Tiga Puluh Satu

154 18 1
                                    

Ceriayang kembali.... !!! 😊😊

Ada yang penasaran dengan isi hatinya Hilton?
Hmm!! Author juga penasaran nih, kenapa sih Hilton itu suka buat baper anak orang?

Silahkan dibaca, dinikmati, dan diresapi pakai hati....!😆

Hati-hati dalam membaca,
Kondisi rawan typo!!!!

.
.
.

Hilton's POV

***
Ketika aku tau aku salah arah, aku berbalik, kembali menapaki arah yang sudah jauh kutinggalkan.
Aku menelusuri jalanan yang masih aku tidak tau ujungnya dimana tapi, yang aku tau inilah arahnya.

Namun siapa yang sangka, setelah begitu jauh berlari terengah, tiba-tiba saja jalan di depanku tak berujung. Buntu.

Honey ....

Begitu aku suka menyebutnya. Dia gadis pertama yang nekat berteman bahkan akrab denganku disaat semua makhluk wanita takut hanya berdekatan saja denganku. Kata mereka aku kejam, nakal, perokok, tidak ramah dan dingin, pokoknya menakutkan. Bahkan semua guru membenciku. Aku tidak akan menyangkal itu, memang benar demikian. Jangankan kaum perempuan, laki-laki yang tergolong anak baik saja tidak mau berteman denganku. Aku hanya bergaul dengan siswa yang sama nakalnya denganku.

Lalu datanglah si gadis ajaib yang entah mengapa dengan beraninya mencoba akrab denganku. Dia tidak takut seperti siswi lain.

Aku masih ingat dulu bahkan dia pernah membuat namaku dengan beraninya. Junse Hilton. Begitu dia memanggilku dulu. Aku benci panggilan itu tapi dia tidak peduli, sampai aku akhirnya menyerah, terserah dia mau memanggilku apa.

Bergeraknya waktu ke waktu ternyata pertemanan kami bertambah dekat sampai ke tahap sahabat, apalagi saat aku meminta bantuannya mengenalkan siswi kelas lain yang kutau tetangganya sekaligus teman dekatnya padaku. Namanya Mei——wanita yang benar-benar tak berkutik sepanjang jalan bahkan menoleh kiri kanan pun tidak saat aku menemani Hana pulang ke rumah berjalan kaki dari sekolah, membuatku merasa lucu dan terhibur. Dia yang kala itu ada diantara kami hanya menunduk sepanjang jalan menghitung langkah kakinya.

Lucu sekali kalau kuingat itu.

Saat Hana mengajaknya sesekali ikut dalam obrolan kami yang tidak ada habisnya dia hanya menjawab sangat singkat, apa, iya, nggak tau. Hanya itu.

Dalam hati aku tersenyum geli sambil bertanya dalam hati. Ini anak takut melihat wajahku yang seram ini atau—karena grogi?

Awalnya hanya iseng karena rasa penasaran yang belum terjawab aku gencar mencaritahunya lewat Hana. Lalu siapa sangka ternyata harapanku tak sesulit yang kubayangkan. Kurang lebih sebulan akupun mendapatkan Mei. 'Jadian' –begitu istilah yang kupakai dulu pada masa itu. Sekarang mengucapkannya saja lidahku rasanya geli.

Satu yang jelas aku tau, boleh saja seluruh siswi di sekolah itu menjauh, tapi kalau selangkah saja aku maju mendekat, mereka akan berlari sepuluh langkah padaku. Mei contohnya.

Tapi, persahabatanku dan Hana tiba-tiba hilang saat insiden aku membentak teman sebangkunya sampai anak itu menangis saking takutnya dengan suaraku. Aku masih ingat, pagi itu aku baru dihukum akibat memberikan bogeman ke wajah guru olahraga karena sudah memakiku. Lalu begitu sampi di kelas aku dikerjai, ada yang iseng membuang buku tulisku.

Sialnya ternyata orang yang kukira membuatku kesal pagi itu bukan teman Hana—yang namanya siapa aku sudah lupa. Tidak banyak nama perempuan teman sekelas yang kuingat, cuma Hana saja yang kuhapal mati.

Ternyata yang berulah itu Hana, sial!!! Rasanya ingin membentak Hana saat itu juga tapi aku tidak bisa. Emosiku yang memuncak setelah adu otot dengan guru olahraga harus kutahan setengah mati.

Long distance Friendzone shitt !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang