pada Hilton. Bola matanya yang liar bergerak kesana kemari dan sesekali menunduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Long distance Friendzone shitt !
ChickLitBetween men and women there is no friendship possible. There is passion, enmity, wordship, love but, no friendship!! Dan--kalau sudah merasa nyaman, seseorang bisa lupa kalau dia hanya teman, atau sahabat sendiri. Rasa nyaman bisa membuatku lupa...