Penghuni kantin dibuat melongo dan heboh hanya karena gosip yang beredar siang ini. Kantin yang biasanya ramai dengan canda tawa, kini sebab ramainya kantin tersebut adalah karena adanya gosip Aura dan Raga yang tengah menjalin hubungan spesial alias pacaran.
Ada yang mengejek bahwa keduanya tidak konsisten dengan ucapan masing-masing. Ada juga yang mendukung Aura dan Raga untuk menjalin hubungan asmara.
Entahlah pendapat mereka berbeda-beda, tatapan beberapa siswa-siswi di sana juga banyak mengarah ke meja kantin paling pojok, dekat lapangan sekolah. Di sana ada Aura beserta Raga yang sama-sama diam menikmati makanannya masing-masing.
Raga yang peka dengan keadaan pun langsung membuka suara.
"Gak usah didengerin," ucap Raga tanpa menatap Aura.
Cewek itu hanya mengangguk patuh. Oh iya, Luna sudah mengetahui hubungannya dengan Raga. Respon sahabatnya itu terlalu berlebihan menurut Aura. Luna terlalu mendukung keduanya untuk bersama, dan dia terus memaksa Aura untuk membantu masalah percintaan Luna dengan Virgo.
Yang benar saja, Aura terlewat jengkel dengan cowok kasar seperti Virgo. Ia masih ingat waktu Virgo menjambak rambutnya dengan kasar tempo lalu. Ini sangat memalukan.
Aura hampir lupa menannyakan sesuatu pada Raga. "Ga, gue mau nanya,"
"Respon temen lo pas tau kita ada hubungan, gimana?"
Raga diam, tapi terdengar suara hembusan nafas berat dari cowok di hadapan Aura.
"Ya gitu,"
"Gitu, gimana?" tanya Aura penasaran.
"Kaget yang pasti. Panjul, sih, berusaha nerima lo, tapi gue gak tau kalo Virgo. Dia cuma diem pas gue bilang gue pacaran sama lo."
Tebakan Aura benar, memang Virgo itu menyebalkan sekali. Sebenernya cowok dengan wajah tegas seperti Virgo iru punya dendam apa dengan Aura, sampai-sampai menganggap Aura sebagai butiran debu kotor yang berusaha Virgo jauhi.
"Gue gak masalah kalo Virgo gak suka sama gue. Tapi ga,"
"Tapi apa?" tanya Raga berusaha menatap mata Aura.
"Apa dia gak bisa buka hati buat Luna? Temen lo berhasil bikin sahabat gue buta cintanya Virgo. Kasian gue,"
"Bisa aja,"
"Gimana caranya?" tanya Aura penasaran.
"Jangan kejar-kejar Virgo, kasih perhatian seperlunya. Mungkin itu bisa ngebantu Luna buat deket sama Virgo."
Aura berfikir sejenak, apakah rencana seperti itu akan berhasil?
"Kalo gue bujuk Virgo supaya buka hati buat Luna, gimana?"
Raga menatap Aura dengan tatapan tidak yakin. Raga dapat merasakan jika Virgo sangat tidak suka dengan Aura, entah apa alasannya.
"Ra, jangan bujuk Virgo buat buka hatinya."
Aura menoleh, "Kenapa?"
"Kayaknya Virgo benci sama lo,"
Aura menghela yang napasnya kasar, bahkan suara hembusannya saja terdengar jelas ditelinga Raga. Tapi perempuan itu berusaha tersenyum sambil menatap Raga.
"Gue tau, tapi apa salahnya gue coba bantu sahabat gue yang bucin banget sama Virgo."
"Hm, ya udah."
Suasana diantara mereka kembali hening, hanya suara canda tawa murid SMA Mars yang mendominasi kantin tersebut. Sampai ada dua cowok yang mengambil posisi dimeja, tempat di mana Aura dan Raga duduk. Di sana terdapat dua bangku yang tersisa, pas untuk dua orang ini yang tiba-tiba bergabung dengan Aura dan Raga.
"Lo jadian sama dia?" tanya cowok disamping Raga sambil menekan kata dia seolah tidak menyukai Aura.
Yang ditanya pun hanya tersenyum simpul sambil menatap Aura.
"Yoi,"
"Bakal tahan berapa lama lo sama cewek kayak dia?" tanyanya lagi sambil menatap sinis Aura.
Aura tetap diam sambil menatap makanan di hadapannya. Beberapa detik setelah cowok tadi menyinggung Aura, satu cowok yang duduk tepat di samping Aura itu menyenggol bahunya pelan.
"Gak usah didengerin, anggep aja angin." ucap cowok tersebut sambil berbisik.
Kalian tahu dua cowok yang berada di meja yang sama dengannya dan Raga itu siapa?
Rozel dan Renzo. Dan yang berbisik dengan Aura itu adalah Rozel, kakaknya yang masih mempercayai Aura walaupun akhir-akhir ini Rozel jarang ada di saat Aura kesepian.
"Congrats buat lo berdua,"
"Dan buat lo," ucap Renzo menunjuk Aura dengan dagunya.
"Jangan manja sama Raga, jangan nyusahin dia. Cukup keluarga aja yang pusing ngurusin lo, jangan lo bebanin orang lain."
Sakit. Itu yang Aura rasakan. Entahlah, ucapan Renzo terlewat nyakitin. Aura berusaha berfikir positif, mungkin saja dia ingin melakukan yang terbaik untuk dirinya. Fikir Aura.
"Iya, gue bakal sadar diri, bang. Makasih nasihatnya,"
Lama-lama Aura juga muak dengan sifat Renzo, cowok itu benar-benar menyebalkan. Apalagi Renzo masih memiliki hubungan dengan Fanya, si cewek super-duper ngeselin bagi Aura.
"Cabut yuk, Zel. Males gue kalo duduk disini lama-lama!" ajak Renzo sambil menyisipkan kata sindiran.
"Jaga ucapan lo, goblok! Heran, punya kembaran kok gini amat, dasar wedus gembel!" cibir Rozel kesal.
"Apa, anj*ng! Bacot banget, dah!"
"Sensi banget, dih," ucap Rozel yang masih menyindir.
"Udahlah, cepet cabut!"
Setelah mengajak Rozel pergi dari sana, Renzo pun melangkahkan kakinya untuk keluar dari area kantin.
"Abang nyusul Renzo, ya, jangan bandel lo, dek!" ucap Rozel lalu ikut menghampiri Renzo yang tubuhnya sudah hampir meenghilang dipenglihatan cowok tersebut.
Aura tersenyum simpul. Rindu rasanya bertengkar dengan mereka berdua. Tapi apa daya dirinya yang sekarang seperti diasingkan oleh keluarganya sendiri.
Walau pun Aura tinggal dengan Raffa, tapi ayahnya itu jarang sekali ada dirumah akibat terlalu memprioritaskan pekerjaan. Jadi beginilah sekarang.
"Gue tau lo sedih, lupain semuanya. Yang perlu lo inget itu cuma gue, Ra. Reyvan Raga Fadhiella, pacarnya si manis Aura."
Cewek yang disebut-sebut manis itu malah tertawa bukannya blushing atau malu-malu seperti cewek lainnya. Memang spesies seperti Aura ini sangat langka.
"Lo lucu kalo gombalin cewek!"
Raga kesal, lalu merubah ekspresinya seperti orang yang sedang ngambek.
"Bangsat."
====
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
AURAGA || END ✔️
Random[17+] Cerita banyak mengandung kata-kata kasar #1 in php in 21/5/21 #5 in nyesek in 14/5/21 #2 in badboyriend in 16/1/20 "Nggak usah deket-deket juga, kali!" omel Aura. "Kenapa? Takut gue cium?" Raga merengkuh pinggang Aura untuk merapatkan tubuh m...