30. Warna Pink

3.2K 216 36
                                    

Pagi yang cukup cerah bagi siswa-siwsi SMA Mars, pasalnya mereka sedang ada jam pelajaran olahraga. Tapi hari ini spesial. Semua kelas, mulai dari kelas 10 hingga kelas 12 pun mengikuti pelajaran ini.

Aura yang awalnya kurang semangat, mendadak mempunyai sedikit tenaga. Hari ini, ia akan bertemu Raga di lapangan, bukan? Munafik jika ia tidak senang. Tapi terkadang Aura mengejek dirinya karena termakan omongan sendiri. Dasar cewek, umpatnya untuk dirinya sendiri.

Ngomong-ngomong tadi pagi ia tidak sempat bertemu dengan ke dua orang tuanya. Apartemen terasa sepi, bahkan Aura juga melewatkan sarapan paginya karena tidak ada bahan apa pun yang bisa dimasak.

"Aduh, gue laper lagi. Mana udah mau mulai olahraga," keluh Aura sambil memegang perutnya yang keroncongan.

Oh iya, hari ini Luna tidak masuk sekolah entah apa alasannya. Cewek itu belum mengabarinya sama sekali.

"Ra," panggil seseorang dari belakang tubuhnya.

Aura terkejut bukan main, lalu ia segera menoleh ke pusat suara tersebut. "Raga, ngagetin aja!"

"Maaf ya," ucap cowok tersebut sambil terkekeh.

"Kok di sini?"

"Bosen, cabut yuk!" ajak Raga.

"Mau dihukum, heh?"

"Kan dihukumnya berdua, jadi romantis nanti,"

"Dih, apa banget, sih!"

"Sekali lagi gue tanya, mau cabut gak?"

Aura berfikir sejenak. Haruskah ia bolos sekolah? Tapi ini kesempatan yang langka, sayang jika ia lewatkan.

"Ketemu di tembok belakang sekolah!" perintah Aura, karena ia akan lewat sana untuk bisa kabur dari sekolah.

"Hafal banget lo. Oh iye, lu kan termasuk bad girl di sini!" sindir Raga.

"Mau gue tabok, lo?" ancam cewek tersebut dengan garang.

"Sana rapihin barang lo, gue tunggu ditempat yang lo perintah. See u, by!"

Deg. Aura memegang dadanya bergetar sangat kencang tanpa bisa mengenal situasi.

"Jangan baper, Aura lo gak boleh gini. Raga, bangs*t!"

Setelah mengumpat, Aura buru-buru lari ke dalam ruang kelas untuk membereskan barang-barangnya karena hari ini ia benar-benar akan bolos.

Tanpa membuang waktu, saat semuanya sudah rapih, cewek dengan rambut yang diikat seperti kuda poni itu berlari sangat kencang menuju belakang sekolah. Jika ditanya jauh atau tidak, jawabannya adalah lumayan. Karena sekolah ini sangat luas, oleh karena itu peluang bolos sangatlah besar.

"Cepet naik!" teriak cowok yang berada di dekat tembok itu berhasil membuat Aura menambahkan kecepatannya saat berlari.

Saat dirasa sudah sampai di depan Raga, sejenak Aura mengatur nafasnya yang sangat berantakan akibat berlarian.

"Lo naik ke bahu gue, cepet!"

"Ih, apaan, sih, lo! Gue bisa manjat tembok sendiri!"

"Gue tau kalo lo lakuin itu, cuma buang-buang waktu. Cepet, atau gue tinggal?" ancam Raga.

"I-iyya-iya, ini gue naik. Tapi lo jangan ngintip, mata lo liat ke aspal aja!"

"Iya bawel!"

Setelah menyelesaikan perdebatan tersebut, akhirnya Aura dengan ragu naik ke bahu Raga. Untung sepatutnya tidak terlalu kotor karena ia baru pertama kali mengenakannya.

Ke dua kaki Aura berhasil naik di bahu Raga, buru-buru ia menggapai atas tembok dan menaikkan kakinya untuk bisa meloncat dari tembok tinggi tersebut.

Setelah Aura berada diatas tembok, dengan cukup sulit, Raga menaikki tembok yang tingginya sangat susah digapai itu dengan penuh kerja keras. Untungnya Raga memiliki tinggi sekitar 180an, jadi ia masih bisa berusaha untuk menggapainya.

Saat merasa sudah berada tepat di samping Aura yang sedang memposisikan diri untuk melompat ke bawah, Raga rupanya punya niat untuk menjahili Aura.

"Ra, lo pake celana dalem warna pink, ya?"

Aura melebarkan matanya karena terkejut dengan ucapan cowok tersebut yang bisa dibilang vulgar.

"Gila, ya, lo! Gue pake celana pendek, bego!" umpat Aura kesal.

"Celana pendek apa celana dalem, kok tadi keliatannya kayak i-"

"Anj*ng Raga! Lo ngintipin gue, ya? Gila lo, udah gue bilang jangan ngintip. Males gue sama lo, modar aja sana!"

Karena kesal Aura mendorong Raga agar jatuh dari tembok tersebut. Tapi sepertinya takdir berkata lain, saat cowok itu ingin jatuh ia malah memegang tangan Aura seakan mengajak cewek itu agar jatuh bersamanya.

Bruk. Kalian tahu apa yang terjadi? Aura jatuh tepat dibokong Raga karena posisi cowok tersebut sedang tengkurap.

"Aura sakit, bego! M*nyet, pantat gue kayak pengen patah!"

Ekspresi Aura seakan kasihan tapi juga ingin tertawa karena melihat Raga yang mengeluh padanya.

"Ini hukuman kalo lo berani ngintipin gue! Oh iya, btw gue beneran pake celana pendek warna pink. Inget ya, celana pendek! Buta, ya, mata lo sampe ngira gue gak pake celana pendek?!" sindir Aura.

"Ya, kan gue bercanda. Lo serius banget lagian!"

"Udah ah males ngomong sama lo, emosi terus bawaannya."

"Yang penting sayang, kan?" goda Raga sambil menoel pipi Aura.

"Apaan, sih, pegang-pegang. Dosa!"

"Apa? Dosa? Gak inget lo, kita pernah ngelakuin dosa karena ini," ucap Raga dengan menampakkan smirk sambil mengusap bibir Aura dengan menggoda.

"Anjir, Raga! Aaa ayah, ada pedofil, tolongin Aura!" teriak cewek tersebut sambil berlari entah kemana arahnya.

Diam-diam Raga tersenyum. Entah karena blushing atau ada hal yang ia sembunyikan? Intinya cowok itu benar-benar puas menjahili Aura yang ternyata punya sisi menggemaskan.

======

A/n: Maaf ya baru bisa update, karna kmrn² bnr² gada mood buat nulis. Doain aja smoga abis ini bisa lanjut

.
.

AURAGA || END ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang