Dua Puluh Tiga

162 19 1
                                    

.

.

.
Hati-hati dalam membaca, kondisi rawan typo!

Selamat membaca....

Jangan lupa vote dan komen yaa.....
selamat berakhir pekan.... ❤❤


____****____

Kamu itu seperti bayangan
Sekilas terlihat ada tapi semakin di lihat taunya nggak ada.
Kamu dekat tapi tak tergapai

Seperti punya tapi sebenarnya tidak.
Seperti pacar, taunya cuma teman.....

____****____

Ini semua di luar rencana. Sebelumnya aku udah yakin nggak jadi pulang libur tahun baru, tapi karena keadaan aku terpaksa pulang lebih awal dari rencanaku sebelumnya. Tiga hari sebelum tahun berganti aku pulang mendadak karena dapat telepon kalau ayah sakit. Ayah sampai jatuh tiba-tiba karena tekanan darah tingginya naik. Untung saja saat itu bapak lagi di rumah. Coba kalau lagi di luar. Kebiasaan orang Indonesia mau dalam keadaan apapun selalu ada 'untungnya'.

Syukurlah, sekarang udah kembali normal setelah dua hari menginap di rumah sakit. Lega rasanya!

Tapi perasaan lega itu lenyap begitu saja saat netraku menangkap punggung seseorang yang sedang duduk membelakangiku di sofa ruang tamu.
Di rumahku!!!

Meskipun hanya punggung, tapi aku tau siapa sosok di balik punggung tegap itu. Tapi kenapa dia disini..?

Atau aku hanya salah lihat? Mungkin saja ada orang yang-,astaga!!!

Kebingunganku seketika terjawab saat aku ingat kalau ini sudah tanggal 30 Desember.

Jadi dia sudah pulang...?

Mungkin suara langkah kaki ibu yang baru masuk menyusulku dari belakang mengusik pendengaran nya, dia lalu menoleh ke arah pintu masuk dan--.

Deg!!

Darahku berdesir terasa mengalir di seluruh tubuhku. Ada rasa bahagia, perasaan senang menyusup di lubang hatiku.
Dia ada di depan mataku.

Hanya tampilan kaos oblong hitam polos dan celana jeans hitam tapi terlihat sangat gagah dan maskulin dengan rahang tegasnya yang ditumbuhi bulu halus. Tidak heran. Kata orang kalau sudah cinta mau memakai pakaian apapun tetap saja menarik di mata.

Cinta...??

Tanpa kusadari bibirku tertarik menampilkan sebuah senyuman. Rasa rindu akhrinya terobati.

Tapi--

Hatiku mencelos saat mata gelapnya hanya menatapku datar. Aku jadi sedikit kaku seolah membeku hanya lewat tatapan dingin nya.

"Lohh....! Hilton? Ini kamu Hilton, kan?"

Meski dalam keadaan mematung di tempat dan pikiranku sibuk menerjemahkan arti dari raut wajahnya itu, indera pendengaranku masih bisa menangkap suara ibu yang terdengar kaget bercampur senang. Ibu berjalan mendahului tanpa menghiaraukanku.

Pria yang disebut pun berdiri dan langsung menyambut uluran tangan ibu dan membawanya ke keningnya. Persis seperti dulu waktu sekolah setiap Hilton pamit atau baru datang, dia tidak lupa mencium tangan ibu. Disekolah bisa saja dia jadi anak berandalan dan selalu melawan guru, tapi kepada ibu dia selalu menunjukkan sifat ramahnya. Sama seperti sekarang, dia tersenyum ramah. Berbeda dengan tatapan nya padaku.

"Hai tante..! tante apa kabar?"

Pendengaranku menangkap suara khasnya yang berat. Jauh lebih enak di dengar dari yang setiap hari kudengar lewat handphone.

Long distance Friendzone shitt !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang