32. Kembali

2.6K 190 32
                                    

Sesuai perintah Raffa-sang ayah, setelah sampai dirumah Aura segera mengemaskan barangnya. Tidak banyak si, namun ia harus menyelesaikannya dengan cepat karena sebentar lagi adzan maghrib tiba.

Ngomong-ngomong ayahnya ini belum tiba di apartemen. Sepertinya jika Raffa tiba, laki-laki itu langsung mengajak anaknya untuk berangkat ke rumah mereka. Padahal Aura berniat untuk mengajak makan bersama sang ayah. Tapi terlintas difikirannya mungkin mereka akan makan bersama dengan keluarga nanti.

Mendengar suara adzan tiba, Aura hendak mengambil air wudhu dan melaksanakan sholat maghrib seperti biasa. Sholat kali ini rasanya sangat damai sekali, seperti tidak ada beban di dalam dirinya. Tidak lupa ia berdoa kepada Allah dan mencurahkan isi hatinya. Kira-kira butuh lima belas menit waktu yang Aura habiskan untuk sholat maghrib.

Tidak lama setelah itu ayahnya datang dengan wajah sumringah. Aura senang, pasti Raffa merasakan apa yang ia rasakan juga. Terkadang takdir Tuhan memang tidak bisa diduga-duga.

"Aura, siap?" tanya sang ayah.

"Siap banget dong, yah!" sahutnya dengan excited.

"Anak ayah cantik banget hari ini, pasti ini demi ketemu mamah, sama abang-abang kamu kan. Hayo ngaku!"

Mendengar ucapan tersebut, Aura malah mendengus kesal. "Jangan gitu dong, yah, aku malu!" gerutunya.

"Biasanya juga malu-maluin. Ah, gemes ayah, ra, sama kamu. Pengen ayah titip dikandang macan." ledek Raffa.

"AYAH MAU AURA PUKUL?!"

"Emang berani mukul orang tua, hm?" tanya Raffa dengan nada yang mendadak dingin.

"Ayah, I'm sorry."

"Ayah tau itu bercanda. Yuk berangkat, pasti orang rumah udah nunggu kita!"

"AYO YAH!!!" sahut Aura semangat.

Di perjalanan menuju rumah, Aura dan sang ayah bercanda ria di mobil bahkan keduanya menyempatkan diri untuk bernyanyi bersama. Sungguh moment ini sangat jarang ia rasakan, karena memaklumi kesibukan Raffa yang tidak bisa diganggu gugat.

Butuh waktu sekitar satu jam untuk sampai, mereka sempet terkena macet yang luar biasa. Tapi Aura dan Raffa melewati kemacetan tersebut dengan senang hati. Pasalnya disepanjang jalan tidak ada habisnya untuk bergurau dan karaoke menikmati indahnya malam yang jarang mereka dapatkan.

Saat sang ayah memencet bell rumah, raut wajah Aura terlihat sedikit berbeda. Cewek tersebut mendadak terlihat cemas dan khawatir. Raffa tahu pasti anaknya takut jika kepulangan mereka tidak disambut dengan baik. Padahal Raffa yakin semua keluarga yang ada di sini akan menyakut dirinya dengan Aura dengan sangat senang.

"Hei, senyumnya mana? Kamu gak perlu khawatir, ada ayah. Senyum, ya?" ucap ayahnya sembari manangkup pipi Aura lembut.

Karena tidak ingin mengecewakan sang ayah, Aura bersikeras untuk menunjukkan senyum terbaiknya yang pernah ia lakukan. Walau rasanya senyum itu terlihat dipaksa, tetapi akan Aura lakukan demi Raffa.

"Nah kalo gini kan cantiknya nambah," puji Raffa sambil menoel pipi sang anak.

Tidak lama kemudian ada seseorang yang membuka gerbang tersebut. Debaran jantung Aura makin menjadi-jadi, namun semua itu akan ia kontrol dengan baik. Ternyata dibalik gerbang rumah ada seorang wanita yang benar-benar ia rindukan. Siapa lagi jika bukan Shilla?

"MAMAH?!" pekik Aura sambil berlari memeluk tubuh mamahnya dengan amat sangat erat seakan tidak ingin jauh lagi darinya.

"Ututuu, anak mamah makin manja, ya?" ledek Shilla sembari mengelus rambut Aura yang ia gerai.

AURAGA || END ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang