5. Satu tim

5.3K 410 180
                                    

"Sedingin apa sih mah, ayah itu?" tanya Aura dengan polosnya sambil menyandar dibahu Raffa.

"Kepo kamu!" desis Raffa.

Aura langsung menyubit pipi Raffa dengan gemas. "Ayah kan dulu kayak es!"

"Tapi manis kan?" Asshilla mencubit pinggang Raffa sampai membuat sang empunya meringis pelan.

"Bener kan, Shill?" Asshilla langsung menggeleng gelengkan kepala nya.

"Ayah kamu itu dulu jahat banget sama mamah, Ra. Kalo misalkan mamah nggak koma, kamu juga nggak bakalan punya ayah kayak dia." desis Asshilla sembari melirik Raffa sinis.

Dengan sigap Raffa langsung menarik ujung hidung Asshilla sambil meninggalkan jejak kemerah merahan. "Ihh Raffa!"

"Yah, mah," Raffa, Aura dan Asshilla menoleh kesumber suara. Mereka mendapati Rozel dan Renzo dengan penampilan yang cukup rapih tengah berada dihadapan mereka.

"Kita mau nongkrong dicafe sebentar, boleh kan?" tanya Renzo meminta izin.

Raffa menatap tajam kedua putra kembarnya. "Nggak bohong kan?" selidiknya sinis.

Rozel dan Renzo menggeleng cepat. "Enggak yah, kalo nggak percaya tanya aja sama Aura." sanggah Rozel.

"Iya yah, mereka mau nongkrong sama si Laknat itu!" ketus Aura dengan wajah tak suka.

Refleks Asshilla dan Raffa terkejut dengan kata terakhir yang diucapkan putri bungsunya itu. Asshilla sedikit terkikik mendengarnya, sedangkan Raffa menatap dengan tatapan heran pada Aura. Tidak biasanya Aura menghina orang dengan wajah seperti itu.

"Ada yang salah?" tanya Aura.

"Si laknat? Siapa maksud kamu?" tanya Asshilla penasaran.

"Biasa mah, si Aura kan lagi pdkt sama temen seangkatannya." celetuk Rozel sampai membuat Aura menatap tajam kearahnya.

"Pdkt ndasmu!" pekik Aura.

"Suka Ra?"

Ambigu. Itu yang menggambarkan penuturan dari Raffa. Ayahnya selalu saja membuat Aura pusing dengan pertanyaan yang sangat singkat itu.

"Suka sama siapa si yah?"

"Si laknat itu?"

"Emang ayah tau dia siapa?"

Raffa hanya menggeleng gelengkan kepalanya.

"Astagfirullah, ngapain nanya coba!"

"Pengen tau." sahutnya datar.

"Dasar ayah laknat!"

"Semua aja Ra, lo katain laknat!" cibir Renzo kesal.

"Apaan sih bang, ikut ikut aja!"

Renzo hanya menatap Aura dengan jengah. Ia segera menyalami tangan kedua orang tuanya sebelum pergi. Tetapi ada yang mengganjal saat mereka berdua ingin bersalaman dengan Raffa. Pasalnya Raffa tidak mengulurkan tangannya untuk dicium.

AURAGA || END ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang