Sembilan Belas

172 17 5
                                    


Between men and women there is no friendship possible.
There is passion, enmity, wordship, love
but no friendship...

Hati-hati! Kondisi rawan typo.

Kalau nemu perbaiki sendiri yaa....


Ya Tuhan! Kemarin aku sudah jatuh, terus sekarang rasanya mau melayang lagi, padahal memarnya saja masih ada.



____****____

Persahabatan memang harusnya bisa dijalin oleh siapa saja tanpa membedakan segala jenis perbedaan. Hubungan pertemanan juga merupakan hal yang umum bagi setiap orang dimanapun, Banyak juga diantara mereka yang berlanjut hingga di usia tua. Tapi hari ini aku sadar pertemanan kami telah terusik oleh sesuatu yang bernama 'perasaan'.

Dengan lancangnya aku menyelipkan sebuah rasa yang tak seharusnya hadir di antara kami.

Harusnya aku menyesal....

Aku yang salah...

Meskipun kadang rasanya aku ingin memaki dan meminta semua pertanggung jawaban atas semua sikapnya selama ini. Karena--bukan tanpa alasan aku seperti ini, kan?

Ini bukan seperti jatuh cinta pada pandangan pertama.

"Aku, balikan sama Mei.."

Aku masih bisa mendengar suaranya menjadi agak rendah. Dia pelan sekali.

Ya Tuhan! Aku baik- baik saja.

Ya! Memang harusnya baik-baik aja, kan? Bukannya selama ini kamu menyimpan rapat-rapat semua perasaanmu?

Rasanya ingin bilang, Sejak kapan?

Kok bisa? Kalian selama ini masih komunikasi?

Kamu kok nggak pernah cerita..?

Tapi...

"Oohyaa...!!!! Selamat, kalau gitu. Makan-makan, dong.." Aku tersenyum lebar agar suaraku terdengar meyakinkan, seolah dia melihatku.

Mataku mulai menggenang dengan cairan yang tertahan disegala sudut.

"Serius mau ditraktir makan?"

"Iya, dong! Masa ada yang jadian--lagi, nggak ada traktiran nya?"

"Tunggu aku pulang kalau gitu"

"Sipp!!"

Aku mendekap mulut dengan satu tanganku yang bebas, tidak lucu kalau tiba-tiba isakanku lolos dan dia dengar. Sementara penglihatanku mulai kabur, sekali berkedip saja semua genangan ini akan tumpah, yang otomatis membuat suaraku akan berubah karena kelenjar air mata yang sebagian tersalur dari bagian hidung.

Aku segera mengirimkan pesan padanya setelah tiba-tiba memutuskan sambungan telepon.

Cari aman.

Daripada ketahuan.

Me : Hilton, besok lagi aja, ya nelpon nya. Ada petir kencang banget tiba-tiba...
Selamat malam....

Setelahnya, tidak ada lagi balasan pesan yang aku kirimkan malam itu.

Dulu, pertama dia menjalin hubungan dengan kak Mei, aku senang mengetahui dia tidak berubah sedikitpun padaku. Dia tidak menomor duakan ku meski tidak juga menjadi prioritasnya.

Long distance Friendzone shitt !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang