12. Bekal Untuk Raga?

3.8K 231 10
                                    

Aura merasa risih dengan tatapan siswa SMA Mars saat ia berjalan dikoridor hendak menuju kelasnya. Aura tahu, pasti semuanya sudah mengetahui tentang issue tidak benar itu. Aura tidak peduli karena memang kenyataannya bukan seperti yang dibicarakan.


Mood Aura bertambah hancur saat ada seorang cewek berambut coklat pirang itu ingin menghampirinya. Aura memaklumi jika Renzo sangat menyukai Fanya, wajah cewek itu cantik. Tapi tidak secantik mantan Rozel yang bernama Dera.

"Hai calon adik ipar, hukuman scors nya udah berakhir, ya?" Fanya terus mengembangkan senyumnya ketika ia melihat raut wajah Aura yang menatapnya dengan tidak suka.

"Oh iya, jangan lupa nanti malem lo harus sambut gue seperti tuan putri dirumah lo!"

Ingin rasanya ia meninju mulut cewek dihadapannya itu. Jika ia tidak ingat dosa, maka tangannya sedari tadi sudah mendarat disana.

"Kok diem aja? Bisu ya, dek?"

"Gue sibuk, jadi nggak ada waktu buat ngebales omongan lo!" Aura menjawab dengan tatapan datarnya.

"Aduh kok calon adik ipar gue songong, ya?" sinis Fanya.

Aura menghela napasnya dengan berat. "Misi, gue mau ke kelas!"

Bukannya memberi jalan, Fanya malah menghalangi jalannya untuk menuju ke kelas 11 ipa 4. Baru saja ingin berjalan, tas ransel Aura ditarik ke belakang dengan kasar sampai bokong Aura mencium lantai.

"Aww!" pekik Aura saat merasakan nyeri dibagian bokongnya.

"Makanya nggak usah belagu sama calon kakak ipar lo!" Fanya meninggalkan Aura yang tengah menjadi bahan tontonan beberapa siswa disana.

"Sabar, belum saat nya Ra." Batinnya sambil menghela napas kasar.

•••

Sudah yang ke sekian kalinya Aura menguap, semua materi yang dijelaskan pak Galang tidak ada yang menyangkut sedikit pun diotaknya. Untung saja saat Aura menguap, pak Galang tidak sedang memperhatikan nya.

Pak Galang termasuk guru terbaik di SMA Mars, namun ia juga sering dipanggil guru termodus. Karena ia sering sekali menggoda siswinya.

Siswa kelas 11 ipa 4 berteriak saat bel istirahat berbunyi. Pak Galang pun langsung menyudahi pelajaran nya, lalu pamit untuk keluar dari kelas.

"Ra, gue mau minta tolong boleh?" Aura menaikkan sebelas alisnya dengan malas.

"Apa?"

"Tolong anterin kotak makan ini ke Raga dong," Luna belum menyelesaikan ucapannya namun sudah dibantah Aura.

"KOK GUE?!" sentaknya dengan tingkat suara yang tinggi.

Entah mengapa akhir-akhir ini, dirinya sangat sensitif jika mendengar nama Raga si musuh terlaknatnya itu.

"Gue lagi dihukum bu Jannah karena telat, dan gue minta tolong kasih bekal ini ke Raga. Mau ya?" ucap Luna sembari menyodorkan kotak makan andalannya.

Aura mengernyitkan dahi nya karena bingung. Biasanya Luna memberi kotak bekal ini untuk Virgo, tetapi mengapa kotak ini malah diberikan kepada Raga? Apa Luna sudah menyerah untuk mendapatkan Virgo dan sampai ia memilih untuk mengejar Raga?

"Kok bekal ini buat Raga sih? Biasanya kan bu-" ucapan Aura dibantah Luna dengan cepat.

"Ra, please bantuin gue, ya?"

"Ah, ribet lo!" Aura langsung menyambar kotak bekal milik Luna.

Cewek itu langsung berjalan menuju kantin, Aura berfikir pasti Raga tengah berada disana. Matanya menyusuri seluruh kantin, namun ia tidak dapat menemukan Raga disana.

Dengan langkah gontai, Aura berjalan ke arah kelas 11 ipa 2 yang berada disamping ruang rapat osis. Aura menggerutu dalam hati saat melihat gerombolan teman Raga yang sedang bercanda canda ria didalam kelas mereka.

Aura masuk dengan jantung yang berdebar kencang. Bukannya ia gugup, tapi cewek itu merasa malu harus menghadapi segerombolan cowok itu. Saat Aura memasuki kelas tersebut, pandang gerombolan itu langsung menatap kearah nya.

Dengan sisa keberaniannya, Aura menghampiri Raga yang tengah duduk diatas meja. Cewek itu menatap tak suka pada Raga.

"Ini buat lo," Raga terpaku dengan ucapan Aura.

"Ra, lo suka sama Raga? Demi apa?" sahut Ifo salah satu anggota kelas tersebut.

Wajah Aura memerah seketika. "Enak aja kalo ngomong!" ketus cewek itu.

"Nggak mungkin kan kalo lo ngasih makanan ke Raga tanpa ada maksud tertentu," celetuk Virgo dengan santainya.

Aura ingin membalas ucapan Virgo, namun Giffari sudah menyerobotnya lebih dahulu. Dan untuk kedua kali nya Aura hanya bisa mengusap dadanya.

"Issue baru nih!"

"Kemarin ciuman sama ketos, sekarang ngasih makan ke Raga si cowok terfamous. Besok besok apaan lagi, Ra?" ucapan Giffari berhasil membuat dada Aura terasa sesak.

Semua gerombolan siswa laki-laki itu tertawa mengejek. Aura hanya bisa memandangi mereka semua dengan tatapan sinis.

"Apa maksud lo ngasih gue bekal ini?" tanya Raga dengan raut wajah datar.

"Bekal ini dari Luna, bukan dari gue!" bentak Aura kesal.

Raga menaikkan sebelas alisnya, namun entah mengapa jantung Aura malah berdetak dua kali lipat. Jujur wajah Raga terlihat tampan jika dilihat dari dekat.

"Masa?" tanya Raga yang langsung diangguki Aura.

"Ngeles aja lo!" sahut Virgo.

"Ngaku aja sih, Ra! Gengsian amat jadi cewek," Ifo menyeletuk untuk kedua kalinya.

Aura menggeram kesal dalam hati. Sudah cukup, ia tidak ingin memperpanjang urusan ini lebih baik dirinya pergi dari sini sebelum amarah nya memuncak lebih parah lagi.

"Serius Ra, ini dari Luna? Kok gue nggak yakin," Raga ikut meledek dirinya.

"Lo nggak peka banget, sih!" gerutu Aura.

"Cie nona Aura pengen dipekain sama abang Raga nih!" ledek Giffari.

"Diem lo!" bentak Aura sambil menunjuk Giffari dengan jarinya sebagai tanda peringatan.

Cewek itu jadi merasa malu sendiri. Aura juga tidak tahu bagaimana kata-kata itu bisa keluar dari mulut nya. Aura jadi pusing sendiri saat berada dikelas Raga. Semua anggotanya tidak ada yang benar.

"Lah galak, mba!"

"BODO AMAT!" Aura melangkahkan kakinya untuk keluar dari kelas tersebut.

Mengapa ia merasa bahwa Luna sudah menjebaknya? Tetapi mana mungkin cewek itu menjebak dirinya. Ah entahlah fikiran Aura tidak bisa ia kontrol. Semua nya terasa rumit dan sangat membebani batin nya.

•••
A/n : Maap jarang up, krna sibuk xixi

AURAGA || END ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang