8. Menyakiti

4.3K 281 42
                                    

.
Sebaik itukah kekasihmu, sampai kamu rela membuatku menangis karena membela nya:-

•••

Baru saja ingin memesan ojek online, tiba tiba ada seseorang yang menarik rambut Aura dengan sengaja. Saat Aura menoleh, ternyata ada Fanya yang tengah berdiri angkuh dihadapan nya. Aura tidak takut dengan Fanya walaupun ia adalah kakak senior nya. Wajar Aura berani, karena Fanya adalah mantan Renzo. Entah mengapa dari dulu sifat cewek itu selalu saja membuat Aura muak untuk melihat muka nya.

"Gimana? Enak diskors sama bu Jannah?" tanya cewek itu sinis.

Jika bukan disekolah, Aura ingin sekali langsung mengajak Fanya untuk bertanding dengan nya. Jangan salah, Aura adalah salah satu pesilat yang sering kali meraih medali emas.

"Jadi kak Fanya yang fitnah gue?"

Fanya mengangguk sambil tertawa hambar. "Kenapa? Nggak suka? Aduh kasian ya calon adik ipar gue."

Cih. Tak akan sudi Aura jika harus menganggap Fanya sebagai kakak ipar nya. Aura benar benar kesal. Mood nya sangat buruk hari ini.

"Ckck, apa? Adik ipar? Nggak usah sok akrab deh lo! Jijik gue sama cewek kayak lo kak!"

"Oh sekarang lo udah berani sama gue ya?" Fanya menjambak kasar rambut Aura untuk yang kedua kali nya.

Tapi kali ini Aura tidak akan diam. Cewek itu langsung menarik pergelangan Fanya lalu memelintirkan nya. Tidak lupa kaki Aura juga menyelentak kaki Fanya sampai membuat empu nya tersungkur.

"AURA?!" pekik Fanya.

"Rasain! Makanya nggak usah cari masalah sama gue. Emang nya lo mau mati konyol cuma gara gara nyari ribut sama pendekar silat?" sekarang giliran Aura yang tertawa meremehkan.

Aura pergi meninggalkan Fanya yang tengah merintih kesakitan. Aura tidak peduli jika ia harus terkena omelan siapa pun. Tapi kelakuan Fanya sudah sangat keterlaluan.

Ojek online pesanan Aura telah menunggu didepan pagar SMA Mars. Tanpa menunggu lama, Aura menghampiri nya. Ia kemudian meraih helm lalu naik ke motor matic si pengendara.

•••

Asshilla tengah bingung menghadapi sikap Aura yang tiba tiba aneh seketika. Sedari pulang sekolah, cewek itu sudah mengurung diri dikamar dan tidak berniat untuk makan malam bersama.

"Assalamualaikum." ucap Rozel dan Renzo kompak.

"Waalaikumsalam." sahut Asshilla.

Rozel dan Renzo segera menyalami tangan Asshilla. "Kok pulang nya malem bang?" tanya Asshilla penasaran.

"Ada tugas mah." sahut Rozel.

"Mah, Aura mana?" tanya Renzo dengan ekspresi seperti seseorang yang tengah menahan amarah.

"Dia dikamar. Dari pulang sekolah Aura ngurung diri dikamar dan nggak mau makan sama sekali. Mamah jadi khawatir,"

Tanpa berkata lagi, Renzo berlari untuk menghampiri Aura dikamar nya. Rozel merasa ada yang aneh dari Renzo pun langsung mengikuti langkah saudara kembar nya itu.

Kebetulan pintu kamar Aura tidak dikunci, Renzo langsung masuk kedalam tanpa meminta izin. Renzo melihat Aura yang tengah duduk sambil menangis. Ada apa dengan Aura? Namun sekarang yang terpenting Renzo harus menyelesaikan urusan nya dengan Aura.

"Ra, abang nggak suka kamu main kasar sama Fanya. Tangan dia terkilir dan itu gara gara kamu kan? Kenapa kamu tega sama dia padahal Fanya itu nggak ngapa ngapain kamu!" Renzo mengeluarkan seluruh amarah nya yang sudah tidak bisa ia tahan lagi.

Aura kembali dikagetkan dengan kehadiran Renzo yang tiba tiba memarahi nya. Tidak bisakah masalahnya terselesaikan? Aura sungguh pusing untuk menghadapi semua masalah yang selama ini selalu menghantui dirinya.

"Iya, emang Aura main kasar sama dia. Kenapa emangnya?!" Aura menjawab nya dengan nada yang nyolot.

"Kamu nggak sopan! Kalo mau pamer kekuatan jangan sama Fanya, dia itu bukan cewek kuat kayak kamu. Lagian baru beberapa kali menang lomba silat aja udah belagu kamu, abang nggak suka ya sama sikap kamu yang kayak gini."

Fanya pasti sudah merekayasa kejadian yang sebenarnya. Memang Fanya adalah drama queen yang tidak pernah ada habisnya mencari perhatian pada Renzo. Aura sudah hafal sifat Fanya sejak cewek itu menjadi pacar Renzo lima bulan yang lalu.

"Aura nggak pernah pamer ilmu silat ke dia. Kalo aja kak Fanya enggak jambak rambut Aura, semua ini juga nggak akan terjadi." Renzo masih menatap Aura dengan tatapan membunuh.

"Fanya bukan tipe orang yang kamu tuduh! Kenapa si kamu enggak suka sama Fanya, apa kurang nya dia?!" bentakan itu berhasil meruntuhkan pertahanan Aura untuk tidak menjatuhkan air matanya.

Renzo hanya bisa mengusap wajahnya dengan kasar saat melihat air mata Aura meluncur bersamaan dengan suara isakan.

"Kenapa kamu cuma bisa nangis? Kamu nggak wajar nangis, kalo Fanya sih wajar. Karena kamu udah bikin dia celaka!"

"Kak Fanya itu bermuka dua bang!" bentak Aura kesal.

Renzo yang tidak terima pun langsung mendekati Aura sambil mencekal tangan nya erat erat.

"Ra, kamu udah keterlaluan! Abang kecewa sama kamu Ra. Abang nyesel mutusin Fanya demi kamu. Ternyata kamu itu pengen ngejelek jelekin Fanya doang kan? Kamu iri sama dia kan? Bilang Ra, bilang!"

"RENZO, CUKUP!" suara itu berasal dari pintu masuk dikamar Aura.

Rozel menghampiri Renzo lalu menjauhkan tubuh cowok itu dari adik kesayangan nya. Rozel manatap marah pada Renzo yang sudah berani membuat Aura menangis ketakutan karena bentakan kakak nya.

"Inget, Aura adik lo! Jangan bikin dia nangis Zo."

Renzo tersenyum sinis. "Adik gue?" lalu Renzo tertawa hambar dan selanjutnya langsung memasangkan kembali wajah datar tidak ada ekspresi.

"Adik macam apa yang berani nyakitin mantan kakak nya. Padahal cewek gue itu nggak pernah jahat sama dia! Itu yang dinamakan adik kesayangan, Zel?!"

Sudah cukup, Rozel tidak ingin perdebatan ini diperpanjang. Takutnya persaudaraan mereka akan hancur hanya karena masalah yang belum tentu benar kenyataan nya.

Renzo keluar dari kamar Aura dengan perasaan kecewa. Ia masih kaget dengan sikap Aura yang tidak mempunyai tata krama lagi.

•••

A/n: Hujat Renzo gaa nih?

AURAGA || END ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang