.
.
.
.
.Rasa rindu ini semakin pahit, ketika aku terbangun dan tak menemukan apapun tentang kamu....
***
"Happy birthday to you....!!!""Happy birthday to you....!!!"
"Happy birthday ....!!!"
"Happy birthday ....!!!"
"Happy birthday Hana....!!!"
Aku menoleh ke suara yang berasal dari arah pintu ruanganku. Disana Yaya membawa sebuah kue tart yang sudah dipasangi lilin lengkap dengan balon-balon nya. Ada mbak Raya juga beberapa karyawan yang lain, ibu Diya, bu Gress, ada juga pak Cipto bagian lapangan. Tidak banyak, hanya sekitar lima orang saja. Mungkin yang lain sudah pada pulang mengingat ini memang sudah waktunya pulang.
Mereka masuk ke dalam sementara aku masih tetap duduk dikursi kerjaku.
"Sini dong, Na!! Kok malah bengong? Sini tiup lilinnya!" Mbak Raya meneriakiku karena aku yang tidak bereaksi apa-apa.
Aku berdiri lalu bersiap meniup lilin biar semua cepat selesai.
Tapi lagi-lagi mbak Raya melarang. "Ih jangan langsung di tiup dong, make a wish dulu""Nggak perlu" aku menjawab yang Akhirnya membuat mereka pada protes.
"Minta apa tadi Na?" Yaya langsung merongrongku dengan pertanyaan nya begitu aku selesai membuka mata.
"Ya minta jodoh, dong, apalagi?"
Itu yang jawab bukan aku, tapi mbak Raya."Minta biar berjodoh sama pak Arga, ya?"
Aku melototi Yaya.
"Upsss!!!"Dia tidak sadar kalau disini bukan cuma kami saja? Ada karyawan lain juga!
Nanti kalau omongan Yaya sampai ke orangnya gimana?***
"Makasih banyak ya, padahal aku aja nggak ingat sama hari ini, loh. Kalian emang sahabat terbaik banget deh!"
Aku mengucapkan terima kasih setelah selesai acara memotong kue.
Yang lain sudah pada pulang lebih dulu tentunya setelah acara foto-foto yang tidak pernah ketinggalan. Sekarang tinggal kami bertiga melanjutkan makanan yang masih tersisa."Tapi kalian harusnya nggak perlu ngelakuin ini, kayak anak kecil aja." Aku terus terang. Biar saja, toh sudah tinggal kami bertiga saja disni.
Aku sudah pernah bilang, kan? Angka dua tujuh itu keramat sekali. Aku tak ada niat sedikitpun berniat meerayakan di tahun ini.
Apa yang di rayakan di usia kita yang bertambah tua? Itu artinya umur kita sudah berkurang setahun di dunia ini."Emang sih, kamu bukan anakk kecil lagi, kamu udah tua. Tapi nggak ada aturan kan ngerayain ulang tahun buat anak-anak aja?" protes mbak Raya dengan menekan kan kata 'tua'nya. Dia bicara Sambil mencomot strawberry yang diatas kue.
"Hm!" Yaya menelan kue yang penuh di mulutnya sebelum lanjut bicara. Maklumlah sudah sore begini, jam nya lapar wajar perut pada keroncongan
"Ngerayain ulang tahun itu sebagai rasa syukur kita karena diberi umur panjang, Na! Emang kamu nggak bersyukur masih hidup sampe sekarang? Eh by the way! Kamu traktir kita makan dimana hari ini, Na?"Yaya memang paling ingat kalau soal traktiran.
"Karokean yukk!! Udah lama juga kita nggak karokean bertiga, kan?" Mbak Raya memberi usul yang langsung disambut antusias sama Yaya.
"Iya, mbak! Ia. Karokean aja. Biar aku reservasi sekarang, ya!!"
***
Setelah puas karokean dua jam, lebih tepatnya mereka yang puas, kalau aku sama sekali tidak menikmati. Tidak tau kenapa rasanya tak semangat. Kami akhirnya berpisah setelah mbak Raya mengantarku pulang sementara motorku kutinggal di kantor. Tadi sore memang hujan deras makanya aku ikut mobil mbak Raya, bahkan sampai sekarang saja masih hujan.
Banyak ucapan selamat yang masuk ke hp ku yang baru aku buka barusan dan semuanya kalimatnya sama 'cepat dapat jodoh yaaa, atau semoga nggak jomblo lagi'.
Aamin!!!!!
Kenapa sih orang berlomba-lomba mengucapkan selamat di hari bertambah nya umur?
Hana! Jangan karena umur mu yang bertambah tua, kamu nyalahin orang yang ngucapin selamat ke kamu, ya!
Kamu nggak tau rasanya nggak ada yang ingat dan nggak ada yang ngucapin saat kamu ulang tahun, kan? Kamu harusnya bersyukur orang-orang di sekitarmu masih peduli kamu!
Hati kecilku bersuara seolah menyadarkanku.***
Aku terbangun lalu mencari-cari asal suara. Harusnya tadi aku atur mode getar saja, atau nonaktifin sekalian! Biar kalau ada orang iseng nelpon tengah malam begini tak akan mengganggu.
Tapi sepertinya ini tidak mungkin hanya iseng, misscall nya sudah berkali-kali.
Ini sudah deringan yang ke sekian kalinya yang aku abaikan. Siapa sih orang kurang kerjaan yang nelpon tengah malam begini?
Awas saja kalau pas aku angkat malah dimatikan!!
Aku menggeram.Masih dengan mata menyipit aku melihat ke layar hp.
HAHH...!!!
Hah!!
Aku mengucek kedua mataku, ini aku tidak salah lihat, kan?
Ini–– beneran dia?Aku memastikan lagi, sampai-sampai wajahku hanya berjarak sejengkal lagi dari layar.
Junse Hilton memanggil.....
Deg...
Jantungku rasanya sudah mau copot. Ini benar Hilton! Kenapa dia nelpon?
Tidak mungkin kan salah tekan nomor sampai berkali-kali ?Masih dengan perasaan tak karuan, aku mengangkat, "Hh–hhalo.."
"Kamu tidur atau lagi pingsan, sih?"
"Ehhh?" Ini Hilton. Aku yakin sekali.
"Bukain pintu kamu dulu!"
"Ehh..???"
"Hana! Bukain pintunya!"
"Pp–pintu apa?"
"Pintu hati!!."
"Hahh?"
"Honey! Buruan udah dingin banget ini!!!"
.
.
.
.Tbc...
KAMU SEDANG MEMBACA
Long distance Friendzone shitt !
Chick-LitBetween men and women there is no friendship possible. There is passion, enmity, wordship, love but, no friendship!! Dan--kalau sudah merasa nyaman, seseorang bisa lupa kalau dia hanya teman, atau sahabat sendiri. Rasa nyaman bisa membuatku lupa...