7. Abang Panutan

4.4K 277 64
                                    

.
Kadang mereka iri dengan apa yang kita miliki
.

Setelah kejadian di UKS, Aura maupun Laskar memilih diam dan tidak berbicara. Rasanya canggung sekali. Walaupun kini mereka berdua tengah berjalan menuju kelas masing-masing. Aura mengaku bahwa dirinya sudah lebih baik. Jadi ke duanya segera keluar dari ruang UKS.

Sesekali Laskar melirik Aura diam-diam. Bibirnya sedikit tertarik saat bola matanya menangkap wajah Aura yang terlihat dua kali lipat lebih manis jika dilihat dari dekat.

"Gue minta maaf,"

Aura menoleh. "Buat?"

"Soal hukuman yang gue kasih ke lo,"

Aura tertawa ramah. "Santai."

Deg.

Jantung Laskar berdetak tak beraturan. Bahkan bibirnya susah sekali untuk tidak tersenyum saat melihat tawa Aura.

Lo nggak boleh ada rasa sama Aura, Laskar! Batin Laskar sambil menghela napas nya.

"Gue ke kelas duluan ya kak!" ucap Aura.

Laskar kembali tersenyum simpul. "Oke, kalo kepala lo masih pusing langsung ke UKS ya."

Lagi-lagi Laskar harus bisa menahan deguban jantungnya yang benar-benar sudah tidak bisa diajak kompromi saat Aura memberikan senyum andalannya. Laskar jadi bingung sendiri, mengapa senyum Aura itu mempesona?

Cowok itu langsung membuang jauh pemikirannya tentang Aura. Ia kembali berjalan dikoridor sambil melihat sekitarnya.

Matanya tidak sengaja menemukan keberadaan Rozel dan Renzo tengah berjalan beriringan. Laskar meneguk salivanya dengan susah payah. Pasalnya Renzo dan Rozel menghampirinya dengan tatapan membunuh.

"Laskar, sini lo! Ikut gue!" bentak Rozel sambil menarik kerah seragam Laskar.

Rozel dan Renzo membawa Laskar ke rooftop sekolah. Laskar sudah merapalkan doa di dalam hati, bukannya takut dengan kedua cowok itu. Hanya saja Rozel dan Renzo akan memusuhinya setelah kejadian ini.

"LO APAIN ADEK GUE, HAH?!"

Rozel mendorong kasar tubuh Laskar sampai ia tersungkur ke lantai.

Renzo hanya diam sambil memangku kedua tangannya didada. Cowok itu lebih sering berkata ketus daripada menghajar orang. Sedangkan Rozel terkenal dengan raja brandal. Karena cowok itu selalu saja berlaku seenaknya dengan siapapun yang berani mengganggu ketenangan nya.

"JAWAB GUE, NYET!!!"

"Gue cuma ngasih dia hukuman doang, Zel, sorry."

"Apa? Cuma, lo bilang? Dia adek kesayangan gue, Kar! Gue nggak bakal diem aja kalo ada yang berani ganggu Aura!"

Laskar tidak berani menatap Rozel yang matanya tengah menyorot tajam kearahnya.

Laskar tidak suka dengan keadaan seperti ini. Dia tidak ingin dimusuhi oleh ke dua Most wanted di SMA Mars. Bukan karena takut, tapi Rozel dan Renzo sudah sangat baik kepadanya bahkan ia sudah menganggap mereka sebagai saudara.

"Gue minta maaf Zel. Gue nggak sengaja, gue fikir nggak bakal kayak gini kejadiannya. Gue nyesel,"

"Sekali-kali lo harus ngotak Kar! Aura itu cewek yang nggak pantes dikasih hukuman berat." Rozel menatap kesal pada Laskar.

"Gue harap otak lo masih berfungsi buat berfikir sebelum bertindak!"

"Iya Zel, sorry. Gue janji nggak bakal ambil keputusan seenak jidat."

"Bagus!" Rozel menepuk bahu Laskar sebagai isyarat peringatan.

"Aura itu cewek, ibu lu juga sama, kan? Nah bayangin coba kalo lo yang ngehukum ibu lo kayak gitu. Apa lo nggak kasian?" sanggah Renzo yang mulai angkat bicara.

"Iya, Zo."

"Jaga cewek, kayak lo jaga ibu lo. Inget suatu saat wanita itu akan jadi bagian dari hidup lo! Gue harap lo paham dengan pembicaraan ini!"

Sekali lagi Laskar mengangguk patuh. Laskar salut dengan mereka berdua. Senakal nakalnya Renzo dan Rozel mereka berdua tidak akan marah pada siapapun kecuali tindakan itu sudah keterlaluan. Sifat mereka yang seperti ini sudah menjadi poin baik dimata siswa SMA Mars.

"Thanks Zel, Zo atas nasihatnya." Rozel dan Renzo hanya tersenyum simpul lalu pergi meninggalkan nya sendirian.

•••

"Aura lo dipanggil guru Bk dikantor." Seketika mata Aura membulat sempurna.

"Ngapain?"

Siswa itu hanya menggelengkan kepala. "Oke, thanks!"

Aura segera berjalan menuju kantor Bk. Cewek itu sedikit merasa panik dan khawatir, masalahnya setiap ada siswa yang dipanggil ke kantor Bk adalah siswa yang bermasalah. Aura paling takut jika disuruh menatap mata bu Jannah.

Ia berdoa dalam hati agar dirinya diselamatkan dari semburan cabai yang akan dikeluarkan bu Jannah lewat mulutnya. Aura mengetuk pintu kator Bk, lalu masuk dengan perasaan khawatir.

"Permisi, ibu manggil saya?" ucap Aura gemetaran.

"Duduk!" Aura mendudukkan bokongnya disalah satu bangku yang tersedia didalam sana.

"Kamu tau? Kelakuan kamu itu sudah diluar batas Aura! Kamu itu masih seorang pelajar yang harusnya menuntut ilmu dengan baik, bukannya malah pacaran. Ibu tidak masalah kamu berpacaran dengan siapapun, yang menjadi masalah nya kenapa kamu nekat mencium Laskar! Saya tidak menyangka kelakuan kamu sebejat itu Aura!" sinis bu Jannah.

Mata Aura sudah memanas mendengar penuturan bu Jannah. Apa yang dikatakannya tidak lah benar bahkan bu Jannah telah memfitnah Aura.

"Tapi saya nggak pernah cium kak Laskar, bu!"

"Saya nggak mungkin manggil kamu kalo nggak ada bukti yang kuat!" tegas bu Jannah.

Wanita paruh baya itu langsung menunjukkan sebuah foto dimana ada dirinya dengan Laskar yang memang terlihat tengah berciuman. Posisi orang yang memotret Aura itu adalah dibelakang Laskar, jadi kelihatannya mereka tengah berciuman. Padahal tidak!

"Ibu salah paham. Ini rekayasa bu, ada yang fitnah saya!" pekik Aura yang tengah menahan emosinya.

"Jelas jelas kok kamu udah nyium Laskar, tapi masih bisa cari alasan! Ibu akan memanggil orang tua kamu untuk menjelaskan masalah ini. Dan untuk kamu, ibu akan memberi kamu skors. Saya akan memberi kamu cuti selama dua hari untuk tidak datang ke sekolah ini!" jelas bu Jannah.

"Bu, dengerin saya. Semua itu fitnah dan rekayasa bu!" air mata Aura jatuh begitu saja.

"Sekarang kamu boleh keluar!"

"Bu," lirih Aura.

"KELUAT AURA!!!" bentak bu Jannah.

Aura berdiri lalu berjalan kearah pintu untuk keluar dari kantor Bk. Saat tangannya membuka knop pintu tersebut, bu Jannah kembali berbicara. Namun penuturannya malah membuat hati Aura terluka lebih dalam.

"Renungkan kesalahan kamu, jangan sampai membuat ulah untuk yang kesekian kalinya."

Cewek itu tidak membalas perkataan bu Jannah, dan memilih untuk keluar sambil menutup pintu kantor Bk cukup keras. Ia berjalan ke kelas dan segera mengambil tas.

Aura mengabaikan semua perkataan teman temannya dikelas. Walaupun belum waktunya untuk pulang, tapi Aura tidak peduli. Ia ingin sekali menangis sekencang-kencangnya dirumah demi menenangkan perasaannya yang tengah kacau.

•••

A/n: Siapa yang ngaduin aura ke bk? Hayo ada yang bisa jawab?

AURAGA || END ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang