Tiga Belas

169 19 1
                                    

Kondisi Rawan typo.....

.

.

.

.

"Hana!!"

Aku sontak mendongakkan badanku yang tadi lagi enak tiduran di meja depan computer ku.

Shittt !!!

kirain siapa!

Mbak Raya !! Aku menggeram kesal.

Bikin kaget saja.

Disana di balik pintu dia tertawa puas melihat aku yang terlonjak kaget.

"Hahah.. ya ampun muka kamu tadi lucu banget, harusnya aku video in aja tadi yaa.." katanya masih sambil mengakak.

Dia berjalan masuk, sedikit menunduk memperhatikan wajahku."Benar yang Rani bilang. Itu mata kamu udah mirip ikan busuk yang di pasar yang nggak laku dijual tau nggak, merah!" Dia duduk menggeser kursi staff warna biru yang di ada I samping lemari sebelah jendela lalu memposisikan nya di samping meja kerjaku.

"Apa mbak? Kalo nggak ada yang penting keluar aja dehh" kataku malas. Aku benar-benar tidak ingin di ganggu sekarang.

"Makan gaji buta kamu, tidur di jam kerja!

Aku mau minta fee PT. Hijau Makmur yang 25 ton kemarin. orang nya udah minta, katanya mereka udah bayar ."

Dengan malas aku menggerakkan mouse, layar komputerku yang tadi gelap langsung menyala, aku lalu membuka file data penjualan. "iya. Baru aja bayarnya tiga hari yang lalu. Pas bayar aja nunggak sampe sebulan, giliran nagih fee nya nggak bisa lewat dari seminggu. Kasih tau tuh sama orang Hijau Makmurnya."

"Kamu kirain nyari customer itu gampang emang? Yang jualan solar mah banyak disini, Na bukan kita aja. Kalo aku ngomong gitu sama aja nyuruh mereka nggak ngambil di kita lagi"

Aku meninggalkan mouse lalu membuka laci meja sebelah dinding. "Ah, lagian mereka bayarnya nggak pernah tepat waktu gitu" Kataku sambil mengeluarkan beberapa lembar uang dari sana.

"Nggak tepat waktu tapi tetap bayar, kan? Lagian harga ke Hijau makmur ini kan bagus, sayang bangetlah kalo dilepas. Kebutuhan nya banyak lagi"

"Fee nya berapa? 400,-, ya?"

Aku mengeluarkan satu lembar kwitansi. "Ini, tanda tangan dulu" Kataku setelah menulis nominal dan keterangan nya.

"Traktiran dong entar sore.." Kataku sambil menghitung uangnya, menggoda mbak Raya.

"Eh, ini bukan fee aku kali. Makanya cair in dulu fee nya PT. Bima Sakti yang 10 ton sama fee yang lain juga. Sekalian sama fee bulanan ku biar aku traktir kamu makan." Katanya. Biasanya kalau fee mbk Raya cair dia sering traktir kami, aku sama Yaya. Mbak Raya orangnya tidak pelit, royal malah kalau pas lagi banyak uang. Tidak ada bedanya dia yang dulu lajang dengan yang sekarang. Biasanya kalau sudah berumah tangga kan jadi lebih irit kan ya. Apalagi ibu-ibu. Tapi mbak Raya beda, ya iyalah beda. Orang suaminya juga kerjaan nya lumayan juga. Mbak Raya bilang kalau gajinya itu buat tabungan pribadi sama belanja kebutuhan nya saja, untuk belanja yang lain itu uang suaminya. Enak ya jadi istri.

Istillah 'uang mu uangku juga, uangku tetap uangku' itu ternyata benar.

Jadi pengen punya suami...

"Fee bulanan mbak kan cairnya akhir bulan ——eh bentar mbak bentar ——"

Aku buru-buru meraih hp ku yang bergetar di atas meja.

Junse Hilton memanggil....

Ini nih, calon suami...

Calon suami orang maksudnya!

Long distance Friendzone shitt !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang