Langit dipagi ini terlihat cukup cerah untuk ukuran jam 06.30, biasanya saat-saat seperti ini cuacanya akan berawan, tapi kali ini matahari terbit lebih cepat dari sebelumnya. Dan banyak yang mengira bahwa hari sudah cukup siang, padahal faktanya jarum jam masih menunjuk pukul setengah tujuh pagi.
Aura saja sampai berfikir bahwa Raga tidak jadi menjemputnya pagi ini, karena yang ada difikiran Aura, sekarang waktu sudah menunjukkan pukul 07.30 pagi.
"Mampus gue telat, gimana dong? Apa gue naik ojek online aja, ya?" gerutu Aura sambil mengikat tali sepatunya.
Karena terlalu panik, Aura sampai melupakan sarapan yang sudah disiapkan sang ayah. Cewek tersebut buru-buru beranjak dari tempat duduknya untuk menuju keluar apartemen. Tidak lupa ia mengunci pintu, selesai pintu apartemen itu terkunci dengan panik Aura berlari tergesa-gesa. Sempat ada beberapa orang yang menatap Aura dengan keheranan.
Sudah cantik-cantik pagi ini, malah berlari seperti orang sedang kesetanan. Fikir beberapa orang yang sempat melihat Aura berlari dengan seragam sekolah yang melekat pada tubuhnya.
Tidak butuh waktu yang lama untuk ia sampai diluar apartemen, Aura menengok ke kanan-kiri berharap ada ojek yang sedang mangkal. Tapi matanya tidak dapat menemukan satu ojek pun disana, kecuali...
Aura membulatkan matanya saat melihat sosok familiar dipenglihatannya. Di sana, di seberang tempat cewek itu berdiri, ia melihat ada Raga dengan seragam lengkap sedang menatap Aura dengan raut wajah yang datar, seperti biasa.
Kepanikkannya seketika menghilang saat melihat Raga. Aura bersyukur karena yang akan telat bukan hanya dirinya, tapi Raga juga telat. Aura dan Raga pasti akan dihukum bersama, pasti itu menyenangkan. Eh? Aura segera meralat fikirannya tersebut.
"Lo juga telat?" tanya Aura yang tengah menghampiri Raga sambil berlari kecil.
"Telat? Sekarang aja baru jam setengah tujuh, "
Aura mengernyitkan dahinya, "Setengah tujuh pala lo! Kita telat, bego!"
"Sakit lo? Liat jam dihp coba!"
Aura segera mengecek ponselnya untuk melihat pukul berapa sekarang, matanya membulat sempurna. Benar apa yang Raga katakan, sekarang masih pukul setengah tujuh pagi. Aura menghela nafasnya dengan kasar, hanya karena melihat sinar matahari yang cukup terik dari jendela kamar. Dengan bodohnya ia berfikir bahwa ia akan telat sekolah.
"Banyakin minum air, biar bego-nya gak nambah!" sindir Raga.
"Gak usah ngatain bego, ngaca sana, lo lebih ga punya otak dari pada gue!" sahut Aura kesal.
"Iyain aja. Cepet naik, atau gue tinggal?"
Dengan raut wajah yang kusut, Aura naik ke motor yang dikemudikan Raga. Merasa Aura sudah naik ke motornya, cowok itu langsung menarik gas dan segera meluncur ke sekolah. Dalam perjalanan pun tidak ada satu orang pun yang memecah keheningan diantara ke-duanya.
=====
"Mamah suka kue buatan kamu, katanya enak tapi kemanisan."
Fanya terkekeh dengan raut malu-malu. Jadi kemarin ia sempat mampir ke rumah Renza untuk memberi kue buatannya pada mamah mertua, sebenarnya bukan kue buatannya, lebih tepat kue buatan temannya yang sempat menginap dirumah Fanya.
"Maaf, mungkin gulanya kebanyakan. Besok-besok aku kurangin lagi deh gulanya,"
Renza tersenyum simpul lalu mengacak-acak rambut Fanya dengan lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
AURAGA || END ✔️
Acak[17+] Cerita banyak mengandung kata-kata kasar #1 in php in 21/5/21 #5 in nyesek in 14/5/21 #2 in badboyriend in 16/1/20 "Nggak usah deket-deket juga, kali!" omel Aura. "Kenapa? Takut gue cium?" Raga merengkuh pinggang Aura untuk merapatkan tubuh m...