Tiga Puluh Lima

163 19 0
                                    

Untuk pertama kalinya update pagi-pagi... :)

Semoga suka dengan apapun yang aku tuliskan disini...

.

.

.

.

.

.

Menjadi single parent bukanlah hal yang mudah.

Meskipun Hana punya banyak waktu dan punya materi yang tercukupi untuk putri satu-satunya, tentu hal itu tidak menjamin Arani sudah bahagia. Arani memang masih kecil, pemikirannya juga belum terlalu mengerti bagaimana rasanya kehilangan sosok ayah.

Namun bukan berarti gadis kecil itu tidak merindukan sosok pria yang selama ini begitu luarbiasa dimata Arani dan Hana tentunya. Terbukti ada saat-saat dimana Arani pernah bertanya yang membuat Hana harus menyembunyikan kesedihannya diam-diam.

"Kata teman Honey kalau meninggal itu nggak bisa balik lagi, mah. Masa sih, ma? Terus papa gimana, ma? Nggak balik lagi ke rumah kita?"

Atau saat anak itu mengajak bermain kuda-kudaan tapi Hana mengeluh karena lelah, Ia akan protes, "Sifat sama kak Dafa kalau main kuda-kudaan sama om Ian lama-lama"

"Om Ian kan cowok sayang, tenaganya lebih kuat dari perempuan. Mama, kan nggak cowok."
Lalu dengan polos Ia kembali bicara, "kalau gitu honey nanti main sama papa aja. Papa kan cowok, ma. Pasti kuat juga."

Entah bagaimana Hana akan memberikan respon kalau sudah seperti itu.

Benar kata ibu Hana, Arani membutuhkan sosok ayah...

Tapi apa orang itu akan bisa seperti Arga nanti?

Lagi pula...sampai saat ini dia tidak pernah berfikir sampai ke tahap itu.

Tidak memikirkan...

atau—belum memikirkan, mungkin.

Yah...kita lihat saja nanti.

***

"Ya sudah sekalian mampir kesini aja,mas kebetulan lagi makan malam ini, nggak jauh dari sana..."

Itu adalah pesan dari Willian. Tadi kakak iparnya itu ingin mampir ke rumahnya dan bertanya ingin membawakan apa pada Arani. Saat Hana mengatakan kalau mereka sedang berada di sebuah mall. Pria itu langsung menyuruh Hana bergabung dengannya karena Willian kebetulan sedang makan malam tidak jauh dari mall itu.

Tadinya Hana sudah mulai lelah karena Arani tak mau diajak pulang. Dia ingin terus bermain padahal sudah hampir dua jam dan Arani tidak ada puasnya. Namun saat mengatakan akan bertemu Om Ian, dengan langkah lebar Arani berlari sambil menarik-narik tangan Hana untuk segera menemukan pintu keluar.

Hana mencari ke setiap meja begitu menemukan alamat cafe yang di kirimkan Willian melalui Wa.

Saat dia masih sibuk memanjangkan lehernya untuk mencari sosok itu, Arani malah lebih dulu melepaskan tangannya dan berlari ke sebuah meja tepat berada di tengah. Benar saja, disana sudah ada Willian, padahal suasananya lumayan ramai. Cepat sekali anak itu menemukan om nya.

Hana hanya bisa menggelengkan kepala. Setelah bertemu Willian, dia ditinggalkan begitu saja...

Willian hanya sendiri, namun di atas meja ada dua gelas minuman. Hana ingin bertanya siapa orang itu namun melihat Arani yang terus mengajak Willian bicara sampai pria itu capek sendiri untuk melayani Arani—Hana mengurungkan niatnya.

"Sayang mau makan apa?"

Willian bertanya setelah Arani memberi jeda untuk semua ocehannya.

"Belum pesan makan, ya?"

Long distance Friendzone shitt !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang