56~

2.8K 91 0
                                    

Cahaya matahari tampak dari celah kamar gadis yang tengah tertidur pulas.
"Dasar kebo! Dari SMA emang nggak pernah berubah adek gue ini! Bangun van! Lo nggak kuliah?"Leon-
"Apasih bang!"Vania-
"Lo kuliah nggak adek gue yang cantik,baik,Pinter!"Leon-
"Astaga bang!"Vania berlari.

Bruk!

Vania berlari dan jatuh dari ranjangnya.
"Aduh sakit.."Vania-
Leon tertawa terbahak-bahak
"Bantuin napa bang!"Vania-
"Aduhhh..kasihan amat adek gue,Uhh..sakit ya? Makanya kalo di bilang in jangan bantah!"Leon-
Vania bangun,Lututnya memar.
"Abang sakit.."Vania-
"Kamu mandi dulu,ntar abang obatin"Leon-
Vania berjalan menuju kamar mandinya.
Beberapa menit kemudian vania keluar dan sudah rapi.
"Perasaan cuma memar, tapi kok sakit banget!"Vania-
"Sini gue obatin"Leon mengambil kotak P3K lalu mengobati luka nya.
"Lama amat bang,kita telat ntar"Vania-
"Hari ini semua Dosen ada rapat pagi, jadi kelasnya di mulai agak nanti"Leon-
Vania hanya ber oh ria dengan jawaban leon.
"Turun dulu terus sarapan"Leon-

Kedua adik kakak itu turun dan ikut ke meja makan untuk sarapan pagi.
"Pagi bun yah!"Vania-
Reyned tersenyum saat kedua nya tidak saling adu mulut.
"Tumben nggak lempar-lemparan garpu"Reyned-
"Gini loh yah! Mood aku baik banget hari ini,jadi kalo abang nyebelin tinggal lempar pisau aja"Vania-
"Lo tega sama abang sendiri?"Leon-
"Husst! Udah! Rey kamu buat mereka berantem lagi!"Lia tampak kesal dengan Vania,dan Leon
"Vania! Leon! Diem terus makan! Dan habis itu kuliah!"Lia-
Mereka tampak diam dan melanjutkan sarapan pagi.
"Bun,yah leon sama vania mau berangkat dulu"Leon-
"Hati-hati! Jangan kebut-kebutan bawa mobilnya!"Lia-
"Siap bos ku!"Leon-.
Mereka langsung berangkat kuliah.

Di perjalanan,Ada beberapa perbincangan antara dua sejoli ini.
"Dek.."Leon-
"Hm."Vania-
"Kalo gue lamar Thalita,kira-kira di terima nggak?"Leon-
Vania menatap abangnya ini.
"Bang nikah itu satu kali seumur hidup, nggak ada yang pernah main-main sama hal sakral kayak nikah bang,Coba lo Pikir dua kali,Selesai in sarjana lo dulu,baru nikah"Vania-
"Semakin kesini gue takut Thalita pergi van,gue pengen miliki dia sepenuhnya"Leon-
"Sabar dulu bang,ada saatnya lo bilang ke dia kalo lo nggak main-main sama hubungan ini"Vania-
"Oke! Gue bakal sabar!"Leon-
Vania tersenyum sumringah saat melihat abangnya tak sedih lagi.

Saat sesampainya mereka di Kampus.

Deg!

Leon menatap datar gadisnya yang tengah di antar laki-laki lain dengan senyuman ceria.
"Eh bang..Ee..kita ke kelas abang dulu"Vania mencoba menenangkan Leon yang berdiri kaku di sampingnya.
"Gue pergi dulu!"Leon-

Brak!

Leon menutup mobil kasar,sampai akhirnya thalita sadar.
"Leon! Please dengerin aku dulu!"Thalita mengedor kaca mobil Leon.
"Yon! Buka pintunya!"Thalita-
Vania hanya diam karena tak tau harus berbuat apa saat ini.
Leon tidak memperdulikan Thalita sama sekali,dia berlalu begitu cepat.
Thalita menangis,dan vania menghampiri Thalita lalu memeluknya.
"Udah tha,Leon cuma salah paham doang kok"Vania-
"Dia nggak dengerin penjelasan aku sama sekali van.."Thalita sesenggukan.
"Ntar biar aku jelasin,Ehm..kalo gue tanya nggak papa kan?"Vania-
Thalita mengangguk.
"Tadi itu siapa?"Vania-
"Dia Elen van,mahasiswa juga disini, mobil gue mogok tadi di jalan,terus elen datang dan ngajak gue bareng,dari pada gue telat ntar,akhirnya gue ikut dia"Thalita-
"Ohh,Coba deh lo ajak ngomong baik-baik"Vania-
"Tapi kalo dia ngejauhin gue gimana?"Thalita-
"Biar gue bantu jelasin ke bang leon."Vania-
"Makasih vania"Thalita-
"Sama-sama deh kakak ipar gue"Vania-
Thalita tersenyum simpul.
"Ke kelas yuk?"Vania-
Thalita mengangguk dan mereka kedua pergi ke kelasnya.

Takdir Dan Waktu[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang